close
Nuga Tekno

FaceApp Diharamkan di Mesir dan Saudi

Aplikasi FaceApp mendapat ‘peringatan’ dari bebeapa Timur Tengah seperti Mesir dan Arab Saudi.

Di negara Mesir, muncul pernyataan bahwa aplikasi FaceApp haram karena mengubah ciptaan Tuhan.

Dikutip dari Mashable, di Mesir FaceApp dianggap haram oleh seorang lulusan salah satu Universitas Islam paling terkenal di Mesir, Essam al-Roubi. Menurutnya FaceApp Challange yang sedang menjadi tren di media sosial adalah tren yang haram.

FaceApp, aplikasi yang bisa membuat pengguna mengetahui wajah ketika tua. Aplikasi ini disebut haram karena belum tentu wajah pengguna seperti yang ditampilkan aplikasi di masa depan. Al-Roubi mengatakan hanya Allah yang tahu hal-hal yang akan terjadi kepada manusia

“Apakah gambar-gambar ini benar-benar menunjukkan apa yang akan terjadi pada orang? Tidak. Hanya Tuhan yang tahu itu,” kata Al-Roubi.

Untuk mendukung pernyataannya, Al-Roubi mengutip beberapa ayat dari Alquran. Salah satu ayat yang ia klaim mendukung pernyataannya

Sementara itu, mengikuti Amerika Serikat, Polandia, hingga Lithuania, Arab Saudi juga turut mengkhawatirkan potensi penyalahgunaan data pribadi.

Dilansir dari Arab News, Otoritas Keamanan Siber Nasional (NCA) telah memperingatkan agar masyarakat tidak ‘ketagihan’ FaceApp. Sebab, aplikasi itu tengah diselidiki terkait privasi, lantaran diduga kurang bertanggung jawab atas data pribadi penggunanya.

Aplikasi memungkinkan pengguna untuk mengunggah foto wajah dan mengubahnya agar terlihat lebih tua. Belakangan feed media sosial dipenuhi oleh gambar tua jutaan pengguna yang tersebar di lebih dari seratus negara.

NCA kini telah memperingatkan agar tidak menggunakan FaceApp. NCA menekankan agar tidak memberikan FaceApp akses ke gambar pengguna.

Profesor bidang keamanan siber dari King Saud University, Muhammad Khurram Khan mengatakan pengguna terobsesi menggunakan aplikasi untuk bersenang-senang, di sisi lain pengguna tidak memerhatikan potensi kebocoran data pribadi.

“Saat ini banyak orang yang tampaknya terobsesi dengan beberapa aplikasi ponsel cerdas, yang digunakan untuk bersenang-senang atau hiburan. Mereka tidak takut dan mengetahui terkait privasi mereka yang bisa digunakan sebagai tujuan jahat,” kata Khan.

Khan mengatakan kebijakan privasi FaceApp tidak jelas mengenai prosedur perusahaan melindungi data pengguna. Akan tetapi, perusahaan mengklaim bahwa tidak ada data yang disalahgunakan.

Khan menjelaskan secara eksplisit bahwa perusahaan membagikan informasi dengan ‘mitra iklan pihak ketiga’. Oleh karena itu, Khan menjelaskan agar pengguna tak hanya menggunakan aplikasi untuk bersenang-senang, tapi harus memerhatikan dari sisi keamanan data juga.

“Persyaratan layanan FaceApp terlihat memungkinkan pengguna untuk memberikan akses ke semua foto yang disimpan, dan tidak ada yang tahu kapan dan dengan siapa data ini dapat dibagikan atau digunakan,” kata Khan.

Pencarian untuk download (mengunduh) FaceApp Pro tengah ramai di Indonesia. Namun saat ditelusuri, aplikasi FaceApp Pro ini tidak terdapat di Play Store. Tapi pengguna bisa mendapatnya dari toko aplikasi pihak ketiga.

Namun, pengguna diingatkan agar berhati-hati mengunduh aplikasi palsu yang dirancang mirip dengan FaceApp. Sebab, Kaspersky telah mengidentifikasi aplikasi palsu yang dirancang untuk menipu pengguna agar berpikir itu adalah aplikasi asli FaceApp.

Menurut data Kaspersky, sekitar lima ratus pengguna unik telah terinfeksi malware dari aplikasi palsu ini dalam dua hari terakhir. Deteksi pertama muncul pada awal Juli Kaspersky juga menyebut telah menemukan 800 varian aplikasi populer yang modifikasi dan diselipkan adware MobiDash.

Adware (advertising malware) MobiDash adalah jenis perangkat lunak berbahaya yang akan membanjiri ponsel korban dengan iklan yang mengganggu.

Dalam siaran persnya, Kaspersky menyebut aplikasi itu biasanya diunduh bukan dari Android Play Store. Ketika aplikasi diinstal, biasanya aplikasi tidak berhasil terpasang dan kemudian terhapus dengan sendirinya. Setelah itu, adware bakal tertanam dan mulai membanjiri ponsel dengan tampilan iklan.

“Orang-orang di belakang MobiDash sering menyembunyikan modul adware mereka dengan kedok aplikasi dan layanan populer. Ini berarti bahwa kegiatan FaceApp versi palsu dapat meningkat, terutama jika kita berbicara tentang ratusan target hanya dalam beberapa hari,” kata Igor Golovin, peneliti keamanan di Kaspersky,

Kami menyarankan segera pengguna untuk tidak mengunduh aplikasi dari sumber tidak resmi dan menginstal solusi keamanan pada perangkat mereka untuk menghindari kerusakan,” lanjutnya.

Sebelumnya, FaceApp juga sempat diragukan terkait integritas perusahaan itu dalam menjaga data pribadi pengguna yang bisa diakses oleh aplikasi.

Tren seperti ini memang dengan cepat diikuti oleh orang lain. Kaspersky menyebut keinginan untuk mengikuti tren kerap membuat pengguna lengah untuk mengawasi keamanan data pribadi mereka.

“Pada dasarnya, tidak ada salahnya bergabung mengikuti fenomena online challenge atau sejenisnya atau memasang aplikasi baru. Bahayanya terletak ketika pengguna hanya memberikan aplikasi ini izin tanpa batas ke dalam kontak, foto, pesan pribadi, dan lainnya,” jelas Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Kaspersky SEA.

Tanpa kendali terhadap kemampuan akses suatu aplikasi terhadap data pribadi yang bisa mereka akses, menjadikan pembuat aplikasi bisa mengakses hal yang seharusnya tetap menjadi data rahasia pengguna.

Menurut Yeo, ketika data sensitif ini diretas atau disalahgunakan, aplikasi viral dapat mengubah sumber menjadi celah yang bisa dieksploitasi oleh peretas untuk menyebarkan virus berbahaya.

Untuk itu ia menyarankan para pengguna online harus selalu berpikir secara aktif dan lebih berhati-hati dalam segala hal yang mereka lakukan di internet dan dengan perangkat mereka.