close
Nuga Tekno

Aplikasi Clubhouse Trending di Twitter

Clubhouse, aplikasi media sosial khusus audio, semakin populer di tengah pandemi. Aplikasi ini hanya bisa digunakan pada iPhone

Aplikasi ini makin pop saja usai digunakan oleh CEO Tesla Elon Musk.

Sejumlah tokoh dan artis papan atas juga diketahui menggunakan aplikasi yang dinilai ‘eksklusif’ itu untuk berbincang dengan para pengguna lain.

Didirikan pada  tahun lalu,  Clubhouse dengan cepat membangun reputasi sebagai tempat bagi orang-orang untuk bertemu, berbicara, dan berbagi ide.

Clubhouse memungkinkan pengguna membuat dan bergabung ke dalam ‘ruang’, tempat untuk mengobrol dengan orang lain dalam panggilan konferensi yang besar.

Clubhouse dikembangkan perusahaan Alpha Exploration Co., yang mendapat investasi dua belas juta dollar dari ventura Andreessen Horowitz.

Tidak ada gambar, video, atau bahkan teks di dalam aplikasi Clubhouse, hanya audio.

Pengguna dapat bergabung dan meninggalkan panggilan kapan saja, serta mengubah ruangan mana pun menjadi aula rapat umum.

Melansir Business Insider, Clubhouse bersifat khusus undangan, artinya siapa pun yang ingin bergabung harus “dibawa” oleh seseorang yang sudah memiliki akun.

Orang yang belum bisa bergabung masih dapat mengunduh aplikasi dan memasukkan namanya dalam daftar tunggu, meski tidak ada jaminan bahwa akan mendapatkan akun dengan cara itu. Selain itu, Clubhouse saat ini hanya tersedia untuk pengguna iPhone.

CEO Clubhouse Paul Davidson mengatakan bahwa Clubhouse bakal terbuka untuk semua orang, termasuk pengguna Android.

Saat ini, siapa pun pengguna aplikasi Clubhouse di iPhone yang berhasil menerima undangan hanya diberi dua undangan lain, yang kemudian dapat mereka berikan kepada orang lain.

Clubhouse memiliki tampilan yang sederhana. Pengguna akan disajikan dengan daftar ruang, serta daftar yang menunjukkan siapa yang ada di setiap ruang itu. Setiap pengguna dapat bergabung ke ruang dengan mengetuknya atau membuat ruang sendiri.

Saat ini, sebagian besar ruang Clubhouse memiliki suasana seperti TED Talk, yaknu dengan satu pengguna berbicara dan semua orang mendengarkan. Namun, pengguna lain dapat bergabung dalam percakapan jika dianggap pantas oleh moderator.

Aplikasi, yang hanya tersedia di perangkat Apple, berkembang dengan konsep FOMO – takut ketinggalan. Jika Anda tidak online saat percakapan terjadi, Anda melewatkannya.

Aljazeera memberitakan, aplikasi Clubhouse seperti podcast yang sedang berlangsung karena ada kemungkinan bagi pendengar untuk ikut serta.

Setiap pengguna dapat memulai atau mendengarkan percakapan di ‘ruang’ digital, mulai dari obrolan seseorang yang terkenal hingga obrolan dalam kelompok kecil. Popularitas Clubhouse membuat Facebook berencana membangun versinya sendiri.

Aplikasi Clubhouse berkembang dengan konsep FOMO alias takut ketinggalan. Jadi, pengguna yang tidak online saat percakapan terjadi bakal melewatkan perbincangan yang terjadi.

Berdasarkan data, Clubhouse telah digunakan oleh sekitar dua juta orang setiap minggu dalam beberapa pekan terakhir.

Makin popnya aplikasi ini terus menjadi-jadi usai Elon Musk bercuit mengajak Presiden Rusia Vladimir Putin berdiskusi di Clubhouse

Beda dari aplikasi perpesanan lain, pengguna Clubhouse cuma bisa mengirim pesan suara, tanpa video, tanpa teks, dan tanpa gambar. Clubhouse sejauh ini hanya bisa digunakan pengguna iOS, versi Android disebut sedang dikembangkan.

