close
Nuga Tekno

Katsuko Saruhasi, Google Doodle Hari Ini

Google doodle, hari ini, Kamis, 22 Maret, kembali datang dengan gambar baru lewat ketokohan seorang perempuan Jepang sebagai ilmuwan inspirator, Katsuko Saruhasi

“Ada banyak perempuan yang memiliki kemampuan untuk menjadi ilmuwan besar. Saya ingin melihat hari ketika para perempuan dapat berkontribusi dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi pada posisi yang sejajar dengan para pria.”

Begitu sebuah tulisan yang dibuat Katsuko Saruhashi-

Katsuko Saruhashi yang kala itu masih berusia muda duduk di bangku sekolah dasar sambil melihat jendela menatap tetesan air hujan yang meluncur turun dari jendela.

Katsuko Saruhashi bertanya-tanya apa yang menyebabkan hujan turun.

Perjalanan Katsuko Saruhashi untuk mendapatkan jawaban itu membawanya menjadi perempuan pertama yang mendaptakan gelar doktor dalam bidang kimia dari Universitas Tokyo pada tahun enam puluh satu tahun lalu.

Katsuko Saruhashi lahir di Tokyo, Jepang pada 22 Maret dan tutup usia pada akhir  September dua belas tahun silam

Katsuko Saruhashi terkenal karena penelitiannya yang inovatif sebagai seorang geokimiawan. Katsuko Saruhashi adalah orang pertama yang secara akurat mengukur konsentrasi asam karbonat dalam air berdasarkan suhu, pH level, dan chlorinity.

Dinamai ‘Saruhashi’s Table’ setelahnya,  metodologi ini terbukti sangat berharga bagi para ahli kelautan di mana-mana.

Katsuko Saruhashi juga mengembangkan teknik untuk melacak perjalanan kejatuhan radioaktif melintasi samudera yang menyebabkan pembatasan eksperimen nuklir samudera

Selama tiga puluh lima tahun karirnya, Katsuko Saruhashi menjadi perempuan pertama yang terpilih menjadi anggota Dewan Ilmu Pengetahuan Jepang pada tahun tiga puluh delapan tahun lalu.

Ia juga perempuan pertama yang mendapatkan penghargaan Miyake Prize untuk geokimia pada tahun tiga puluh tiga tahun silam

Penghargaan itu adalah salah satu dari sekian banyak penghargaan yang diraihnya.

Katsuko Saruhashi sangat berkomitmen untuk menginspirasi para perempuan muda belajar sains. Dan ditetapkan sebuah penghargaan atas namanya, Saruhashi Prize pada tahun 1981, sebagai pengakuan bagi ilmuwan perempuan  untuk penelitian yang berbeda-beda dalam ilmu pengetahuan. 

Pada hari ini, 22 Maret, Hari Ulang tahun Katsuko Saruhashi yang kesembilan puluh delapan tahun, Google memberikan penghormatan kepada Dr. Katsuko Saruhashi atas kontribusinya yang luar biasa terhadap sains, juga atas jasanya menginspirasi ilmuwan muda, dengan menjadikannya sebagai Google Doodle hari ini

Tak utuh rasanya membicarakan Katsuko Saruhashi tanpa menyinggung Yasuo Miyake.

Sosok sang mentor ini, memberi warna dalam kiprah Saruhashi.

Perjalanan Katsuko Saruhashi ini dituliskan Lisa Yount dalam bukunya A to Z of Women in Science and Math

Saruhashi mempelajari tingkat karbon dioksida di air laut jauh sebelum orang mulai menyadari bahwa gas ini dapat mempengaruhi tingkat suhu di bumi.

Perempuan kelahiran Tokyo, Jepang,  ini juga mencari tahu tentang penyebaran puing-puing radioaktif dari uji coba bom atom atau senjata nuklir yang dilakukan Amerika Serikat.

Melihat perjuangannya yang konsisten, wajar jika hari lahir Saruhashi diperingati Google Doodle hari ini. Saruhashi belajar di Universitas Toho dan lulus  Saat masih di Universitas Toho inilah dia berkenalan dengan ahli meteorologi pemerintahan Yasuo Miyake.

Miyake pun menjadi teman sekaligus mentor bagi Saruhashi. Setelah perang dunia kedua berakhir, dia meminta Saruhashi menjadi asisten peneliti di Geochemical Research Laboratory, ini bagian dari Japanese Transport Ministry’s Meteorological Research Institute.

Sekitar 1950 Miyake meminta Saruhashi mengukur konsentrasi karbon dioksida di laut. “Sekarang semua orang peduli tentang karbon dioksida, tetapi kala itu tidak ada satu pun yang peduli,” kata Saruhashi suatu ketika.

Itu sebabnya, kala itu, dia memang harus mendesain sendiri cara pengukuran gas itu. Projek ini kemudian membuat Saruhashi meraih gelar doctor of science degree dari University of Tokyo  Dia pun menjadi perempuan pertama yang mendapat gelar itu.

Pada awal tahun lima puluhan, Amerika Serikat, Uni Soviet, dan beberapa negara lainnya melakukan uji coba bom nuklir di kawasan terpencil, lalu memenuhi udara dengan puing-puing radioaktif.

Buku terbitan Fact On File, New York, Amerika Serikat ini mencatat, Pemerintah Jepang meminta laboratorium Miyake mengukur materi radioaktif yang mencapai Jepang baik yang ada di udara dan di air laut.

Miyake lagi-lagi meminta Saruhashi memimpin projek itu. Saruhashi pun menemukan dampak uji coba nuklir Amerika di Pulai Bikini. Sekitar setahun setengah kemudian, ada radioaktif yang bertebaran ditemukan di air laut.

Temuan Saruhashi dan timnya itu membuat banyak orang akhirnya menuntut Amerika Serikat untuk menghentikan uji coba bom nuklir.

Katsuko Saruhashi pun terus melanjutkan pengukuran karbon dioksida di air laut dan menemukan air laut Pasifik melepaskan dua kali lebih banyak karbon dioksida ke atmosfir.

Hasil penelitiannya ini menunjukkan laut sepertinya tidak memungkinkan mengurangi pemanasan global dengan menyerap kelebihan karbon dioksida itu.

Saruhashi pun menjadi direktur di Geochemical Research Laboratory pada 1979. Dia berhenti setahun kemudian.

Kemudian, setelah Yasuo Miyake meninggal, dia menjadi direktur eksekutif di Geochemistry Research Association in Tokyo. Asosiasi ini dipelopori oleh Miyake.

Ketika Saruhashi pensiun dari jajaran direktur Geochemical Laboratory, dia mendapat hadiah dari para pekerja . Dia menggunakanSaruhashi Prize. Penghargaan ini kemudian diberikan setiap tahun  pada perempuan Jepang yang berkontribusi pada sains alam.

Penerima Saruhashi Prize yang pertama, Tomoko Ohta. Pada akhir tulisannya, Lisa Yount mengutip pernyataan Saruhashi. “Penghargaan ini menyoroti kemampuan perempuan di bidang sains. Setiap pemenang bukan hanya sebagai peneliti sukses tetapi juga manusia yang luar biasa.