close
Nuga Sehat

Awas!! Lebih 10 Jam Kerja Bisa Stroke

Anda penggila kerja? Workholic?

Awas, tim ahli dari dari University College London memberi review studi dari berbagai penelitiannya di empat puluh studi dengan ganalisis yang t menyebutkan orang yang bekerja lebih dari lima puluh lima jam seminggu mempunyai risiko terkena stroke hingga tiga puluh tiga persen.

Nah, jika Anda seorang penggila kerja, yang bahkan sampai sering lupa waktu karena kerjaan, Anda perlu waspada jika mempunyai kebiasaan seperti itu.

Dilansir dari laman situs “brilio.net,” penelitian yang dilakukan oleh tim ahli dari University College London meliputi berbagai tingkatan. Mulai usia, status sosial ekonomi, kebiasaan merokok, dan juga frekuensi olahraga.

Sang peneliti menjelaskan bahwa fenomena ini bisa terjadi karena terlalu lama duduk di kantor. Selain itu, mereka juga kurang gerak badannya. Selain itu, tingkat stres yang tinggi dalam kantor bisa menjadi penyebab gangguan jantung.

Penulis utama Profesor Mika Kivimaki, dari University College London mengatakan, jam kerja membuat peningkatan risiko penyakit kardiovaskular meningkat.

“Mereka yang bekerja lebih dari lima puluh lima jam dalam seminggu,n berisiko lebih tinggi serangan jantung dibandingkan dengan mereka yang bekerja dalam standar waktu empat puluh jam,” kata Mika, seperti diberitakan Mirror, Selasa, 25 Agustus 2015.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet ini melibatkan lebih dari setengah juta orang dari Amerika, Australia dan Eropa dan menggunakan data dari dua puluh lima penelitian sebelumnya.

Ahli kedokteran kardiovaskular di University of Sheffield, Dr Tim Chico berpendapat, bagi banyak orang, mengurangi jam kerja mungkin akan sulit atau tidak mungkin. Namun sebagian besar dari kita dapat mengurangi waktu dengan duduk, meningkatkan aktivitas fisik dan memperbaiki pola makan.

“Kita harus mempertimbangkan bagaimana lingkungan kerja dapat berubah demi terhindari dari stroke dan jantung, terlepas dari berapa lama kita bekerja,” pungkasnya.

Studi yang digarap oleh Dr Mika Kivimaki masih dalam tahap awal untuk memahami mengapa hal ini bisa terjadi. Karena stroke cukup berhubungan dengan tensi, maka Kivimaki menyarankan untuk selalu mengontrolnya jika seseorang barada dalam faktor risiko ini. Dugaan naiknya risiko stroke mungkin dipicu oleh stress tambahan dari bekerja atau efek dari duduk lama.

Selain itu, dari sisi gaya hidup, kemungkinan orang yang terlalu lama bekerja juga tidak sempat untuk menyiapkan makanan sehat. Mereka juga menjadi jarang berolahraga.

“Orang harus berhati-hati agar terus mempertahankan gaya hidup sehat dan memastikan tekanan darah mereka tidak naik,” kata Kivimaki.

Sementara itu, beberapa ilmuwan lain menyebutkan pekerjaan yang penuh dengan tekanan dapat meningkatkan resiko tekanan darah tinggi, stroke, dan serangan jantung pada perempuan muda.

Gejala serangan yang ditandai dengan rasa nyeri di dada yang disebabkan oleh penyempitan pemuluh arteri yang memasok darah ke otot jantung.

Menurut Dr. Linda Lison Sp.JP jam kerja yang panjang dapat memicu stres kronik yang secara langsung mempengaruhi proses metabolisme

” Ketika terjadi stres, maka adrenalin akan terangsang. Saat adrenalin meningkat, otomatis jantungpun akan terpacu untuk bekerja lebih keras. Hal ini dapat memicu terjadinya atherosclerosis atau penyempitan pembuluh arteri”, terangnya.

Gangguan jantung didalam penelitian itu, yang sering terjadi ialah jantung koroner. Penyakit itu termasuk dalam lima penyakit yang menyebabkan kematian tertinggi.

Linda menjelaskan, serangan jantung terjadi karena penyempitan pembuluh darah koroner akibat plak atau penumpukan lemak seperti kolesterol pada dinding pembuluh.

“Penyempitan ini akan menghambat aliran darah menuju jantung. Sehingga jantung tidak mendapat asupan oksigen yang cukup untuk bekerja secara normal”, terangnya. Bila keadaan ini berlanjut, dapat menyebabkan matinya otot jantung atau yang dikenal sebagai serangan jantung.

Mengenai serangan jantung tiba-tiba, misal pada saat berolahraga, Linda mengutarakan serangan jantung tidak terjadi begitu saja tanpa ada latar belakang yang menjadi pemicunya.

Terdapat proses panjang yang menyebabkan seseorang kemudian mengalami serangan jantung.

“Karena proses penumpukan plak pada dinding pembuluh hingga menyebabkan penyumbatan, tidak terjadi setahun atau dua tahun” tutur Linda.

Gejala serangan jantung biasanya diawali dengan rasa nyeri didada. Namun tak semua nyeri menjadi indikasi serangan jantung.

“Nyeri seperti diremas atau ditekan benda berat. Nyeri ini tidak dapat ditunjuk, namun menyebar ke seluruh bagian dada” ungkapnya. Serangan jantung bisa diikuti gejala sistemik yang seringkali salah persepsi.

“Kadang orang yang suka nyeri di ulu hati, menganggap menderita sakita maag. Namun setelah diobati tidak sembuh-sembuh. Ini juga perlu diwaspadai. Sesak didada yang sering dianggap masuk angin itu juga gejala penyakit jantung

Meningkatnya jumlah penderita jantung terjadi seiring dengan perubahan gaya hidup, terutama yang tinggal dikota besar.

Faktor resiko gangguan jantung ialah sering mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung kolesterol, kurang berolahraga, kebiasaan merokok, hipertensi, diabetes, dan riwayat keluarga.

Orang yang dalam keluarganya pernah menderita jantung, mereka memiliki resiko tinggi terhadap gangguan itu.

Linda menyarankan bagi mereka yang memiliki faktor resiko jantung agar mengendalikan faktor resiko tersebut. Misalnya bagi para perokok, dihentikan kebiasaan merokok.

Jika hipertensi, kontrol tekanan darah. Bagi mereka yang biasa bekerja melebihi batas jam kerja, yakni delapan jam sehari sebaiknya meninjau kembali jam kerjanya. Jam kerja ideal dalam sehari ialah tujuh jam.