Aplikasi ini eksklusif sebab untuk bergabung seseorang harus mendapat undangan dari pengguna lain. Hal ini membuat Clubhouse hanya dapat diakses oleh orang-orang atas rekomendasi dan undangan dari pengguna sebelumnya.

Dikutip Aljazerra, aplikasi ini seperti podcast yang disiarkan secara langsung, namun yang membedakan pengguna lainnya bisa ikut berbicara. Clubhouse tidak menyediakan kolom untuk menggunggah foto, video dan status.

Topik yang dibahas di Clubhouse di antaranya teknologi, sains, buku, kesehatan, politik dan ekonomi. Ruang obrolan mencakup orang terkenal hingga kelompok kecil.

Beberapa tokoh dunia telah bergabung dalam aplikasi tersebut. Politisi asal Jerman, Bodo Ramelow mengaku kerap bermain gim Candy Crush di ponselnya selama rapat online penanganan pandemi Covid-19 dengan kanselir Jerman, Angela Merkel.

Selain itu, pendiri Facebook Mark Zuckerberg telah muncul di platform Clubhouse pada minggu lalu membahas tentang teknologi masa depan.

Clubhouse mulai diterima banyak orang, namun ada juga yang menolak.

Aplikasi ini sudah diblokir di China karena dianggap media yang kerap digunakan untuk membahas topik tabu, seperti protes demokrasi di Hongkong dan penahanan massal Muslim Uighur di Xinjiang. Hal ini dinilai bertentangan dengan sensor pemerintah China.

Dikutip dari TechCrunch, Clubhouse telah mendapatkan kritik di Amerika Serikat karena kurangnya proteksi penyalahgunaan.

Namun begitu, Clubhouse, seperti aplikasi lainnya, diketahui memiliki risiko keamanan ketika digunakan. Sehingga, disarankan untuk meninjau kembali aplikasi itu sebelum diunduh dan digunakan.

Melansir Medium, obrolan audio dalam aplikasi ternyata tidak benar-benar dihapus setelah semua orang meninggalkan ruangan.

Kebijakan privasi yang dibuat Alpha Exploration mengatakan bahwa percakapan akan dihapus secara otomatis jika tidak ada yang melaporkan ‘Pelanggaran Kepercayaan dan Keamanan’ sepanjang obrolan.

Dengan kata lain, jika ada insiden, Clubhouse menyimpan audio tersebut hingga ‘penyelidikan selesai’. Meskipun mereka menambahkan bahwa rekaman audio sementara dienkripsi, mereka menyatakan berhak untuk membagikannya dengan penegak hukum jika perlu.

Risiko keamanan lain yakni Clubhouse meminta akses ke seluruh buku alamat pengguna untuk mengundang orang lain yang belum menggunakan aplikasi. Itu berarti semua kontak disimpan dan diunggah ke server Clubhouse.

Clubhouse juga tidak membahas perlindungan data yang diatur dalam UU Perlindungan Data Pribadi Uni Eropa

Padahal, UU mengatur subjek data harus diberi tahu tentang bagaimana data mereka diproses. Hal itu wajib kecuali warga negara Uni Eropa dilarang bergabung.

GDPR tidak disebutkan dalam Syarat Penggunaan dan Kebijakan Privasi Clubhouse.

Melansir Reuters, Stanford Internet Observatory mengatakan telah mengonfirmasi bahwa perusahaan teknologi China, Agora Inc memasok infrastruktur back-end ke Clubhouse.

Perusahaan itu juga kemungkinan akan memiliki akses ke audio mentah pengguna, yang berpotensi diakses pemerintah China.

SIO juga mengatakan bahwa mereka mengamati metadata ruang yang disampaikan ke server yang diyakini dikendalikan di China dan audio ke server yang dikelola oleh entitas China. SIO meyakini pemerintah China tidak akan dapat mengakses data jika audionya disimpan di Amerika Serikat.

Pengembang Clubhouse menyatakan akaun meningkatkan kemanan data para penggunanya.

“Selama  tujuh puluh dua jam ke depan, kami meluncurkan perubahan untuk menambahkan enkripsi dan pemblokiran tambahan untuk mencegah klien Clubhouse mengirimkan ping ke server China. Kami juga berencana untuk melibatkan firma keamanan data eksternal untuk meninjau dan mevalidasi perubahan ini,” kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.