close
Nuga Sehat

Roti Tawar? Ah, Jauhi Saja!!

Roti putih atau roti tawar? Jauhi saja, kalau mungkin. Kalau pun tidak dijauhi, coba pertimbangkan kembali sebagai pilihan pilihan Anda. Ya, kalau dari segi tampilan dan rasa sedikit lebih menggoda, tetapi roti putih tampaknya bukanlah pilihan ideal untuk mereka yang ingin ramping atau penderita perut kembung.

Bahkan, menurut kesimpulan para ahli nutrisi, roti tawar atau roti putih bisa mengambrukan gairah seksual Anda serta menjadikan Anda bisa seperti penampilan makanan itu sendiri, berbentuk bantal.

Ada apa sebenarnya maka roti tawar menjadi musuh bersama para ahli kesehatan? Nah, penyebabnya adalah komposisi nutirisi yang terkandung di dalamnya mengandung karbohidrat olahan.

Penelitian menunjukkan bahwa karbohidrat olahan seringkali memiliki skor indeks glikemik tinggi. GI menentukan kecepatan glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah setelah dikonsumsi. Beragam riset juga mengindikasikan adanya risiko lebih besar bila Anda keseringan menyantap makanan dengan jenis karbohidrat olahan.

Helen Bond dari British Dietetic Association menyatakan, keseringan menyantap roti putih bisa membuat gula darah Anda melonjak sehingga memengaruhi gairah dalam bercinta.

“Makanan-makanan seperti roti putih melepaskan gula darah lebih cepat ketimbang roti dari gandum utuh — dan terlalu banyak gula berkaitan dengan merosotnya energi, yang berarti Anda tidak akan memiliki energi untuk melakukan hubungan seks,” paparnya.

Sementara itu ginekolog Peter Bowen-Simpkins, yang juga penasehat pada lembaga Wellbeing of Women menegaskan kaitan antara gula darah dan peningkatan hormon estrogen. Menurutnya gula tidak hanya membuat Anda gemuk, tetapi akan membuat hormon estrogen naik, yang pada gilirannya dapat menekan hormon testosteron pada pria.

“Jika Anda kegemukan, Anda merasa menjadi kurang atraktif . Aliran darah menuju organ-orag seks Anda juga menjadi menurun,” tambahnya.

Meskipun biasa dikenal sebagau hormon seks lelaki, kaum perempuan juga membutuhkan testosteron supaya tetap memiliki gairah atau libido.

Roti tawar atau roti putih memang sering menjadi andalan bagi banyak orang yang mendambakan sajian yang praktis namun lezat, misalnya untuk sarapan atau camilan sehari-hari. Namun, roti tawar jika dimakan secara rutin, misalnya menyebabkan kegemukan.

Dalam satu tangkup roti tawar ditambah olesan selai cokelat terkandung 200-300 kalori. Jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh tentu lebih besar lagi jika kita mengasup lebih dari satu tangkup roti ditambah dengan minuman yang mengandung gula.

Studi menemukan, orang lebih mungkin untuk mengalami kegemukan dan obesitas saat makan roti tawar dibandingkan dengan roti gandum utuh. Untuk mendapatkan hasil tersebut, peneliti melacak kebiasaan makan dan berat badan lebih dari 9.200 orang selama kurang lebih lima tahun.

Karena itulah, bila memiliki kebiasaan makan roti tawar namun tetap menginginkan berat badan yang ideal, ada baiknya Anda mulai meninggalkan kebiasaan tersebut. Inilah tiga cara enak yang mungkin dapat membantu Anda menghentikan kebiasaan makan roti tawar

Menurut peneliti, memilih untuk tidak makan roti atau dikenal dengan diet bebas gluten, justru meningkatkan risiko kekurangan nutrisi penting, seperti serat, zat besi, dan kalsium. Ini karena roti merupakan salah satu sumber terbaik dari nutrisi-nutrisi tersebut.

Faktanya, produk-produk bebas gluten justru mengandung bahan-bahan adiktif yang lebih tinggi, seperti lemak jenuh dan gula. Ayela Spiro, dari British Nutrition Foundation mengatakan, sebuah studi dari University of Bristol menunjukkan roti memproduksi gas yang penyebab kembung yang lebih sedikit dibanding pasta.

Mengamini pernyataan tersebut, Sue Baic dari British Dietetic Association menambahkan, roti juga kerap disalahartikan sebagai penyebab kegemukan. “Roti tidak menyebabkan kegemukan, isi di dalamnya lah yang mungkin,” tegasnya.

Lantas, kenapa sebagian orang tetap mengalami kembung setelah makan roti? Pakar gastroenterologi, fisioterapis, dan penasehat kesehatan Nick Read mengatakan, kembung merupakan kondisi lambung menjadi lebih sensitif untuk merasakan gas perut. Sehingga bukan berarti produksi gas perut meningkat.

“Faktor risiko yang mungkin untuk kembung antara lain obesitas, cemas atau depresi, tidak aktif bergerak, konstipasi, atau pramenstruasi, dan sindrom iritasi usus, terlalu banyak makan karbohidrat fermentasi,” jelasnya.

sumber : dailymai dan www.health.com