close
Nuga Tekno

Linkedin Lite Usir Lemot dan Hemat Data

Jejaring sosial profesional LinkedIn kini hadir dalam versi ringan alias lite.

Mulai awal Agustus lalu, aplikasi LinkedIn Lite sudah bisa diakses di enam puluh nnegara negara.

Sebelumnya, LinkedIn Lite baru hadir di India.

Dalam rilis terbarunya LinkedIn, mengungkapkan negara-negara yang kebagian Lite termasuk negara kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia, Filipina, dan Malaysia.

Versi ringan LinkedIn ini menghadirkan pengalaman pengguna yang cepat dan sederhana sehingga mampu merangkul lebih banyak profesional dan pelajar di dunia untuk terhubung ke kesempatan karier.

LinkedIn Lite bisa diakses melalui web serta aplikasi Android. Meski versi ringan, LinkedIn Lite mereka menawarkan fitur-fitur utama seperti newsfeed, profil, jaringan, pesan, dan notifikasi.

Disebutkan pula, LinkedIn Lite dapat diakses melalui web browser dari hampir semua perangkat seluler dengan kemampuan internet yang tersedia di pasaran saat ini, termasuk jaringan 2G.

Versi ringan LinkedIn ini pun hanya berukuran kurang dari satu megabyte sehingga bisa memangkas konsumsi data hingga delapan puluh persen dibanding LinkedIn.

Country Manager and Head of Product LinkedIn India Akshay Khotari mengatakan, akses ke peluang ekonomi mendapat tantangan yang besar, yakni kesediaan teknologi dan konektivitas internet yang baik.

“Kami sadar, sebesar apapun manfaat yang ditawarkan oleh suatu produk, akan percuma jika tidak dapat diakses dan digunakan. Atas dasar inilah kami mengembangkan LinkedIn Lite,” kata Khotari dalam keterangan pers.

Di India, kehadiran LinkedIn Lite membuat perubahan signifikan. Selain akses yang lebih cepat, jumlah lamaran pekerjaan melalui ponsel pun meningkat.

Bahkan, lebih dari setengah anggota baru LinkedIn mendaftarkan diri mereka dari ponsel.

Sekadar informasi, LinkedIn kini memiliki lebih dari seratus delapan belas juta anggota di Asia Pasifik, dan lebih dari dua puluh dua  juta anggotanya tersebut berasal dari Asia Tenggara.

Di sini  menyumbang jumlah pengguna yang cukup terbesar di Asia Tenggara, yakni delapan  juta pengguna.

Sementara itu para pesaing Linkedin, seperi Google dan Facebook juga ikut membuat program yang sama.

Google dikabarkan tengah menyiapkan sebuah portal yang menyediakan informasi mengenai lowongan pekerjaan. Informasi ini pertama kali diketahui salah situs informasi teknologi, Axios, beberapa waktu lalu.

Berdasarkan informasi awal, portal ini menawarkan layanan serupa dengan LinkedIn. Pengguna cukup memasukkan akun Google miliknya.

Namun sebagaimana dikutip dari Tech Radar, portal ini belum dapat digunakan untuk publik dan masih terbatas bagi beberapa pengguna.

Meskipun belum resmi beroperasi, portal ini sudah menuai kontroversi. Berdasarkan laporan awal, layanan Google Hire disebut-sebut menyimpan riwayat penelusuran penggunanya di internet.

Data itu kemudian dapat diakses oleh perusahaan tempat pengguna melamar pekerjaan.

Isu itu beralasan sebab pengguna memanfaatkan akun Google untuk masuk ke layanan Hire, sehingga seluruh aktivitas akun tersebut kemungkinan besar terekam.

Namun isu itu segera dibantah oleh Google. Melalui juru bicaranya, raksasa internet itu memastikan informasi pribadi dari akun Google pengguna Hire tak akan dibagikan ke kantor saat melamar pekerjaan.

“Google Hire hanya mengizinkan pemberi pekerjaan mengumpulkan aplikasi online dari calon kandidat,” tutur Google. Karenanya, hanya informasi yang disediakan oleh pelamar yang bakal diteruskan ke calon perusahaan.

Untuk informasi, Google bukan satu-satunya perusahaan teknologi yang mulai merambah layanan untuk profesional. Sebelumnya, Facebook juga meluncurkan alat untuk mempermudah pengguna mencari pekerjaan dan menerbitkan lowongan pekerjaan di layanannya.

Fitur ini muncul setelah hasil survei menunjukkan pemilik bisnis kecil di Amerika Serikat kesusahan menemukan karyawan yang cocok dengan keinginan mereka.

Dengan kehadiran fitur ini, perusahaan tersebut bisa menerbitkan lowongan pekerjaan di Page dan News Feed.

Sementara itu, Facebook juga sibuk merekrut eksekutif LinkedIn, Susan Taylor, untuk menjadi salah satu pimpinan perusahaan.

Ia akan menjadi Chief Accounting Officer di Facebook .

Dilansir dari Reuters,  ia akan menggantikan Jas Athwal yang mengundurkan diri dari posisi tersebut pada tahun lalu. Sebelum bergabung dengan Facebook, ia menjabat sebagai Vice President, Controller dan Chief Accounting Officer di LinkedIn.

Facebook menjelaskan, Taylor akan efektif  bergabung dengan perusahaan itu

Terlepas dari perekrutan Taylor, Facebook sebelumnya juga dikaitkan dengan LinkedIn.

Perusahaan yang didirikan oleh Mark Zuckerberg itu disebut akan menjadi rival baru bagi jejaring sosial pekerja profesional tersebut.

Pasalnya, perusahaan-perusahaan yang memiliki Page di Facebook, kini bisa menerbitkan lowongan kerja, sama seperti salah satu fitur di LinkedIn.

Fitur ini muncul setelah sebuah hasil survei Facebook menunjukkan bahwa pemilik bisnis kecil di AS kesusahan menemukan karyawan yang cocok dengan keinginan mereka.