close
Nuga Tekno

Ditimpa Masalah, Facebook Tolak Bubar

Facebook menolak seruan untuk membubarkan diri sebagai jaringan sosial media akibat banyaknya tuduhan seperti masalah privasi, upaya untuk mempengaruhi pemilihan umum hingga konten berbahaya.

“Hanya karena sulit untuk mengatur internet, bukan berarti pembuat kebijakan mengambil alternatif untuk membubarkan diri,” kata Kepala Urusan Global Facebook Nick Clegg dalam sebuah pidato di Berlin, Jerman dikutip Reuters.

“Internet memang membutuhkan persaingan dan memang perlu regulasi, kami ingin bekerja dengan pemerintah dan pembuat kebijakan untuk merancang semacam regulasi cerdas yang mendorong persaingan, inovasi dan perlindungan konsumen,” lanjut dia.

Pernyataan Clegg itu dilatarbelakangi oleh tindakan tujuh orang anggota Senat Partai Demokrat AS meminta Presiden Donald Trump untuk mengungkap rincian investigasi anti-monopoli Komisi Perdagangan Federal dan Departemen Kehakiman kepada Amazon, Facebook, Alphabet, dan Apple minggu lalu.

Tak berhenti sampai di situ, Mantan Wakil Perdana Menteri Inggris pun sampai diminta untuk membantu menangani reaksi global terhadap Facebook terkait kesalahan penanganan data pengguna dan tuduhan membiarkan Rusia ikut campur dalam pemilihan Presiden AS

Kekhawatiran pun bertambah saat Facebook memperkenalkan anak perusahaannya yakni Calibra yang menaungi dompet digital atau uang kripto Libra. Pasalnya, pembuat kebijakan keuangan di seluruh dunia meningkatkan kewaspadaan terhadap Libra.

Komite Perbankan Senat Amerika Serikat meminta perusahaan untuk merinci tentang perlindungan data. Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire pun mengatakan kehadiran Calibra membuat regulator G7 semakin waspada untuk mengatur pra raksasa internet.

Namun Facebook mengatakan Calibra diatur oleh pemerintah AS dan mengklaim tidak akan menggunakan data Libra untuk iklan bertarget.

Selain itu Clegg mengatakan dalam pidatonya, dibanding meminta Facebook untuk membubarkan diri, dia lebih menyukai merubah kebijakan guna menentukan masa depan internet seperti yang dilakukan China dan Rusia.

Sementara itu, CEO dan pendiri Facebook Mark Zuckerberg secara tegas menolak permintaan teman lamanya Chris Hughes untuk memecah WhatsApp dan Instagram dari platform-nya.

Respons Mark ini sekaligus menanggapi tulisan terbuka Hughes yang mengkritik gaya kepemimpinannya.

“Reaksi saya terhadap permintaan Hughes adalah kami tidak akan melakukan itu [memecah perusahaan] untuk memperbaiki kondisi perusahaan,” ungkap Zuckerberg saat diwawancara France 2 seperti dilansir CNBC.

Dalam tulisan opininya yang dimuat The New York Times, Hughes mengatakan permintaannya itu berkaca pada Pemilu AS 2016 yang membuat Rusia memanfaatkan Facebook untuk menyebar kampanye hoaks, ditambah skandal pencurian data yang melibatkan Cambridge Analytica.

Zuckerberg mengatakan basis pengguna Facebook yang berjumlah lebih dari 50 miliar justru bisa memberikan manfaat bagi pengguna dan sistem demokrasi.

Disela kunjungannya ke Prancis untuk bertemu dengan Presiden Emmanuel Macron untuk membicarakan pengaturan penggunaan internet.

“Jika kamu menaruh perhatian pada isu demokrasi dan pemilu, maka kamu menginginkan perusahaan seperti kami untuk menginvestasikan miliaran dolar per tahun, seperti kami, untuk membangun teknologi yang lebih canggih untuk melawan campur tangan saat pemilu,” imbuhnya.

Zuckerberg justru mengklaim merogoh kocek lebih besar dari seluruh pendapatan perusahaan ketika go public awal dekade ini.

“Anggaran kami untuk keamanan tahun ini lebih besar. Kami telah mampu membangun bisnis yang sukses yang bisa mendukung besarnya basis data pengguna,” ucapnya.

Selain menuai kritik dari pendirinya, Facebook menghadapi peningkatan pengawasan dari regulator dan politisi AS dan sejumlah negara dunia. Komisi Perdagangan Federal melakukan investigasi terhadap Facebook setelah muncul skandal bocornya 87 juta data yang melibatkan Cambridge Analytica.

Kandidat presiden dari Partai Demokrat Kamala Harris mengatakan bahwa para pejabat AS harus mempertimbangkan untuk memecah Facebook yang kini menjadi perusahaan media sosial terbesar di dunia. Harris melontarkan usulan tersebut karena mengganggap Facebook telah menjelma menjadi entitas yang tidak bisa diatur.

Facebook dinilai lebih memprioritaskan pertumbuhan bisnis daripada melindungi kepentingan pengguna, terutama terkait kebijakan privasi dan keamanan.

“Saya pikir, ya, kita harus mempertimbangkannya dengan serius (untuk memecah Facebook),” kata Harris