close
Nuga Life

Dampak Film Porno untuk Lelaki

Laman situs Stuff Counselling, hari ini, Kamis, 08 September 2016, membuat tulisan panjang  tentang dampak dari film porno terhadap kehidupan seksual seorang lelaki yang gemar dengan konten merangsang itu

Pria, tulis laman situs itu, memang  kerap mencari kepuasan seksual dan film porno.

Ini bukan berarti ia tidak puas terhadap rangsangan pasangannya

Namun ini lebih seperti keinginan yang ia harap dapatkan dalam waktu cukup instan.

Melakukannya dengan anda memakan durasi lama karena ia tahu anda pasti memiliki ekspektasi tersendiri saat melakukannya dan hal tersebut jarang berakhir dengan kondisi di mana keduanya mencapai titik ‘kepuasan’ dalam waktu bersamaan.

Ia sedang bosan atau tidak ada kerjaan saat anda tidak ada di sekitarnya sehingga ia hanya ingin memenuhi kebutuhan biologisnya saja.

Kebanyakan pria memiliki fantasi yang beragam dan unik. Film porno memberikannya banyak pilihan dan hal tersebut membuatnya senang.

Tetapi, ini bukan berarti anda tidak masuk dalam kategori fantasinya atau anda tidak hot di mata pasangan.

Ia menyadari bahwa fantasinya terkadang tidak masuk akal, contohnya ia mendambakan sosok wanita yang bisa terbang atau memiliki vagina tiga dan ia memikirkan bercinta di dalam ruang kendali pilot.

Ini hal yang tidak bisa dilakukan di kehidupan nyata dan mengetahui hal tersebut ia beralih ke berfantasi.

Mungkin anda sedang berhalangan, apakah sedang haid atau terlalu lelah dari seharian bekerja, lantas dirinya beralih ke film porno.

Setidaknya ia tidak betul-betul beralih ke orang lain dalam kehidupan nyata bukan?

Film porno lebih mudah dikontrol sesuai keinginan hati dan pikiran.

Seks dalam kehidupan nyata terkadang membuatnya lelah mulai dari gerakan tubuh yang mana gaya bercintanya akan terbatas ke hal-hal yang manusia normal mampu lakukan, lalu stamina yang tak seperti dalam pikiran yaitu mendekati kekuatan Superman, kemudian soal ekspektasi dengan pasangan yang tentunya berbeda.

Dan apa bedanya saat kita membaca teks di komputer dan saat menonton film porno?

Ketika membaca atau mengetik sesuatu di komputer, kita harus menatap ke layar dengan cermat agar tidak salah baca atau salah ketik.

Namun ketika Anda menonton adegan film porno, Anda tidak mengamatinya begitu teliti karena Anda sebenarnya sudah tahu apa yang terjadi.

Aliran darah justru bergerak ke bagian lain dari otak yang dapat membangkitkan gairah seksual, sehingga Anda tak mementingkan lagi detail visualnya.

Demikianlah hasil penelitian dari University of Groningen Medical Center di Belanda.

Disebutkan para peneliti, melalui scanning otak terlihat bahwa nonton film porno bisa memadamkan korteks visual utama, bagian dari otak yang memproses informasi optik yang masuk.

Jika nonton film atau tontonan lain meningkatkan aliran darah ke korteks visual utama, nonton film porno justru mengurangi aliran darah ke area tersebut, dan beralih ke bagian lain dari otak yang berkaitan dengan nafsu seksual.

“Jika Anda menatap komputer dan Anda harus menulis sesuatu atau apa, Anda harus menatap secara spesifik dan hati-hati mengenai apa yang Anda lakukan, karena jika tidak artinya Anda membuat kesalahan,” ujar Gert Holstege, peneliti dan ahli neurologi dari universitas tersebut.

“Namun ketika Anda menonton film porno, hal itu tidak dibutuhkan, karena Anda tahu persis apa yang sedang terjadi. Tidak penting lagi apakah pintunya hijau atau kuning.”

Sebanyak dua belas perempuan heteroseksual terlibat dalam penelitian yang diterbitkan di Journal of Sexual Medicine ini.

Pada saat itu mereka semua menggunakan alat kontrasepsi hormonal, yang meringankan perubahan siklus bulanan ke libido dan nafsu seksual.

Para perempuan ini diminta menonton tiga video; dua video menampilkan adegan erotis, dan video ketiga merupakan film dokumenter tentang kehidupan laut Karibia.

