close
Nuga Tekno

Google Hadapi Sebaran Malware di Android

Android kini didapuk sebagai sistem operasi paling besar dan terpopuler di dunia. Adopsi penggunanya saja sudah menyentuh dua miliar perangkat.

Pun begitu, bukan berarti Android bisa lepas begitu saja dari ancaman malware.

Pada awal tahun ini, ada sekitar dua puluh lima ribu aplikasi Android yang terjangkit.

Karena itu, Google selaku empunya sistem operasi robot hijau ini tak ingin tinggal diam dalam menanggulangi ancaman malware.

Raksasa teknologi asal Negeri Paman Sam tersebut pun memiliki sejumlah ‘jurus’ jitu.

Seperti disampaikan Director Android Security Google Adrian Ludwig, pihak Google kini tengah berancang-ancang menyiapkan beberapa cara untuk meningkatkan keamanan perangkat Android.

Salah satunya adalah dengan merekrut  ahli dalam bidang keamanan.

“Android semakin banyak penggunanya. Karena itu, kami harus lebih ekstra meningkatkan keamanan. Kami juga telah merekrut SDM untuk bisa mengamankan semua perangkat Android dari berbagai jenis serangan. Mereka ditempatkan di negara-negara Google beroperasi,” ujar Ludwig

Cara lain yang juga digempur Google adalah dengan menghadirkan fitur Google Play Protect. Fitur keamanan ini hadir untuk melindungi sistem Android dari aplikasi yang mencurigakan dan bisa mengancam keamanan perangkat.

“Google Play Protect bisa mendeteksi ancaman dengan cepat dan cerdas. Ketika menemukan aplikasi yang mencurigakan, ia bisa menanganinya seketika,” papar pria lulusan University of California, Berkeley, Amerika Serikat  ini.

Google Play Protect kini hadir ke semua perangkat Android–tepatnya dua miliar perangkat Android di seluruh dunia.

Ludwig mengklaim, Google Play Protect bisa memindai sistem keamanan setidaknya satu miliar perangkat Android, dan mampu mengecek lima puluh miliar aplikasi setiap harinya.

Ludwig mengungkap, Google Play Protect juga tersedia dari perangkat Android paling lawas–Gingerbread, hingga yang terbaru–Oreo.

Dengan demikian, fitur keamanan ini dijamin menjamah semua perangkat Android, mengingat fragmentasi pada sistem operasi di bawah Gingerbread–seperti Eclair dan Froyo sudah begitu tipis.

Google Play Protect sendiri bisa dilihat dari bagian My Apps di Play Store. Pengguna dapat pula mencarinya di Settings –> Security and Location.

Google pun turut membuka Application Progamming Interface untuk meningkatkan keamanan Android.

Selain itu, perusahaan yang bermarkas di Mountain View, California, AS tersebut juga memanfaatkan implementasi kecerdasan buatan dalam machine learning.

Dengan begitu, ia bisa menganalisis ancaman malware yang mencurigakan lebih dalam dan cepat.

Bulan lalu sebuah malware bernama ExpensiveWall diduga telah menginfeksi  perangkat Android.

Malware ini disebut-sebut telah ditemukan di aplikasi-aplikasi wallpaper yang ada di toko aplikasi Google Play Store.

Mengutip laman Phone Arena,  tim peneliti perusahaan keamanan Check Point dilaporkan menemukan malware tersebut pada bulan lalu.

Mereka mengeluarkan pernyataan berisi hasil penemuannya terkait dengan malware ExpensiveWall.

Hasil penelitian tim menyebut, malware ExpensiveWall telah menginfeksi setidaknya lima puluh aplikasi di Google Play yang sudah diunduh  tersebut juga kabarnya telah dihapus dari toko aplikasi.

Sekadar diketahui, malware ExpensiveWallpaper tersembunyi dalam aplikasi-aplikasi wallpaper, sehingga malware tersebut bisa lolos dari proteksi antimalware yang ada di Google Play Store.

Metode tersebut kerap digunakan pengembang malware untuk mengenkripsi kode berbahaya ke dalam aplikasi tanpa takut terdeteksi oleh proteksi anti-malware.

Kendati Google telah menghapus aplikasi-aplikasi yang terinfeksi malware pada  Agustus lalu, pengguna yang telah memasang aplikasi di perangkatnya masih berpotensi terinfeksi malware.

Oleh karena itu, mereka yang mengunduh aplikasi-aplikasi yang terinfeksi disarankan untuk segera menghapus aplikasi yang dimaksud.

Lantaran ExpensiveWall tersembunyi dalam aplikasi Android, malware tersebut akan meminta izin ke pengguna untuk mengakses SMS dan terhubung dengan internet.

Jika izin diberikan, malware tersebut akan mulai mengirimkan SMS premium dan mendaftarkan pengguna ke layanan berbayar lainnya tanpa diketahui si pengguna.