close
Nuga News

Penculikan WN Inggris Jauhkan Aceh dari Investor

Ilustrasi

Kasus penculikan, pelemparan granat dan penembakan yang masih berlangsung di Aceh pasca konflik, dan tidak pernah terbuka motifnya, makin menenggelamkan provinsi ini dalam daftar hitam tujuan investasi. “Aceh masih negative dalam safety investasi. Dan akan terus berlangsung sepanjang tidak ada penanganan serius dan komperehensif,” kata seorang pengamat masalah Aceh di Jakarta.

Menurutnya, walau pun Aceh memiliki potensi besar untuk investasi tapi para investor tidak akan mau men”judi”kan duitnya kalu tidak ada “safety.” Selama ini Aceh masuk daftar hitam kawasan investasi di Indonesia karena masih berlangsungnya aksi kekerasan berupa penembakan, penggranatan dan penculikan.

Kasus terakhir, yang terjadi Selasa lalu, seorang warga Negara Inggris yang bekerja di perusahaan minyak Medco Internasional, Malcomi, 61 tahun, di culik oleh kawanan bersenjata di Peureilek. Hingga kini belum ditemukan p[elaku dan korbannya.

Sementara itu anggota Komisi III DPR asal Aceh Nasir Djamil meminta pihak kepolisian segera mengungkap kasus penculikan terhadap tenaga kerja asing di Kabupaten Aceh Timur itu. “Kasus itu telah berdampak negatif terhadap upaya pemerintah mengkampanyekan investasi di Aceh,” katanya.

Nasir Djamil yang juga Ketua Forum bersama anggota DPR/DPD RI asal pemilihan daerah) Aceh itu juga meminta kepolisian segera mengungkap motif dari penculikan warga asing tersebut.

Pekerja asing PT Medco E&P Malaka, Malcom Primsore (61) berkembangsaan Skotlandia diculik komplotan bersenjata api di kawasan Peureulak, Kabupaten Aceh Timur pada Selasa. Menurut dia kecil kemungkinan jika kasus penculikan warga asing itu bermotif ekonomi.

“Kurang yakin jika penculikan itu bermotif ekonomi. Saya memperkirakan itu dilakukan oleh orang-orang yang ingin menganggu iklim investasi di Aceh,” kata politisi PKS menambahkan.

Kendati demikian, Nasir tetap mempercayakan aparat kepolisian dan berharap dapat menyelesaikan masalah penculikan, serta mengungkap motif dibalik tindak kejahatan bersenjata api di Aceh Timur itu.

“Kasus penculikan itu juga mengesankan kita bahwa masih banyak senjata api ditangan sipil di Aceh. Selain mengesankan daerah ini masih seram, sehingga orang akan enggan datang ke Aceh,” katanya menjelaskan.

Dipihak lain, Nasir Djamil mengatakan kasus penculikan bersenjata api itu juga sebuah ujian berat bagi kepolisian terutama jajaran Polda Aceh.

“Kemampuan polisi sedang di uji, karenanya saya minta masalah penculikan bersenjata api di Aceh harus segera diungkap sesuai prosedur hukum yang berlaku,” kata anggota Komisi III DPR RI asal Aceh.