close
Nuga Sehat

Usir Stress? Lima Menit di Alam Terbuka

Ingin menghilangkan stress?

Ya, kenapa tidak.

Dan, menurut, Heather Silvestri, psikolog yang berbasis di New York, Amerika Serikat  Anda tak perlu repot.

“Cukup berada lima menit di alam terbuka stress Anda akan raib,” ujar sang psikolog.

Dan, ketika akhir pekan datang, kebanyakan orang khususnya kaum pekerja ingin menghabiskan satu hari itu untuk bersantai, sebelum kembali ke rutinitas kerja pada keesokan harinya.

Sebagian orang mungkin tidak ingin beranjak dari tempat tidur. Beberapa lainnya mungkin lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan menonton serial drama kesukaan di platform film streaming.

Meski begitu, Heather Silvestri, psikolog yang berbasis di New York, Amerika Serikat  menyatakan bahwa santai pada Minggu seharusnya tetap diisi dengan rutinitas yang jelas.

Misalnya, berolahraga di alam terbuka, seperti mendaki, bersepeda, berenang, yoga di taman, dan lainnya, sehingga tidak sekedar ‘berleyeh-leyeh’ di dalam ruangan.

“Inti dari kegiatan ini adalah untuk menikmati waktu Anda dan merasa bersemangat dan aktif, bukan untuk menghasilkan kesuksesan lain,” ucapnya, seperti dikutip dari Bustle.

Bila latihan olahraga terasa melelahkan, ada cara lain yang bisa diikuti. Menurut Qing Li, penulis buku Forest Bathing: How Trees Can Help You Find Health and Happiness, setidaknya memandangi alam terbuka selama lima menit pada hari Minggu dapat menghilangkan rasa stress.

“Dengan berada di alam, Anda dapat terhubung melalui indera penglihatan, pendengaran, rasa, bau, dan sentuhan.

Membuka indera bisa menjembatani kesenjangan antara kita dengan alam,” ujarnya.

Studi dari Journal of Environmental Science and Technology menyebutkan berada di alam pada akhir pekan ampuh untuk menciptakan suasana positif pada hati Anda, sehingga meredakan kecemasan sebelum kembali ke rutinitas kerja.

“Dalam sebuah meta analisis dari sepuluh penelitian, mereka yang keluar dan bergerak hanya lima menit pada satu waktu bisa meningkatkan mood suasana hati dan kepercayaan diri,” tulis jurnal tersebut.

Studi lain dari Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America menyebutkan bahwa berada di alam terbuka juga bisa meningkatkan fungsi kekebalan tubuh seseorang dan mencegah munculnya penyakit.

Kita tahu stres dapat membuat terbangun di malam hari, terlihat lebih tua dan berkontribusi untuk membuat kesalahan di tempat kerja.

Sebuah studi baru saja menunjukkan bahwa ketika Anda mengkonsumsi makanan berkalori tinggi dan lemak tinggi diet saat stres, ternyata dapat menyebabkan tubuh Anda membakar lebih sedikit kalori.

“Stres mengubah cara kita mengolah makanan,” kata penulis utama studi yang juga seorang Profesor Psikiatri dan Psikologi di Ohio State University, Jan Kiecolt-Glaser, kepada Huffington Post.

Bersama timnya, Kiecolt-Glaser menemukan bahwa ketika wanita mengonsumsi makanan berkalori tinggi saat sarapan yang penuh dengan lemak-lemak baik setelah dia stres, maka tubuh mereka tak cuma hanya membakar sedikit kalori, melainkan juga meningkatkan level darah yang membahayakan.

Sama seperti ketika mereka mengasup makanan yang mengandung lemak jahat.

Untuk penelitian ini, Kiecolt-Glaser dan tim membandingkan wanita yang sarapan dengan biskuit, saus, telur dan sosis kalkun.

Beberapa makanan dibuat dengan minyak kelapa, yang tinggi lemak jenuh. Lainnya makan makanan yang sama, tapi disajikan dengan minyak bunga matahari tak jenuh tunggal, yang dianggap sebagai lemak “baik”.

Kedua sarapan itu mengandung sembiolan ratus tiga puluh kalori dan enam puluh gram lemak, yang hampir sama jika Anda makan Big Mac dan kentang goreng ukuran medium.

Ketika wanita-wanita itu mengalami stres sebelum sarapan, yang biasanya terpicu karena harus membersihkan cat yang tumpah di lantai karena anak bermain hingga harus mengurus orang tua yang terkena demensia, maka emosi yang terjadi saat itu akan menghancurkan manfaat yang dibawa oleh lemak baik.

Wanita yang mengonsumsi makanan dengan lemak jahat menunjukkan tekanan darah yang tinggi dan meningkatkan peradangan. Kondisi itu juga dapat memicu munculnya plak di arteri.

“Lemak baik seharusnya dapat menurunkan peradangan. Namun setelah kejadian yang membuat stres, maka efeknya akan sama dengan mereka yang makan dengan lemak jahat,” katanya.

Meski begitu, sangat penting untuk dicatat, bahwa penelitian yang dipublikasikan dalam Molecular Psychiatry ini tidak menguji pengaruh stres pada orang yang makan diet seimbang atau diet rendah kalori.

Penelitian ini hanya menegaskan bahwa orang yang makan lemak yang sangat tinggi dengan mereka yang makan makanan diet kalori tinggi, keduanya hanya membakar kalori lebih sedikit saat stres.

Artinya, stres juga dapat mensabotase faktor-faktor sehat makanan yang tadinya dapat membantu menurunkan berat badan. “Sudah jelas stres membuat sulit untuk menurunkan berat badan,” kata Kiecolt-Glaser.