close
Nuga Tekno

Cara Melepaskan Ketergantungan Gadget

Dari pagi sampai malam, di mana saja, kita selalu “dekat” dengan smartphone. Setiap saat, termasuk ketika sedang makan, kita sulit melepaskan ponsel dari genggaman.

Sampai saat ini para ahli masih pro-kontra apakah kondisi tersebut bisa digolongkan ke dalam kategori kecanduan atau sekadar penggunaan yang berlebihan saja.

Dilansir WebMD, sebuah studi yang dilakukan sejumlah peneliti di Harvard Business School dan melibatkan seribu ensm ratus  manajer dan profesional

Sedikit berbeda dengan studi yang dilakukan sejumlah peneliti di Ofcoms, Inggris, kecanduan gadget sudah mencapai proporsi epidemik.

Sebanyak tiga puluh tujuh  orang dewasa di Inggris mengaku mereka sangat kecanduan dengan smartphone.

Selain itu, dikutip Life Hack, hampir setengah responden dalam penelitian tersebut mengatakan mereka menggunakan smartphone untuk bersosialiasi, seperempatnya menggunakan smartphone saat jam makan, dan seperlimanya menggunakan smartphone saat sedang di kamar mandi.

Studi lainnya yang dipublikasikan dalam Journal of Personal and Ubiquitous Computing, menyimpulkan bahwa smartphone mengambil alih kehidupan seseorang. Para peneliti mengidentifikasi bahwa yang membuat mereka kecanduan smartphone adalah karena “kebiasaan mengecek”.

Hanya karena ingin mengecek smartphone, lama kelamaan kita bisa ketergantungan. Berawal dari mengakses aplikasi tertentu, lama kelamaan kita terbiasa untuk terus mengeceknya.

Ini tentunya tak mengganggu jika memang dilakukan seperlunya saja, namun jika kita terobsesi mengecek handphone bahkan saat sedang menghabiskan quality time bersama orang tercinta, ini artinya Anda sudah benar-benar ketergantungan.

Namun ada beberapa langkah yang bisa Anda lakukan agar terbebas dari kecanduan smartphone.

Dan apakah setiap kali Anda nonton film di bioskop, Anda masih terus-terusan mengecek handphone? Saat sedang hangout bersama teman-teman, Anda bukannya ikut mengobrol malah asyik sendiri dengan ponsel?

Anda mungkin tidak ingin mengakui kalau Anda “kecanduan”. Tidak apa-apa kok, karena banyak ahli yang setuju dengan Anda. Dr. David Greenfield, misalnya. Asisten profesor klinis penyakit kejiwaan dari University of Connecticut ini, kepada TIME mengatakan bahwa hanya sedikit orang yang memenuhi kualifikasi sebagai pecandu handphone.

“Tapi memang banyak orang yang berlebihan menggunakan smartphone mereka,” tambah pendiri Center for Internet and Technology Addiction ini.

Greenfield memaparkan batas antara berlebihan dan kecanduan adalah “abu-abu” alias belum jelas. Akan tetapi, Anda akan menjadi seorang pecandu handphone ketika Anda tidak bisa berhenti menggunakan gadget seperti smartphone atau tablet, bahkan sampai pada tahap membahayakan hidup Anda.

“Baik ketika Anda sedang meeting di kantor atau mengendarai kendaraan, kalau Anda tidak bisa menahan keinginan menggunakan handphone, bahkan saat Anda tahu seharusnya Anda tidak menggunakannya, kondisi seperti ini adalah tanda-tanda Anda sudah kecanduan,” tutur Greenfield.

Profesor marketing dari Baylor University, Dr. James Roberts setuju dengan pendapat Greenfield. Penulis buku tentang kecanduan handphone Too Much of a Good Thing  ini membuat beberapa daftar tanda-tanda bahaya bahwa Anda sudah kecanduan gadget.

Tanda-tanda paling utama adalah Anda tak bisa lepas dari handphone atau gadget utama Anda, dan bukan hanya orang lain yang mengatakannya, namun Anda pun menyadarinya.

Jika Anda merasa cemas, ingin marah, atau merasa tidak nyaman saat handphone tidak ada di dekat Anda, itu adalah tanda bahaya bahwa Anda sudah mulai kecanduan.

Bila Anda tetap nekat menggunakan gadget Anda di saat-saat yang berisiko tinggi, dan Anda pun tahu seharusnya Anda tidak melakukannya, ini berarti Anda tak bisa mengendalikan keinginan Anda untuk menggunakan gadget tersebut dan mungkin Anda sudah pada tahap kecanduan.

