close
Nuganomics

Emas Global Melemah, Antam Naik Tipis

Ditengah isu kuat kenaikan suku bunga oleh The Fed, Oktober mendatang, harga emas global, pada sesi pembukaan perdagangan hari ini, Selasa, 01 September 2015, tergelincir tipis di Comex New York Merchantil sebagai pertanda akan kembalinya gonjang ganjing rumor tentang kebijakan ekonomi Amerika Serikat.

Melemahnya emas di bursa komoditi logam mulia Comex itu tidak memengaruhi harga emas domestik ketika harga jual emas milik PT Aneka Tambang Tbk, atau Antam, bergerak naik sebesar Rp 1.000, dan bertengger di posisi Rp 558.000 per gram di banding sehari sebelumnya, Senin, 31 Agustus 2015, Rp 557.000 per gram.

Seperti dikutip “nuga” dari laman situs “Logammulia,” Selasa, 01 September 2015, untuk harga pembelian kembali, atau dikenal dengan sebutan “buyback,” juga naik Rp1.000 ke Rp 497.000 per gram.

Di pasar global harga emas cenderung melemah di awal pekan seiring investor khawatir kemungkinan kenaikan suku bunga Amerika Serikat pada akhir tahun ini

Sebelumnya, harga emas cenderung mencatatkan kenaikan terbesar secara bulanan sejak Januari lantaran pasar cemas terhadap gejolak di bursa saham global.

Emas kembali bergerak ke kisaran tertinggi di tengah ketidakpastian yang sedang berlangsung terkait kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed yang pertama kali dalam hampir satu dekade.

Fedspeak dari simposium Jackson Hole terus menyatakan suku bunga lebih baik masih tetap di tahan di level rendah sehingga membuat penilaian pasar masih tetap samar terhadap kebijakan tersebut.

Tidak adanya inflasi merupakan jawaban terbesar mengenai hal tersebut.

“Ada alasan yang baik untuk percaya bahwa inflasi akan bergerak lebih tinggi tetapi pada saat ini pasar sedang menekan inflasi lebih lanjut,” kata Wakil Ketua Fed Stanley Fischer.

Menaikkan suku bunga sebelum faktor-faktor tersebut dapat menghilangkan risiko terhadap tekanan disinflasi, yang disertai risiko pertumbuhan, yang dapat menyebabkan resesi ketika Fed sedang mencoba untuk menghindari.

Indeks saham dunia melemah di tengah kekhawatiran investor yang terus-menerus melihat perlambatan pertumbuhan di China dan prospek suku bunga AS yang lebih tinggi.

Volatilitas pasar yang ekstrim yang terlihat di pekan lalu, semakin merumitkan kebijakan the Fed dan hal itu benar-benar mengurangi ekspektasi bahwa kenaikan suku bunga akan dilakukan ketika data GDP Q1 terlihat suram.

Ada konsensus yang cukup luas bahwa kenaikan suku bunga dapat menyebabkan volatilitas global lebih lanjut yang terkait dengan kenaikan pasar saham yang cukup tajam.

Sementara itu, pasar masih menunggu laporan non-farm payrolls AS yang merupakan indikator ekonomi utama pada hari Jumat mendatang. Data non farm payrolls AS untuk bulan Agustus akan dirilis pada hari Jumat dimana ada beberapa risiko downside secara sederhana, mengingat tren negatif yang telah muncul dalam beberapa bulan terakhir.

Harga emas untuk pengiriman Desember 2015 memang melemah menjadi US$ 1.132,50 per ounce di divisi Comex.

“Bursa saham melemah dalam dua minggu terakhir telah menempatkan emas di bawah kondisi normal, namun pernyataan pejabat senior bank sentral AS telah membuat pelaku pasar cemas karena masih ada potensi kenaikan suku bunga pada akhir tahun,” tutur Adam Koos, Direktur Libertas Wealth Management Group, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Selasa. 01 September 2015.

Ia menambahkan, memang emas sempat kembali pulih setelah tertekan. Namun, pelaku pasar sekarang fokus terhadap suku bunga dan data ekonomi.

“Emas mungkin menjadi tempat aman untuk investasi. Akan tetapi kecemasan pelaku pasar soal kenaikan suku bunga akan mempengaruhi gerak harga emas,” kata Koos.

Ketidakpastian soal kenaikan suku bunga telah membebani logam mulia yang berdenominasi dolar. Alan Konn, Direktur Price Asset Management menuturkan volatilitas harga emas yang terjadi seiring harapan kenaikan terhadap harga emas. Pelaku pasar pun akan fokus terhadap rilis data ekonomi pada pekan ini.

“Xinhua,” kantor berita Cina, Selasa menulis, logam mulia berada di bawah tekanan setelah bank sentral AS mengisyaratkan dalam sebuah konferensi di Jackson Hole, Wyoming, bahwa meskipun tren terbaru data ekonomi AS kurang dari ideal, mereka masih akan mempertimbangkan menaikkan suku bunga AS sebelum akhir 2015.

Sebuah peningkatan suku bunga The Fed mendorong para investor menjauh dari emas dan menuju aset-aset dengan imbal hasil, karena logam mulia tidak mengenakan suku bunga.

Belum ada peningkatan suku bunga The Fed sejak Juni sembilan tahun lalu, sebelum awal krisis keuangan Amerika.

Emas mendapat dukungan sedikit ketika indeks dolar AS turun Indeks adalah ukuran dari dolar terhadap sekeranjang mata uang utama.

Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar turun maka emas berjangka akan naik, karena emas yang dihargakan dalam dengan dolar menjadi lebih murah bagi para investor.

Tags : slide