close
Nuga Tekno

Perang Hacker Indonesia-Australia Ngacau

Kasus peretasan “hacker” asal Indonesia keberbagai website di Sidney dan Meulborne, menurut sebuah ahli IT di Jakarta, dilakukan oleh para pemula yang mengatasnamakan “anonymous indonesia.” Peretasan itu tidak mampu melumpuhkan “website” strategis dan hanya membuat gaduh karena menyasar ke rumah sakit dan yayasan-yayasan nirlaba.

Disamping itu, setelah para hacker Australia menyerang balik, ternyata pertahanan “website” di Indonesia juga lemah. Para pemilik website, seperti Garuda dan Angkasa Pura, dua dari puluhan situs yang dilumpuhkan hacker Australia tidak mampu membuat pagar pengaman.

Kasus peretasan hacker asal Indonesia yang menyerang berbagai situs di Australia mendapat perhatian dari banyak praktisi IT. Kali ini dari hacker lainnya, yang mengatakan tindakan hacker yang mengaku Anonymous Indonesia tersebut berbeda jauh dari manifesto hacking yang ada.

Salah seorang staf di komunitas Binus Hacker menilai, hacker yang melakukan penyerangan tersebut hanya ingin eksistensinya dikenal oleh publik. “Saya pikir kelompok hacker itu masih baru di dunia hacking, karena tindakannya sudah jauh dari manifesto yang ada,” kata salah seorang anggota Binus Hacker yang tak ingin disebutkan namanya, Rabu 20 November 2013.

Menurutnya, aksi penyerangan situs Australia yang dilakukan sekolompok hacker itu sendiri sangat berbeda dengan sikap hacker sebagaimana mestinya. Ia juga menyebutkan, penafsiran orang-orang terhadap hacking itu sudah melenceng jauh dari arti sebenarnya.

“Hacking saat ini seperti menjadi hal yang negatif. Padahal sebenarnya definisi hacking itu jauh berbeda dari yang dilakukan oleh hacker itu, yang menyerang situs Australia,” jelasnya.

Ia menjelaskan Hacking adalah tindakan perusakan atau pembobolan yang tidak merugikan orang lain, dan dilakukan atas izin sang pemilik sistem. Sedangkan tindakan perusakan dan pembobolan yang merugikan pihak lain adalah Cracking.

Aksi peretasan hacker Anonymous Indonesia sebagai respons dari penyadapan yang dilakukan Australia kepada sejumlah pejabat RI, harus diperkuat juga dengan sistem pertahanan TI Tanah Air. Bila tidak, ini akan merugikan dan memberi dampak yang buruk terhadap hubungan kedua negara.

“Semua teknologi harus diaudit. Kita juga harus tahu benar untuk source code untuk jaminan keamanan,” tutur Pakar Komputasi di Indonesia, I Made Wiryana.Ia mengatakan, serangan hacker itu bisa didasari atas rasa nasionalisme atau vandalism.

Kementerian Kominfo melalui Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure/Coordination Center (Id-SIRTII/CC) terus melakukan investigasi secara cepat dan berkoordinasi dengan pihak Australia Computer Emergency Response Team terkait dengan informasi tersebut.
Adapun hasil investigasi sejauh ini menyatakan bahwa informasi yang beredar tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

“Pemberitaan terkait peretasan ini dinilai sangat berpotensi memicu keresahan dari masing-masing pihak, khususnya para pengguna internet untuk menggunakan internet secara aman dan sehat. Bahkan lebih jauh lagi, hal ini dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan dari situasi yang tidak jelas ini,” jelas Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo Gatot S. Dewa Broto, hari Rabu pagi.

Tentang kekecewaan dan kemarahan Indonesia terhadap Australia, kata Gatot, dapat sepenuhnya dipahami dan sangat berpotensi mengganggu hubungan diplomatik kedua negara. Namun demikian upaya peretasan balik secara demonstratif yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Karena itu, para pengelola infrastruktur internet strategis agar dalam situasi yang seperti ini tidak mudah termakan oleh berbagai informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan tetap memberikan kesadaran dan perasaan aman bagi para pengguna internetnya.

Selain itu, para pengelola infrastruktur internet strategis diminta tetap mengutamakan sikap kewaspadaan tinggi dan tetap menjaga infrastruktur internet yang dimilikinya, serta secepatnya melaporkan dan berkoordinasi dengan Id-SIRTII/CC jika ditemukan hal-hal yang mencurigakan terhadap kondisi keamanan internet Indonesia.