close
Nuganomics

Emas Antam Kembali Keposisi Kuatnya

Setelah “longsor” besar di hari Rabu kemarin, hari ini, Kamis, 13 Oktober 2016, harga emas milik PT Aneka Tambang Tbk, atau Antam, kembali tegar lewat kenaikan sebesar  Rp 35.000  per gram.

Kenaikan ini bernilai sama dengan kejatuhannya sehari sebelumnya.

Seperti dikutip “nuga” dari laman situs Antam, harga emas  untuk ukuran satu  gram berada di posisi  Rp 610.000 dari harga sebelumnya Rp 575.000.

Untuk harga buyback  Antam atau  harga beli kembali  tetap dihargai Rp.524.000 per gram

Berlainan dengan pasar lokal, harga emas di New York Exchange Comex hari ini melemah seiring dolar Amerika Serikat  naik tipis.

Akan tetapi, harga emas sempat naik usai rilis hasil pertemuan bank sentral AS atau the Federal Reserve pada September.

Rilis itu menyebutkan kalau bank sentral AS tetap mempertahankan suku bunga meski punya alasan untuk menaikkan suku bunganya.

Harga emas untuk pengiriman Desember melemah sanga tipis untuk setiap ounce-nya.

Sebelumnya, harga emas sempat naik ke level US$ 1.257 per ounce selama setengah jam usai rilis pertemuan bank sentral AS.

Sejumlah pembuat kebijakan mengatakan sebaiknya untuk segera menaikkan suku bunga.

Namun, komite memutuskan mempertahankan suku bunga hingga ada bukti kuat mengenai data tenaga kerja dan inflasi.

Adapun bank sentral AS akan kembali lakukan pertemuan pada 1-2 November. Harapan kenaikan suku bunga mengecil.

Namun pelaku pasar harap kenaikan suku bunga bank sentral AS dapat terjadi dalam pertemuan Desember.

Suku bunga yang tinggi dapat mendorong dolar AS. Namun indeks dolar AS hanya naik tipis usai rilis bank sentral AS. Indeks dolar AS naik.

“Harga emas dipengaruhi dolar AS. Dolar AS melemah pada rilis bank sentral AS telah mendorong harga emas,” ujar Michael Armbruster, Pendiri Altavest seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis pagi WIB.

Sementara itu, Direktur GoldCore Mark O’Byrne menuturkan, pemilihan presiden AS juga akan mendukung harga emas.

Akan tetapi, harga emas cenderung tertekan dalam jangka pendek hingga hari pemilihan.

“Siapapun presidennya yang terpilih akan hadapi sejumlah masalah serius mulai dari keuangan, ekonomi dan geopolitik,” ujar dia.