close
Nuganomics

Harga Emas Benar-benar Sudah Gila

Sabtu, hari ini,  25 Juni 2016, harga emas batangan yang dijual PT Aneka Tambang Tbk, atau Antam, mencatat kenaikan paling spektakuler, Rp 28.000 per gram.

Sebuah kenaikan yang sangat tinggi selama dua tahun terakhir,  sehingga untuk satu gramnya, emas Antam dihargai Rp 608.000.

Para analis pasar domestik sempat kaget dengan kenaikan ini dan menyatakan tak mengerti kenapa emas harus naik setinggi ini sebagai dampak dari keluarnya Inggris dari ekonomi Eropa.

“Ini benar-benar sudah gila.”

Sehari sebelumnya, atau Jumat, 24 Juni 2016,  emas Antam berada di level Rp 581 ribu per gram

Tidak hanya harga jual,  harga pembelian kembali atau dikenal dengan sebuatn buyback juga melompat hingga Rp  16.000 per gram  dan menjadi Rp 543 ribu per gram.

Itu artinya jika Anda ingin menjual emas, maka Antam akan membelinya Rp 543 ribu per gram.

Di New York, perdagangan emas di Comex Exchange juga melesat  sebesar delapan koma dua persen pada posisi 1.358,2 dollar AS per ons di  sesi perdagangan di Amerika Serikat.

Laman situs “bloomberg,” pada saat itu juga menulis, capaian ini merupakan yang tertinggi dalam dua tahun terakhir.

Kepala analis pasar Think Forex Naeem Aslam di London menyatakan, emas telah berada dalam tekanan dalam beberapa hari terakhir.

Namun demikian, saat ini adalah waktu yang baik bagi harga emas, yang mana level resistensi berikutnya bisa menyentuh 1.400 dollar AS per ons.

“Emas” berada dalam kondisi bergelora dan jelas merupakan pemenang dalam situasi Brexit.

Investor sangat berupaya untuk melindungi investasi mereka dan kita akan melihat beberapa tawaran besar di pasar yang akan mendorong harga emas lebih tinggi,” ungkap Aslam.

Analis IG Angus Nicholson menyatakan, harga emas kemungkinan akan melanjutkan reli penguatan setelah pengumuman hasil referendum benar-benar menyatakan Inggris keluar dari Uni Eropa.

Nicholson menyebut, ada potensi penguatan hingga beberapa hari ke depan. Meskipun demikian, nasib kurang baik akan dialami harga minyak.

Hal ini sejalan dengan ketidakpastian prospek Uni Eropa ke depan yang menggiring kemungkinan resesi global.

“Akan banyak ketidakpastian apapun hasilnya dan ketidakpastian bukanlah hal bagus,” jelas Managing Director Fratelli Cosulich Timothy Cosulich.

Memutuskan untuk meninggalkan Uni Eropa bagi Inggris akan  mendorong investor berbondong-bondong membeli aset safe-haven ini.

Seperti juga ditulis kantor berita “reuter” hari ini, Sabtu, 25 Juni 2016,  harga emas untuk pengiriman Agustus ditutup naik empat koma tujuh persen  di divisi Comex New York Mercantile Exchange.

Ini merupakan keuntungan terbesar selama satu hari sejak September dua tahun silam.

Lonjakan emas menandai pembalikan harapan untuk hasil referendum Inggris, setelah pedagang menghabiskan seminggu terakhir bertaruh tentang kemungkinan Inggris tetap tinggal di Uni Eropa.

“Ini kekacauan. Itu benar-benar gila, ” ujar Peter Hug, Direktur Perdagangan Global Kitco Metals.

Harga emas berjangka Comex diperdagangkan sekitar tujuh kali tingkat normal saat keputusan akhir Brexit, menurut ICBC Standard Bank. “Anda bahkan tidak bisa menekan tombol tanpa melihat harga emas bergerak,” jelas dia.

Keluarnya Inggris dari UE atau Brexit juga memicu aksi borong emas fisik.

Bahkan perusahaan broker emas berbasis di London, Sharps Pixley Ltd memeriksa saham mereka sebagai persiapan Brexit dan menerbangan produknya dari Jerman dan Swiss.

Harga logam mulia telah meningkat 25 persen (year to date) karena investor cemas akan pertumbuhan global, dan bank sentral mengambil suku bunga ke posisi negatif.

“Pasar sedikit panas pada saat ini. Ini tentu akan berbahaya pada saat ini untuk terburu-buru membeli,” kata Bill O’Neill, Broker LOGIC Advisors.

Emas juga memiliki manfaat sebagai investasi saat Federal Reserve memutuskan untuk kembali mengubah suku bunga acuannya.

Tarif yang lebih tinggi cenderung membebani emas, karena harus berjuang untuk bersaing dengan aset yang memberi imbal hasil.

Beberapa investor emas melihat Brexit sebagai double-positif untuk aset tersebut, karena ketidakpastian ekonomi membuat Fed menaikkan suku.

Tapi, Julian Jessop, Kepala Riset Komoditas Capital Economics, tidak mengesampingkan kemungkinan kenaikan suku bunga belum terjadi.

Tags : slide