close
Nuga Sehat

Pemakaian Earphone Bisa Bikin Tuli

Anda salah seorang pengguna earphone kala mendengar lagu di perangkat seluler?

Wah, mulai hari ini, kebiasaan itu harus dikurangi kalau Anda menginginkan pendengaran tetap baik.

Sebab, menurut lembaga riset digital marketing Emarketer terjadi lonjakan ketulian dikalangan anak muda dalam sepuluh tahun terakhir akibat pemakaian earphone

Ya, ketulian ini dipicu saat mendengarkan lagu favorit muncul di radio, di gym atau di pemutar MP3 atau iPod,  dan spontan Anda  memperbesar volume suara dan ikut bernyanyi.

Namun, berhati-hatilah pada volume suara yang keras lewat earphone.

Pasalnya, terlalu sering terpapar musik keras bisa menyebabkan gangguan pendengaran.

Di Amerika Serikat dilaporkan makin banyak orang dewasa dan remaja yang didiagnosis mengalami tuli karena usia lanjut yang normalnya kondisi ini baru muncul di usia lima puluh tahun-an.

Rupanya, para remaja dan orang dewasa muda itu adalah orang-orang yang setiap hari mendengarkan earphone selama berjam-jam.

Menurut ahli audio dari Cape Town Medi-Clinic, Lisa Nathan, akumulasi dari suara bising atau keras akan berkembang secara perlahan dan nyaris tanpa gejala.

“Butuh waktu beberapa tahun sebelum gangguan muncul atau orang tersebut mengalami masalah pendengaran,” katanya.

Misalnya, seorang remaja lima belas tahun yang sering mendengarkan MP3 atau iPod dalam volume suara yang keras setiap hari, mungkin baru mengalami gangguan pendengaran saat usianya menjelang tiga puluhan.

“Cepat lambatnya kerusakan pendengaran juga ditentukan oleh gaya hidup dan paparan pada sumber suara bising lainnya, misalnya, jika orang tersebut sering ke klub atau memainkan band, maka kerusakannya akan lebih buruk,” katanya.

Telinga sendiri diciptakan dengan berbagai bagian fungsi yang saling bekerja sama sehingga seseorang mampu mendengar, memproses, dan memahami dunia di sekitarnya.

Namun, saat suara di sekitar kita terlalu keras atau bising, sel-sel rambut yang halus di rumah siput dalam telinga (koklea) akan rusak.

Sel rambut ini berfungsi menangkap frekuensi suara dan meneruskannya ke pusat persepsi pendengaran di otak.

“Pada awalnya kerusakan sel rambut hanya bersifat sementara. Gejalanya seperti saat salah satu telinga ditutup. Terkadang gejala ini juga diikuti dengan tinnitus, yakni kondisi di mana kita seperti mendengar dengungan di telinga,” papar Nathan.

Tinnitus sebenarnya adalah hal yang normal karena merupakan tanda telah terjadi kerusakan di dalam sel rambut.

Namun, makin sering kerusakan itu terjadi, kerusakannya pun akan menjadi permanen karena sel-sel yang rusak tadi tidak sempat memperbaiki diri atau keburu mati. Akibat dari kerusakan permanen tadi adalah tuli.

Untuk mencegah dampak negatif dari earphone tadi, Nathan merekomendasikan penggunaan jenis earphone yang bisa mengurangi suara di latar belakang sehingga kita bisa mendengar suara musik dengan nyaman tanpa terganggu masuknya suara di sekitar.

Dengan begitu, kita tak perlu menyetel musik dalam volume keras.

Untuk itu, suara bising menjadi salah satu penyebab ketulian yang harus diperhatikan secara serius.

Anak muda kini lebih rentan mengalami ketulian karena kebiasaan mendengarkan musik dengan volume tinggi dalam durasi yang panjang lewat telepon genggam mereka.

World Health Organization  menyebutkan perkembangan teknologi menjadi risiko tertinggi untuk gangguan pendengaran.

Selain itu, tempat rekreasi seperti klub malam, pub, bar, bioskop, konser musik, acara olahraga atau kelas fitnes menjadi faktor yang tidak dapat dipisahkan.

Gangguan pendengaran akibat bising dapat bersifat sementara atau permanen. Sementara artinya pendengaran dapat pulih setelah beberapa jam meninggalkan tempat bising.

Namun hal tersebut tidak boleh diabaikan karena jika terpapar kebisingan setiap hari atau berulang-ulang maka pendengaran seseorang akan rusak secara permanen

Ketulian akibat bising tersebut biasanya terjadi pada kedua telinga. Kemampuan seseorang mendengar pun akan berkurang sebanyak empat puluh hingga tujuh lima desibel.

Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi ketulian tersebut seperti intensitas seseorang dalam menerima kebisingan, frekuensi kebisingan, kerentanan individu, jenis kelamin, usia dan kelainan di telinga tengah.

Meski demikian, ketulian akibat bising masih dapat dicegah. dengan membatasi volume dan durasi penggunaan perangkat audio.

Idealnya, seseorang dapat mendengarkan musik dengan volume maksimal enam puluh persen dan durasi maksimal enam puluh  menit.

Selain itu, pencegahan juga dapat dilakukan dengan menghindari lingkungan yang bising, menghindari suara keras, menggunakan alat pelindung telinga saat bekerja dan mengurangi intensitas sumber bising pada pekerja industri.

Jika seseorang telah mengalami gangguan pendengaran akibat bising,  penanganan masih dapat dilakukan yaitu dengan berobat dan memasang alat bantu dengar.

Dan, penderita gangguan pendengaran dianjurkan untuk berbicara berhadapan secara perlahan-lahan dengan artikulasi yang jelas tanpa harus berteriak