close
Nuga Tokoh

Benny “Lennon” Panjaitan Itu Sudah Pergi

Musisi legendaris Benny Panjaitan yang banyak dikenang sebagai “Benny John Lennon”  sudah “pergi.”

Ia berpulang seetelah menderita sakit cukup lama.

San vokalis dari grup musik lawas Panbers itu wafat hari ini, Selasa, 24 Oktober  pagi, di kediamannya di Tangerang, Banten.

Pemilik nama asli Porbenget Mimbar Mual Hamonangan Pandjaitan ini lahir enam puluh sembilan tahun silam di Tarutung, Tapanuli Utara, Sumatera Utara..

Benny bisa disebut pentolan sekaligus motor bagi grup musiknya.

Panbers merupakan kelompok musik yang dibentuk Benny bersama ketiga saudaranya, Hans Panjaitan, Doan Panjaitan, dan Asido Panjaitan  empat puluh delapan tahun  lalu di Surabaya.

Panbers dibentuk secara spontan. Mereka terinspirasi dari Koes Bersaudara, grup musik yang populer pada 1960-an dan sangat disukai Benny. Saat ikut ayahnya yang merupakan seorang bankir berpindah tugas ke Surabaya, Panjaitan bersaudara pun membentuk band sendiri.

Keluarga Panjaitan sendiri memang dekat dengan musik.

Putra-putra dari pasangan Drs. J.M.M. Pandjaitan, S.H,  dan Bosani S.O. Sitompul itu sudah memegang alat musik sejak kecil.

Lagu rohani, lagu batak, maupun lagu barat juga akrab di telinga keluarga mereka

bu mereka bahkan mahir bermain piano dan Ayah mereka senang main biola.

Beranjak dewasa, Benny menjadi vokalis dan memegang rhythm guitar di grup musiknya

Dalam perkembangannya formasi Panbers berubah dan bertambah. Mereka akhirnya punya Maxi Pandelaki sebagai basis, Hans Noya sebagai lead guitar dan Hendri Lamiri pada biola.

Hampir semua lagu yang dipopulerkan Panbers adalah ciptaan Benny. Peran dan fungsinya sama vitalnya dengan John Lennon di The Beatles, Freddy Mercury di Queen, Mick Jagger di Rolling Stones, Achmad Albar di God Bless, atau Rhoma Irama di Soneta Group.

Benny pertama menciptakan lagu pada awal tujuh puluhan.

Saat itu ia berpikir, dirinya tidak akan bisa jadi apa-apa jika tidak mencipta lagu. Ia pun coba-coba menciptakan lagu dengan membuat Awal dan Cinta.

Tak dinyana, Panbers kemudian berjaya.

Dari panggung hiburan dan acara-acara pesta dengan bayaran seadanya di Surabaya, Panbers ke Jakarta.

Mereka tak lagi menyanyikan lagu orang dan senandung Batak seperti A Sing Sing So dan Butet, tetapi sudah bisa pentas dengan karya sendiri. Semua karena Benny.

Mereka tampil di Istora Senayan Jakarta untuk acara Jambore Bands 1970. Sejak itu, nama Panbers pun lebih dikenal luas.

Mereka pun dapat tawaran rekaman, dan langsung meledak sejak album pertama. Mereka berhasil mensejajarkan diri dengan Koes Plus.

Dilihat dari karya-karyanya, pengamat musik menilai Benny sebagai pribadi yang sentimentil, bahkan melankolis.

Hampir semua lagu ciptaannya kental dengan nuansa sendu, kisah-kisah cinta romantis yang liris, dan balada anak manusia yang kurang beruntung.

Dari hit Awal dan Cinta sampai Cinta dan Permata, Benny dan Panbers tak pernah bergeser dari pop manis yang melankolis.

Lagu-lagu itu adalah suara kaum marjinal Indonesia pada dekade ’tujuh puluhan. Kebanyakan soal orang pinggiran yang berjibaku dengan dunia kapital

Namun kini, Panjaitan Bersaudara hanya menyisakan Sido. Grup ini telah ditinggal sang sulung, Hans pada 1995 karena sakit Jantung. Lima belas tahun berselang, Doan wafat karena komplikasi dan gagal ginjal yang diderita. Kini, Benny menyusul adik dan kakaknya.

Padahal Benny tak seperti musisi sekarang yang ‘banyak gaya.’ Ia selalu menjaga pola hidup sehat, termasuk menjauhi rokok dan minuman beralkohol. Sel

Selain membesarkan Panbers, Benny juga menjadi sososk penting kejyaan band d’Masiv.

Rian Ekky Pradipta, vokalis grup musik d’Masiv termasuk yang prihatin dengan kondisi Benny. Bukan sekadar penggemar Panbers biasa, Rian mengaku sudah mengenal Benny sejak dirinya masih di bangku SMA.

“Saya memang kenal secara pribadi dengan beliau,” ujar Rian.

Kata Rian, rumah Benny sendiri tidak jauh dari tempat tinggalnya. Jaraknya hanya sekitar lima belas  meter. Benny sudah mengenal Rian sebelum d’Masiv punya pamor.

Benny sering memerhatikan Rian cs yang mengadakan sesi latihan di studio Panbers, sekitar lima belas tehaun lalu.

“D’Masiv dulu sering latihan di studio Panbers, dibimbing sama adik kandung Om Benny, yakni Asido. Tapi Om Benny sudah memerhatikan dari kejauhan, setelah itu  kita sering ngobrol bareng juga,” tuturnya.

Rian menjelaskan, Benny seringkali memberikan petuah bermanfaat bagi karier bermusik Rian dan d’Masiv saat ini. Salah satu yang paling diingat, Benny menyarankan Rian terus berkarya hingga tua, seperti yang dilakukannya bersama Panbers.

“Saya disuruh buat lagu sendiri, disuruh buat lagu yang banyak, terus berkarya hingga tua,” ujar Rian menirukan Benny.

Alhasil, Rian tumbuh besar dengan itu. Tak sekadar petuah Benny, Rian pun terus dibuai lirik-lirik lagu Panbers yang lugas dan tidak neko-neko. Itu dijadikannya inspirasi saat menulis lagu-lagu d’Masiv kemudian.

Tags : slide