Apabila Anda sudah berlama-lama menggunakan handphone Anda, namun masih berhasrat menambahkan “dosis” penggunaannya seperti orang yang menggunakan narkoba atau meminum alkohol, itu juga tanda-tanda Anda kecanduan.

Greenfield dan Roberts merupakan peneliti yang berpendapat bahwa batas kecanduan dan berlebihan terhadap handphone masih abu-abu. Lain lagi dengan Dr. Mark Griffiths, profesor untuk studi perjudian dari Nottingham Trent University, yang mengatakan kepada Digital Trends bahwa kebanyakan orang yang sering menggunakan atau memainkan handphone mereka, tidak bisa dikategorikan sebagai kecanduan.

Direktur International Gaming Research Unit ini menambahkan, “Hanya karena sesuatu yang sangat penting dalam hidup Anda, dan Anda membawanya ke mana saja, dan ketika Anda melupakannya Anda merasa seperti tangan Anda hilang, bukan berarti Anda kecanduan.”

Karena sekarang handphone adalah kebutuhan primer kita dalam berkomunikasi, membuat kita sering kontak dengan internet, memiliki banyak fungsi untuk membantu kita bekerja maupun mencari hiburan, Dr. Mark mengatakan wajar saja kalau kita merasa handphone itu penting.

Sering menggunakan handphone terlalu lama, umumnya meningkatkan mutu hidup, kata Dr. Mark, meskipun akan selalu muncul beberapa masalah kecil, dengan teknologi apapun, yang membuat kita berlebihan menggunakannya.

Dr. Mark juga menjabarkan, meskipun kita mungkin menggunakan handphone secara berlebihan, yang membuat kecanduan dalam masalah ini menurutnya bukanlah gadget, melainkan internet. Jadi kita bukan kecanduan memainkan handphone kita, melainkan kita kecanduan “berselancar” di internet.

“Ada perbedaan besar antara kecanduan di internet dan kecanduan internet. Kecanduan di internet, bisa jadi main game, berjudi, berbelanja, mengonsumsi konten-konten seksual, dan orang-orang ini bukan pecandu internet. Mereka menggunakan media internet untuk memenuhi candu mereka akan hal lainnya, dan sama persis untuk handphone atau smartphone,” papar Dr. Mark.

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Personal and Ubiquitous Computing, seperti dilansir WebMD, juga menjelaskan bahwa kita bukan kecanduan handphone, tapi lebih banyak kecanduan “kebiasaan mengecek” yang meningkatkan penggunaan handphone kita (termasuk sering kali mengecek berita terbaru, email, atau update di media sosial kita).

Studi tersebut menemukan beberapa pemicu kebiasaan ini, dan rasa bosan salah satunya. Selain itu, para pengguna handphone rata-rata mengecek handphone mereka selama tiga puluh lima kali sehari, sekitar 30 detik setiap kali mengecek handphone mereka.

Dr. Larry Rosen dari Departemen Psikologi, California State University, mengatakan banyak orang bukan kecanduan, melainkan lebih mungkin terobsesi kepada handphone kita. “Kami menemukan bahwa obsesi adalah kebutuhan untuk mengurangi kecemasaan, yang membuat kita memiliki kebiasaan menggunakan handphone,” tutur Dr. Larry.

Dalam sebuah studi, sejumlah orang yang menjadi subjek penelitian handphonenya diambil dan dijauhkan dari mereka selama tujuh puluh lima menit. Hasilnya, pengguna berat menunjukkan peningkatan kecemasan dalam sepuluh menit. Kecemasan tersebut meningkat terus pada jam berikutnya.

Pengguna yang biasa saja menunjukkan tidak ada perubahan kecemasan dan beberapa waktu kemudian menunjukkan beberapa peningkatan kecemasan, tapi tidak banyak.

Dr. Larry memaparkan, apa yang membuat kita ingin selalu menggunakan handphone kita, semua terkait karena masalah komunikasi, bukan karena cemas tertinggal update video lucu atau show menarik di TV yang bisa kita lihat di internet.

“Saya pikir kita cemas karena sekarang kita memiliki banyak jalur komunikasi, dan kita menggunakan semuanya secara bergantian. Banyak orang merasa mereka harus segera membalas pesan, atau memposting sesuatu, mengkomentari postingan orang lain, memberikan like, atau apapun itu,” lanjut Dr. Larry.

Karena kebiasaan tersebut, pada akhirnya jam tidur kita terganggu. Apalagi menurut Dr. Larry orang dewasa mudalah yang paling terkena dampak tersebut, karena saat mau tidur masih suka mengecek handphone, sehingga membuat otak kita tetap aktif dan tidak istirahat.