close
Nuga Tekno

Line Datang dengan Fitur Mirip WhatsApp

Line tak mau ketinggalam dalam menyediakan fitur baru

Aplikasi itu hari ini, Jumat, 15 Desember,  merilis fitur yang memungkinkan pengguna menghapus pesan yang terlanjur terkirim.

Lantas apa bedanya dengan fitur yang dimiliki WhatsApp?

Ya, hampir tak ada.

Line pun menyediakan fitur untuk menghapus atau menarik pesan yang terlanjur dikirim ke teman.

Pesan itu dapat berupa teks, stiker, foto, video, pesan suara, tautan, kontak, informasi lokasi, hingga file.

Pemanfaatannya juga bisa dalam konteks chat personal maupun percakapan grup. Lantas bagaimana cara memanfaatkannya?

Pertama, tekan dan tahan pesan yang terlanjur dikirim dan ingin dihapus. Antarmuka Line, baik via mobile maupun web, bakal memperlihatkan pilihan “Unsend”.

Tekan pilihan itu, lalu pesan akan hilang dari layar penerimanya. Sama seperti WhatsApp, Line akan meninggalkan sebuah notifikasi ke pihak penerima.

Isi notifikasi kurang lebih memberi tahu ada pesan yang tadinya masuk namun telah dihapus oleh pengirim

Prinsip fitur penarikan pesan terkirim di Line ini memang identik dengan yang dilakukan WhatsApp.

Bedanya hanya soal durasi waktu yang diperbolehkan untuk menghapus pesan.

Di WhatsApp, pesan yang terlanjur dikirim ke teman bisa dihapus dalam rentang tujuh menit pasca pengiriman. Sementara di Line, rentang waktunya lebih lama, yakni dua puluh empat jam

Fitur ini dirilis secara bertahap.

Pastikan aplikasi Line di Android maupun iOS telah diperbarui, begitu juga aplikasi Line untuk desktop Windows maupun MacOS.

Terkhusus untuk akses Line via peramban Chrome, fitur ini belum bisa dinikmati.

Sebelumnya Line juga telah meluncurkan  sejumlah layanan barunya, seperti streaming Line TV dan Line Live.

Namun, kedua layanan ini nampaknya tidak akan tersedia di sini dalam waktu dekat. Line baru merilisnya untuk pasar Thailand dan Taiwan.

Begitu juga sebaliknya.

Di sini, Line memiliki fitur pencari pekerjaan Line Jobs, namun fitur ini tidak tersedia di tiga negara pengguna besar Line di Asia, yakni Jepang, Thailand dan Taiwan.

Adanya perbedaan-perbedaan layanan dan fitur ini ternyata memang menjadi strategi Line dalam bersaing dengan penyedia layanan pesan instan lain, seperti WhatsApp, Facebook Messenger, dan BlackBerry Messenger

Line menyebutnya dengan strategi lokalisasi. Layanan Line disesuaikan dengan kondisi lokal pasar mereka berada.

“Dalam hal strategi, kami melakukan lokalisasi di setiap pasar, kami akan menyesuaikan dengan budaya setempat agar pasar kami lebih baik di masing-masing negara,” ujar CEO Line, Takeshi Idezawa

Pendekatan itu dikatakan oleh Idezawa, berbeda dengan pendekatan yang dilakukan oleh perusahaan penyedia layanan pesan instan dari Silicon Valley.

Yang dimaksud Idezawa dalam hal ini adalah WhatsApp dan Facebook Messenger.

“Mereka perusahaan berbasis di Silicon Valley menggunakan model bisnis yang sama di seluruh negara, pendekatan kami berbeda, yakni memberi value yang berbeda untuk masing-masing negara,” tutur Idezawa.

Pendekatan “lokalisasi” ini dikatakan Idezawa bukan hanya soal strategi bisnis saja, melainkan juga budaya. Idezawa mengatakan Line tidak memaksakan budaya Jepang ke kantor-kantor di masing-masing negara.

Alasannya, Line paham masing-masing negara memiliki ciri tersendiri.

Ke depannya, Line juga bakal mempertimbangkan untuk membuat karakter tokoh lokal, sebagai pendamping karakter global seperti Brown, Connie, Sally, dan sebagainya.

Di kesempatan yang sama, Chief of Social Media Officer Line, Jun Masuda menambahkan, lokalisasi bukan hanya soal mengubah bahasa dan tampilan sesuai dengan negara masing-masing.

Lebih dari itu, menurutnya, penyedia layanan juga harus mengubah user experience.

“Anda juga harus memiliki tim developer aplikasi khusus, serta (pejabat) pengambil keputusan yang mengetahui latar belakang budaya masing-masing negara,” ucap Masuda.