Saat mereka menonton, aktivitas otak mereka dimonitor melalui scan positron emission tomography.

Alat ini mendeteksi perubahan dalam kadar radioaktivitas berdasarkan jumlah aliran darah ke beberapa area otak.

Hasil scanning menunjukkan berkurangnya aliran darah ke korteks visual utama ketika para perempuan menonton video erotis intensitas tinggi, menunjukkan bahwa otak kurang berfokus pada proses stimulasi visual dan lebih berkonsentrasi pada nafsu seksual.

“Perlu Anda ketahui, otak ingin menyisihkan energi sebanyak mungkin, jadi jika beberapa bagian otak tidak diperlukan untuk berfungsi pada tingkat tinggi, akan langsung padam,” ujar Holstege.

Otak, menurutnya, bisa terangsang atau cemas, tapi kedua hal itu tak bisa terjadi dalam waktu bersamaan.

Rasa cemas sangat berkurang pada otak ketika terjadi orgasme, tidak heran perempuan dengan libido yang rendah kerap memiliki tingkat kecemasan yang tinggi.

Di lain pihak, scanning ketika perempuan diperlihatkan petunjuk visual yang berbahaya akan langsung memengaruhi tingkat fokus pada nafsu seksual.

Studi melalui scanning ini menyimpulkan hubungan antara kecemasan dengan disfungsi seksual, dan bahwa rasa aman diperlukan untuk menghasilkan rangsangan.

“Kalau Anda berada dalam situasi berbahaya, apapun alasannya, Anda tidak memiliki perasaan seksual, karena Anda harus bertahan untuk diri Anda,” lanjutnya.

“Jika pria ingin berhubungan seks, ia harus memberikan situasi yang aman untuk wanita. Itulah yang hal terpenting yang Anda inginkan.”

Banyak pria yang gemar menonton film porno. Ada yang menontonnya sekali-sekali, ada pula yang setiap ada waktu senggang ingin menontonnya, menyebabkannya kecanduan.

Karena itu, Anda perlu hati-hati bila si dia gemar sekali menonton film porno.

Sebab, gambar-gambar atau video porno di internet bisa mengurangi sensitivitas pria terhadap aktivitas seksual biasa, demikian hasil sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Psychology Today .

Film-film porno yang mudah didapat melalui internet memang tak bisa dicegah, dan mungkin akan ada untuk selamanya.

Namun, adiksi terhadap film porno sebenarnya bisa ditinggalkan.

Caranya dengan mengubah kebiasaan, yaitu dengan belajar mengurangi kebiasaan nonton pada tingkat dimana aktivitas tersebut tidak mengacaukan kehidupan berpasangan, atau kehidupan pasangan dari seorang pecandu film porno.

“Sebagian orang memandang kebiasaan ini sebagai penyakit moral.”

Kami sendiri mengambil sudut pandang bahwa kebiasaan ini bukanlah suatu penyakit, apalagi penyakit moral, melainkan suatu bagian yang normal dari pertumbuhan,” papar Profesor Raj Sitharthan dari Department of Psychiatry, University of Sydney, Australia.

“Memang banyak orang yang menontonnya secara berlebihan. Namun, mereka bisa belajar untuk mengurangi kebiasaan ini jika mereka mau.”

Menurut Dr Raj, adiksi film porno mirip dengan adiksi terhadap alkohol. Dalam beberapa penelitian sebelumnya, ia mendapati bahwa orang yang mengonsumsi alkohol secara berlebihan setiap hari pun mampu mengurangi kebiasaannya minum.

Dalam praktik di kliniknya, pasien yang kecanduan pornografi mengurangi “asupan” film pornonya dengan cara tidak diberi uang untuk membeli film-film porno, dan aksesnya ke komputer atau perangkat lain dibatasi.

Namun, terlalu sering nonton film porno memberi pengaruh yang kurang baik terhadap hubungan dengan pasangan, kondisi keuangan, maupun studi seseorang.

“Cepat atau lambat, hal ini akan mengambil alih hidup mereka, dan menjadi satu-satunya hal yang bisa memberi kepuasan untuk mereka,” katanya.

Akan lebih baik tentunya jika si pecandu pornografi dibantu untuk mengatasi masalah mereka.

Tim peneliti dari universitas ini juga sedang berencana untuk mengadakan penelitian lanjutan untuk mengetahui penyebab kecanduan pornografi.

Tags : slide