close
Nuganomics

Emas Dunia Kembali Menjulang Hari Ini

Hari ini, Rabu, 29 November, harga emas di Comex Exchange Mercantil, New York, kembali moncer  atau menguat dan mencetak kenaikan tertinggi dalam satu minggu.

Kenaikan harga emas ini karena didorong sentimen investor mendapatkan sinyal calon pimpinan the Federal Reserve Jerome Powell mengkonfirmasi kebijakan tingkat bunga.

Investor juga mengamati data yang menunjukkan lonjakan bulanan data kepercayaan konsumen Amerika Serikat  ke level tertinggi dalam tujuh belas tahun.

Rilis data ini juga mendukung argumen the Federal Reserve akan melanjutkan kenaikan suku bunga.

Ditambah sentimen Korea Utara melepas sebuah rudal balistik juga bayangi harga emas.

Harga emas naik tipis tiga puluh sen usai sentuh level terendah di bawah US$ 1.295 dan tertinggi di US$ 1.300.

Harga emas itu tertinggi sejak pertengahan November.Adapun pergerakan harga emas sedikit berubah usai Korea Utara meluncurkan rudal lain

Pernyataan Jerome Powell di depan komite senat perbankan juga mengkonfirmasi akan melanjutkan kebijakan pendahulunya Janet Yellen.

Powell akan tetap menaikkan suku bunga dan mengurangi neraca keuangan secara bertahap. Pernyataan Powell tersebut juga mempengaruhi pergerakan harga emas.

“Pernyataan Powell yang dijaga mengandung beberapa tanda bahwa dia akan membawa pemikiran baru dan perubahan pendekatan FOMC,” ujar Michael Pearce, Ekonom Capital Economics, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Rabu .

Pearce menuturkan, pihaknya tetap melihat suku bunga the Federal Reserve naik pada Desember. Kemudian suku bunga the Federal Reserve akan naik sebanyak empat kali pada 2018.

Tingkat suku bunga lebih tinggi cenderung mendorong dolar AS lebih tinggi. Demikian juga dengan imbal hasil obligasi atau surat utang.

Penguatan indeks dolar AS mendekati level tertinggi usai data kepercayaan konsumen melonjak  pada November. Dengan data ekonomi AS positif mendukung harapan kenaikan suku bunga the Federal Reserve selanjutnya.

“Data ekonomi positif menunjukkan ekonomi Amerika Serikat dalam keadaan sehat. Akan tetapi, ada banyak indikasi prospek tahun depan tidak sebagus pada tahun ini,” ujar Mark O’Bryne, Direktur GoldCore.

Selain itu, perkembangan reformasi pajak di AS juga menjadi sorotan pelaku pasar. “Senat cenderung memilih legilasi perpajakan akhir pekan ini. Namun bagian akhirnya belum pasti,” tutur Analis Senior Kitco, Jim Wyckoff.

Sebelumnya harga emas menguat terpicu melemahnya dolar. Investor juga mencermati kesaksian kongres terkait calon Gubernur The Fed dan pertemuan antara Presiden Donald Trump dan Senat Republik yang membahas reformasi pajak.

Sementara harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember menetap naik lebih setengah persen.

“Kami melihat pemulihan yang cukup kuat pada harga emas didukung lemahnya dolar dan beberapa pembacaan data dari AS,” kata Analis Mitsubishi Jon Butler.

Minggu lalu, AS melansir data PMI dan barang modal yang raihannya di luar ekspektasi. Ini menekan dolar yang meluncur ke level terlemahnya dalam dua bulan.

Melemahnya dolar bisa merangsang permintaan emas, membuat logam mulia lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Selain dolar, harga emas juga dipengaruhi pertemuan Federal Reserve. “Cukup aman untuk mengatakan bahwa kita akan mendapatkan kenaikan suku bunga kembali,” kata Bart Melek, Kepala Strategi komoditas TDEfek di Toronto.

Harga emas memang sangat sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga karena kebijakan ini cenderung memperkuat dolar dan mendorong imbal hasil obligasi lebih tinggi, mengurangi daya tarik bullion non-yielding.

Di sisi lain, Jerome Powell dicalonkan sebagai pengganti Janet Yellen akan resmi menduduki kursi Fed pada tahun depan.

“Konfirmasi ini telah dilihat sebagai risiko dan positif untuk emas,” kata Josh Graves, Ahli Komoditas Senior di RJO Futures di Chicago.

Trump direncanakan akan bertemu dengan Senat dari Republik untuk mendiskusikan reformasi pajak yang bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi AS.