close
Nuga Forum

Heboh Ustazd Seleb Bertarif Artis

Dunia seleb para dai muda yang selama ini tampil bak artis papan atas, diterjang badai cemohan menyangkut tarif dan fasilitas yang mereka jual untuk menyampaikan kabar “kebenaran.”

Para dai seleb, yang biasanya menjadi artis “booking” di televisi mulai menuai “badai” usai menabur benih tarif “berpuluh juta” dan meminta fasiltitas mewah plus liputan entertainment media.

Dikuak oleh tarif ustazd Solmed yang selangit ketika di undang ke Hongkong, menjalarkan sikap pro dan kontra tentang halal haramnya para dai memasang harga untuk “jualan” nama jalan kebenaran itu.

Memang ada perbantahan antara Solmed dan pengundang. Satunya mengatakan “nggak “ pasang tariff dan lainnya memiliki bukti tentang harga yang harus mereka bayarkan untuk mendapat siraman rohani itu. Banyak orang yang “nggak” percaya terhadap ucapan Solmed bahwa ia tak pernah memasang tarif. Untuk itu biarlah dia dan Allah yang tahu.

Tapi keyakinan khalayak dan “tradisi” undang mengundang pasti ada harganya. Orang lantas menuding para ustazd itu berdakwah atas nama uang.

Ketua Majelis Ulama Indonesia, KH Maruf Amin berpendapat mengenai soal tarif dakwah di kalangan dai. Ia tak setuju bila ceramah diberlakukan tarif.

Menurut Maruf, MUI memang belum melakukan kajian mengenai soal tarif ceramah. Namun Maruf pribadi menilai ceramah tak layak diberi tarif. “Saya pribadi menganggap tidak layak kalau dakwah itu diberi tarif.

Dakwah itu tugas, melaksanakan tugas dan kewajiban. Jangan dikaitkan dengan tarif. Kalau ada orang memberi transport itu merupakan keinginan masyarakat sendiri untuk membantu para dai yang memang dai itu tidak sempat mencari uang karena kesibukannya berdakwah. Tapi jangan kemudian dia memungut tarif. Itu tidak layak,” jabar Maruf.

Ustad Novel juga buka suara mengenai kisruhnya tarif dakwah para dai menyusul pemberitaan tentang Ustad Solmed yang batal mengisi tausiah di Hong Kong. Sekretaris DPD FPI DKI Jakarta itu mengatakan, sebenarnya wajar bila ada tarif di kalangan para dai.

“Kalau ada tarif itu wajar, karena mereka juga pakai ongkos. Kalau ada tarif, tarif yang wajar itu biasa. Kita mau berdakwah, jangan dikecewakan, jadi sama-sama bermanfaat,” jelas Novel.

Imam Besar Majid Istiqlal, KH Ali Mustafa Yakub juga ikut angkat bicara mengenai ramainya perbincangan soal tarif dakwah di kalangan dai semenjak hebohnya kasus Ustad Solmed. Ali termasuk yang berpendapat bahwa seorang dai tak boleh memasang atau mematok tarif. Menurutnya, hal itu bisa mencoreng ustad lainnya.

“Itu sangat keterlaluan. Yang seperti ini bisa mencoreng para ustad. Ustad itu tidak boleh pasang tarif,” tegas Ali.

Umumnya para ustazd seleb itu selalu mengelak berbicara tentang inti masalah dakwah, yaitu duit dan tarif. Mereka menyembunyikan tarif. Kalau ditanya mereka serempak mengatakan, “Lillahi Ta’ala.” Tapi di balik kata kerelaaan ini muncul gelembung angka dan fasilitas mewah yang mencekik pengundang.

Kalau tarif ini tak disepakati, seperti kasus Solmed, biasanya sang ustazd berputar-putar dengan kalimat Insya Allah. Kalau sudah kata ini diucapkan jangan harap sang ustazd bisa hadir di pengajian.

Ada-ada saja alasannya. Bisa sibuk. Ada job lain atau pun dalih yang dicari-cari. Harap maklum kalau begini ucapannya tinggalkan saja.

Tarif dakwah para dai menjadi perbincangan ramai menyusul pemberitaan mengenai ustad Solmed yang batal mengisi tausiah di Hong Kong. Beberapa orang pun angkat bicara mengenai ‘hukum’ boleh-tidaknya ustad memasang tarif. Ada yang menilainya sebagai hal yang wajar, tapi ada juga yang ‘keras’ mengharamkannya. Siapa saja mereka yang ada di dua kubu tersebut?

Ustad Zacky Mirza mengaku tarif dalam ceramah memang disesuaikan sesuai acara. Ia juga tak menampik ustad juga memiliki menajemen layaknya manajemen artis.

“Tergantung dalam konteks seperti apa. Kalau yang mengundang pihak EO, kemudian sponsor, pemerintahan, perusahaan tertentu yang punya budjet. Contoh EO itu kan udah masuk ranah komersil. Bagaimana mereka memberikan nilai tertentu kepada pihak pengundang. Mereka baru konfirm ke pihak ustad. Dalam kasus ini, ketika kita ada nilai tertentu yang kita ajukan dari pihak ustad itu wajar, karena ada biaya,” papar Zacky.

“Jadi masalah tarif-menarif, tergantung konteksnya menurut saya,” sambungnya Zacky.
Ustadzah Mamah Dedeh merupakan salah satu yang tak mempermasalahkan mengenai tarif ceramah. Namun memang menurut Mamah Dedeh, tarif tersebut tak terpatok alias fleksibel. Meski tak mempermasalahkan tarif ceramah, ia sendiri mengaku tak pernah mematok tarif tausiah.

“Tidak masalah sebenarnya ada tarif, kita buang energi, kita buang tenaga dan waktu,” kata Mamah Dedeh.

Tags : slide