close

Anda  tidak suka baca buku?

Tidak mengejutkan?

Ya baca buku  belum menjadi gaya hidup yang ditekuni oleh sebagian besar masyarakat kita. Pada saat yang bersamaan, televisi lebih mudah diterima dan dijangkau oleh semua kalangan, merebut perhatian setiap orang, tanpa kontrol dan filter.

Buku pun semakin terlihat tidak menarik dan tergeser dengan semarak hiburan layar kaca.

Padahal, bukan berita baru lagi bahwa membaca memiliki banyak manfaat. Yang mungkin Anda tidak ketahui, peran buku ternyata jauh lebih dalam dari sekadar memperkaya informasi dan pengetahuan baru.

Sains membuktikan, membaca meningkatkan aktivitas otak dan kemampuan analisis yang mencerminkan bagaimana seseorang berperilaku dan mengelola emosinya

Studi sepuluh tahun lalu  membandingkan hasil scan otak antara orang yang hobi membaca dan yang tidak, setelah sebelumnya meminta masing-masing partisipan untuk membaca buku literatur klasik.

Terdapat perbedaan yang signifikan dari kedua gambar tersebut. Partisipan yang hobi membaca menunjukkan aktivitas otak yang lebih giat di sejumlah area tertentu dalam otak mereka.

Secara khusus, peneliti menemukan hubungan yang meningkat di korteks temporal kiri, bagian dari otak yang biasanya terkait dengan pemahaman bahasa.

Para peneliti juga menemukan konektivitas meningkat pada sulkus sentral dari otak, daerah sensorik primer yang membantu otak memvisualisasikan gerakan.

Bayangkan Anda sedang menyelam di laut biru lepas, ditemani dengan ikan berwarna-warni dan dialasi oleh hamparan terumbu karang indah yang berdiri kokoh.

Sensasi yang Anda rasakan seperti sedang benar-benar menyelam, bukan?

Proses yang sama juga terjadi ketika Anda membayangkan diri sendiria sebagai karakter dalam sebuah buku: didapat empati dengan emosi yang mereka rasakan.

Hal ini dibuktikan lebih mendalam pada sebuah studi  Keduanya menyelidiki transportasi emosional, yang bisa menunjukkan bagaimana seseorang bisa menjadi sangat sensitif terhadap perasaan orang lain.

Ada emosi yang terbawa dengan meminta para partisipan berbagi cerita yang dibaca bisa sampai sejauh mana mempengaruhi mereka secara emosional pada skala lima poin.

Misalnya, bagaimana perasaan mereka ketika karakter utama mencapai suatu keberhasilan, dan bagaimana mereka merasa kasihan atau sedih untuk karakter.

Dalam studi tersebut, empati hanya tampak dalam kelompok orang yang membaca fiksi dan yang terbawa oleh alur cerita secara emosional. Sementara itu, kelompok partisipan yang tidak suka membaca menunjukkan penurunan empati.

Khususnya pada pembaca literatur klasik, otak mereka menunjukkan tingkat empati yang lebih tinggi saat dibandingkan dengan pembaca literatur modern.

Sastra klasik mengharuskan pembaca untuk membedah lebih dalam setiap karakternya, karena penulis klasik meramu tokoh dengan faktor-faktor penentu yang lebih kompleks, manusiawi, ambigu, dan lebih sulit untuk dipahami.

Proses pemahaman karakter-karakter, emosi yang dibawa, dan motif yang melatarbelakangi setiap aksi mereka adalah sama dalam hubungan manusia dengan satu sama lain di dunia nyata.

Prinsip bawaan emosional yang ditemukan juga menjadi bagian dari tim penelitian lain

Sejumlah peneliti lain menemukan bahwa penggemar buku seri harry potter cenderung menjadi orang yang lebih bijak dan toleran dalam kehidupan

Tiga penelitian berbeda dalam kelompok partisipan yang saling mendukung, peneliti dapat menyimpulkan bahwa buku-buku karya jk rowling ini berhasil mempertajam kemampuan pembacanya untuk memiliki perspektif yang lebih luas

Terutama terhadap kasus-kasus imigran dan grup yang termajinalisasi, termasuk pemahaman dan empati yang lebih mendalam terhadap kelompok  aksi-aksi kebencian  di dunia nyata yang dimuat di media mainstream.

Singkatnya, pembaca literatur fiksi adalah orang-orang terbaik untuk dijadikan teman, karena mereka cenderung lebih sensitif dan bisa terlibat dengan emosi orang lain.

Ini adalah salah satu manfaat buku yang seringnya terlewati oleh mereka yang ogah baca buku.

Membaca bisa memberikan ketenangan dan menurunkan tekanan darah; menyajikan sebuah dunia imajiner alternatif sebagai pelarian sementara dari masalah dunia nyata. Oleh sebab itu, baca buku bisa mencegah seseorang mengalami stress dan depresi.

Selain itu, membaca sama saja dengan melatih kemampuan konsentrasi dan fokus seseorang sehingga bisa mempermudah mereka melakukan multitasking dan menajamkan kekuatan otak dalam kemampuan mengingat dan menganalisis.

Maka dari itu, orang yang rajin membaca diketahui memiliki risiko yang jauh lebih rendah terhadap macam-macam penyakit otak, seperti demensia dan alzheimer.

Tags : slide