close
Nuga Sehat

Siapa Bisa Sangkal Buah Tak Menyehatkan

Siapa yang bisa menyangkal mengonsumsi buah dan sayuran bermanfaat bagi kesehatan. Pernyataan tentang buah dan sayur sebagai asupan memang tak terbantahkan kebenarannya. Namun untuk mendapatkan kandungan nutrisi serta khasiat yang optimal, kita juga perlu mengonsumsinya dengan teratur dan memperhatikan “timing” yang tepat saat menyantapnya.

Terhadap keteraturan dan “timing” ini baru sebagian kecil saja orang yang menyadarinya. Terutama kecukupan kebutuhan konsumsi buah dan sayurnya setiap hari.

Sebuah studi internasional menyebutkan, delapan puluh persen orang dewasa belum makan buah dan sayuran setiap harinya.

Bukan hanya itu, di beberapa negara di dunia, meski penduduknya tercatat sudah cukup mengonsumsi sayur dan buah, ternyata mayoritas belum cukup mengonsumsi fitonutrien atau senyawa dari tumbuhan yang bermanfaat bagi tubuh. Ini karena mereka hanya mengonsumsi sayur dan buah dengan jenis yang itu-itu saja.

Untuk mencegah penyakit kronik, organisasi kesehatan dunia merekomendasikan konsumsi sayur dan buah setiap harinya harus mencapai paling tidak empat ratus gram atau lima sajian setiap harinya. Namun jumlah saja ternyata tidak cukup, variasi jenis pun menjadi poin yang saat ini sedang ditekankan oleh peneliti.

Sayur dan buah mengandung substansi bioaktif yang dikenal dengan fitronutrien. Secara alami, substansi ini melindungi vitalitas dari tanaman. Sebagian melindungi tumbuhan dan buahnya dari radiasi sinar ultraviolet dan sebagian lagi melindungi dari serangan binatang.

Sejumlah studi menunjukkan fitonutrien, sebagai bagian dari diet manusia, juga memiliki peran dalam menjaga kesehatan manusia. Beberapa di antaranya membantu mencegah kebutaan karena usia tua, ada juga yang berfungsi dalam melindungi ingatan.

Salah satu fitonitrien, flavonoid kuersetin yang ditemukan dalam apel dan bawang menunjukkan dampak antioksidan penting yang mencegah kanker. Tidak hanya itu, fitonutrien juga membantu tubuh tetap kuat setiap kali makan sayuran.

Dalam studi baru ini, peneliti asal California State University dan Nutrilite Health Institute mengungkap berapa banyak fitonutrien yang perlu dikonsumsi setiap harinya di dunia. Mereka mengestimasi, agar cukup mengonsumsi fitonutrien, maka orang perlu makan sayur dan buah dengan jenis yang bervariasi.

Studi menemukan, total fitonutrien orang yang makan sayur dan buah lima kali sehari bisa lebih sedikit daripada fitonutrien yang dikonsumsi oleh orang yang kurang dari lima kali sehari dengan sumber yang lebih bervariasi. Karena itu, peneliti menyimpulkan, makan sayur dan buah yang bervariasi bahkan lebih penting daripada makan dengan jumlah yang sesuai rekomendasi.

Jurnal kesehatan Current Biology mengindikasikan, buah dan sayur segar yang dijual di toko buah atau supermarket sebenarnya masih “hidup” dan terpengaruh oleh waktu. Menurut para peneliti, bagaimana buah dan sayuran disimpan dan dikonsumsi akan sangat berdampak pada nilai nutrisi serta manfaat kesehatan yang diperoleh darinya.

Ketua studi Janet Braam dari Rice University mengatakan, bahkan setelah dipanen, sayur dan buah masih dapat merespon rangsangan cahaya dan secara konsekuen mengubah sifat-sifat biologis mereka. Hal inilah yang dapat mempengaruhi nilai kesehatan dan ketahanan dari serangga.

“Mungkin, untuk mendapatkan nilai kesehatan yang optimal dari sayur dan buah, kita harus menyimpannya di tempat yang minim cahaya dan memastikan waktu yang tepat untuk memakannya,” tutur Braam.

Para peneliti menemukan, lantaran masih hidup setelah dipanen, sayur dan buah dapat mengubah kadar kimiawi di dalam tubuhnya untuk melindungi dari serangan serangga dan serangan lainnya. Senyawa kimia yang terbentuk tersebut juga memiliki sifat anti-kanker.

Awalnya, Braam dan timnya mendapatkan temuan awal ini dalam kubis. Selanjutnya, ternyata temuan ini juga berlaku untuk selada, wortel, bayam, ubi, dan buah blueberry.

Kini kita tahu, memakan sayur dan buah di waktu tertentu dapat memberikan manfaat yang optimal. Namun menentukan waktu yang tepat untuk makan tentu tidak mudah. Oleh karenanya, para peneliti sedang mencari pendekatan lain yang lebih efektif.

“Mungkin akan menarik jika setelah dipanen, sayur dan buah kemudian dibekukan atau diawetkan, kemudian baru memakannya ketika nutrisi dan kandungan fotokimianya mencapai puncaknya,” ujar Braam.

sumber : healthday news dan medical health