close
Nuga News

Pesawat Militer AS di SIM Bisa Terbang Lagi

Kasus pendaratan pesawat militer milik Amerika Serikat dari jenis “Dornier” berkapasitas lima belas penumpang di Bandara Sultan Iskandarmuda tanpa izin mendapat respon dari  Atase Pers Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta, Troy Pederson.

Pejabat yang mengurus kepentingan kehumasan Amerika Serikat di Indonesia itu  mengatakan bahwa belum tahu tentang pesawat militer yang mendarat tanpa izin untuk mengisi bahan bakar di bandara SIM, Aceh itu.

Dia mengatakan tak tahu apa-apa soal pesawat tersebut. “Tidak ada informasi maupun komunikasi dengan pihak militer Amerika,” kata dia. Namun begitu ia akan mecari tahu untuk menyelesaikan kasus pendaratan tanpa izin itu.

Ia juga mengatakan, kemungkinan pendaratan itu dalam keadaan darurat. Mereka kehabisan bahan bakar dan sulit mencapai Singapura dengan stok yang ada. “Kalau itu kasusnya, masalahnya biasa dalam dunia penerbangan.”

Pesawat yang mendarat di Bandara SIM itu adalah jenis komuter bermesin dua. Bukan pesawat tempur seperti dipersepsikan oleh banyak orang. P{esawat ini termasuk dalam kelas Cessna atau Twin Otter. Kapasitasnya sama dengan CN 235 yang diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia.

Sebagai sebuah pesawat penumpang, bukan pesawat tempur sejenis jet, “Drinier” yang mendarat di SIM juga tidak menggambarkan pesawat skuadron militer yang biasanya di cat dengan loreng. Pesawat itu bercat dasar putih dengan strip biri memanjang di badannya.

Ameriksa Serikat memiliki “base” militer di Singapura karena kedua Negara memiliki perjanjian kerjasama. “Home base” militer AS di Singapura hanya bersifat temporar dan ditujukan untuk menjaga perdamaian. Bukan basis pangkalan.

Sebelumnya pada Senin, 20 Mei 2013, sekitar pukul 14.30, pesawat militer Amerika Serikat Dornier 328 dengan panggilan Magma-01 mendarat tanpa izin di Bandara Sultan Iskandar Muda.

Awak pesawat sempat ditahan sementara di Bandara oleh TNI AU. “Mereka mendarat karena mau mengisi bahan bakar tapi surat izinnya untuk besok hari ini, Selasa, 21 Mei 2013,” kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Ida Bagus Putu Dunia. 21 Mei 2013.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Kolonel Supriadi mengatakan, pilot pesawat tersebut ternyata tidak tepat memperhitungkan bahan bakar yang dimiliki. Ia juga mengatakan pendaratan seperti itu sangat lumrah di dunia penerbangan. “Ini kebetulan yang mendarat pesawat militer. Jadi butuhkan prosudere khusus. “Pilot ternyata salah membaca waktu,” katanya. Pilo, katanya, salah dalam memperhitungkan waktu GMT alias Greenwih Mean Time. “Mereka juga salah menghitung hari,” kata dia.

Menurut pejabat di lingkungan angkatan udara, pesawat itu sudah bisa terbang lagi hari ini setelah tidak ditemukan hal-hal yang mencurigakan. Sebagai antisipasi, Lanud SIM sudah betul dalam penanganannya.

Dari data yang dihimpun terdapat  kelima awak pesawat warga negara Amerika Serikat adalah Tutle Colton Timothy (Pilot/Laki-Laki), Priest Chyntia Ellizabeth (Co-Pilot/Perempuan), Faire Loren Mattjew (Teknisi/Laki-Laki), Moreno David Antonio (Laki-Laki) dan Sanchez Gaona Diego (Laki-Laki).