Site icon nuga.co

Bal La Ap, Hanya Sebuah Nama Bunyi

Bal La Aaaappppp…….Bal La Aaaappppp……

Dan akhirnya Bal LaAp.

Sampai disini, titik.

Bal La Ap adalah sebuah nama yang diaktualkan dalam  buku kecil

Buku  yang mendeskripsikan sebuah pesan sederhana dari sebuah kisah  besar lewat  testimoni  sejarah  oleh seorang “aneuk meugampong” yang sangat menyentuh.

Testimoni dari peradaban  anak “ketelatan”

Anak yang besar oleh isolasi kultural. Isolasi yang dihardiknya  untuk memutuskan belenggu “ketelatan” dalam personifikasi “bal-laap”

Potret bal-laap itu sendiri adalah sang penulis itu sendiri.

Penulis yang mentertawakan dirinya dalam permainan kata dan kalimat dalam bungkus episode yang tak terbantahkan: amat menarik.

Semenarik sebuah puisi yang kalau diintonasikan akan membentuk rantai panjang betapa tingginya harga maknawi seorang bal-laap. Bal-LaAp yang Arminsyah.

Bal-LaAp yang menulis bal-laap.

Ringkasnya, Bal-LaAp itu sendiri adalah Arminsyah.

Saya mengenal si Bal-LaAp yang  Arminsyah ini di lima puluh dua tahun lalu. Bal-LaAp yang seorang sales muda disebuah firma besar. Firma distributor yang berkibar di bisnis importir logistik.

Saya tahu ia anak “ketelatan.” Anak yang dijargonkan oleh cemooh saudara kandungnya yang ” de atjeh-her.”  Jargon yang menukikkan eksistensi komunitas yang tercabik oleh buruknya kondisi prasarana kala itu.

Jargon yang juga sering kami permainkan lewat salam pertemuan. Jargon yang membanggakan sebagai komunitas yang mampu beradaptasi dengan kemoderenan semu.

Tak ada rasa “dendam” untuk jargon itu untuk Arminsyah. Juga, mungkin, untuk saya yang datang dari negeri “ketelatan” itu. Negeri selatan.

Negeri yang ditabalkan untuk sebuah perusahaan angkutan. Negeri p-m-a-b-s.

Kan begitu Mens?

 

Exit mobile version