close
Nuga NewsTak Berkategori

Rouhani: ‘Have a Nice Day’ Mr Obama

Untuk pertama kalinya sejak tahun 1979, presiden Iran dan Amerika Serikat melakukan pembicaraan.

Percakapan Presiden Barack Obama dan Presiden Hassan Rowhani via telepon tersebut disambut dan ramai diberitakan media Iran.

“Ini akhir dari 35 tahun tabu,” tulis harian Arman menyinggung soal putusnya hubungan diplomatik menyusul aksi penyanderaan di kedutaan AS di Teheran saat Revolusi Islam tahun 1979.

“Dunia terperanjat. Media internasional kaget soal panggilan telepon itu,” tulis media reformis tersebut seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu , 28 September 2013.

Percakapan telepon itu terjadi saat Rowhani tengah berada di limosinnya dalam perjalanan menuju bandara usai berkunjung ke markas besar PBB di New York, AS. Rowhani sendiri yang berinisiatif menelepon Obama.

Pembicaraan dua pemimpin negara berseteru itu dilakukan melalui sambungan telepon pada Jumat malam, 27 September 2013, waktu setempat. Ini adalah pembicaraan pertama pemimpin dua negara sejak meletusnya Revolusi Islam Iran 1979.

Dalam pembicaraan selama 15 menit, Obama dan Rouhani membahas antara lain soal program nuklir Iran dan prospek bantuan atas sanksi ekonomi yang dialami Iran selama ini.

Meski ada kendala berarti dan tidak ada jaminan keberhasilan, “Saya percaya kami dapat mencapai solusi komprehensif. Aku percaya bahwa itu adalah basis untuk revolusi,” kata Obama seperti dilansir Guardian, Sabtu, 28 September 2013.

Sesaat sebelum Obama mengumumkan adanya pembicaraan itu, Rouhani melalui akun Twitternya memberitahu soal percakapan tersebut melalui beberapa kicauannya. Pada salah satu kicauannya, Rouhani menulis di akun Obama “have a nice day”. Obama menjawab dengan ucapan terima kasih dan mengucapkan “Khodahafez”, yang artinya “Tuhan menyertaimu.”

Sementara surat kabar Etemad memajang foto Rowhani dan Obama. “Historic contact on way home,” demikian judul headline di halaman depan itu.

Namun profesor hubungan internasional Mohammad Ali Bassiri mengingatkan, membaiknya hubungan Teheran dan Washington akan mendapat penolakan besar dari Israel dan lawan-lawan domestik masing-masing negara.

“Banyak negara, khususnya rezim Zionis (Israel), yakin bahwa kepentingan mereka akan terancam dengan normalisasi hubungan antara Iran dan AS, dan akan berupaya menghentikannya,” cetus Bassiri.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama telah berbicara dengan Presiden baru Iran Hassan Rowhani lewat telepon. Ini merupakan kontak langsung pertama dan bersejarah antara pemimpin kedua negara sejak Revolusi Islam pada tahun 1979 silam.

Dikatakan Obama, pembicaraannya dengan Rowhani menunjukkan kemungkinan untuk mencapai kemajuan terkait isu program nuklir Iran.

“Baru saja saya berbicara di telepon dengan Presiden Republik Islam Iran, Rowhani. Kami berdua membahas tentang upaya-upaya kami yang tengah berlangsung untuk mencapai kesepakatan mengenai program nuklir Iran,” kata Obama seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu .

“Fakta bahwa ini komunikasi pertama antara presiden Amerika dan Iran sejak 1979, menekankan adanya ketidakpercayaan yang mendalam antara negara-negara kita, namun juga mengindikasikan prospek untuk melangkah maju dari sejarah sulit itu,” tutur Obama.

Obama menggambarkan pembicaraanya dengan Rowhani sebagai “kesempatan penting dalam kebijakan luar negeri Washington.”

“Pemimpin tertinggi Iran telah mengeluarkan fatwa menentang pengembangan senjata nuklir. Presiden Rowhani telah mengindikasikan bahwa Iran tak akan pernah mengembangkan senjata nuklir,” tutur Obama.

Rowhani juga mengkonfirmasi percakapan telepon tersebut lewat berbagai pesan di Twitter. Percakapan telepon ini terjadi atas inisiatif presiden baru Iran itu. Pengganti Mahmoud Ahmadinejad itu menelepon Obama dari kendaraan limosinnya saat dalam perjalanan menuju bandara, usai menghadiri Sidang Umum PBB di New York, AS.

Dalam percakapan telepon itu, Obama berbicara dalam bahasa Inggris dan Rowhani dalam bahasa Farsi, yang diterjemahkan oleh masing-masing penterjemah.

Tags : slide