close
Nuga Sehat

Jangan Takut, Paranoid Bisa Disembuhkan

Paranoid?

Ya, paranoid adalah perasaan irasional dan terus menerus

Akibatnya  bias  membuat Anda merasa bahwa orang-orang keluar untuk menangkap Anda, atau bahwa Anda merupakan subjek perhatian yang mengganggu orang lain.

Ketidakpercayaan kepada orang lain yang tidak mendasar ini membuat seseorang yang mengalami paranoid sulit untuk bersosialisasi dan berhubungan dekat dengan orang lain.

Penyebab paranoid tidak jelas, namun genetik diduga memainkan peran dalam hal ini.

Selain itu, tidak ada obat yang mutlak dapat mengobati kondisi ini.

Namun begitu paranoid bisa disembuhkan

Psikoterapi adalah langkah pertama dan utama dalam mengobati gangguan paranoid atau gangguan delusional.

Selain psikoterapi, gangguan paranoid dapat ditangani dengan cara lain, yaitu dengan menggunakan obat-obatan.

Kondisi orang dengan gangguan paranoid atau gangguan delusional berbeda-beda. Ada yang hidup dalam delusi mereka sendiri, ada juga yang tetap dapat bersosialisasi. Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah gangguan ini merupakan gangguan kesehatan mental yang serius.

Jadi, apakah hal ini dapat disembuhkan?

Hal ini tergantung kondisi, tapi bukan berarti mustahil dilakukan.

Sebelum kita mengetahui apa saja hal-hal yang mungkin dapat memulihkan paranoid, ada baiknya untuk mengetahui gejalanya terlebih dahulu!

Gejala paranoid berkisar dari ringan hingga berat. Sebenarnya gejala tergantung pada penyebabnya

Meskipun tidak ada obat mutlak untuk kondisi ini, pengobatan dapat membantu orang mengatasi gejala mereka, sehingga hidup bahagia dan lebih produktif.

Pengobatan tergantung pada jenis dan tingkat keparahan kondisi, tetapi hal ini mungkin termasuk:

Seperti kebanyakan gangguan mental lainnya, psikoterapi merupakan salah satu pengobatnya. Individu dengan gangguan paranoid jarang untuk melakukan pengobatan.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika penelitian mengenai jenis pengobatan yang paling efektif untuk gangguan ini sangat sedikit.

Ada kemungkinan bahwa terapi yang menekankan pendekatan sederhana, yang berfokus pada klien, merupakan yang paling efektif.

Membangun hubungan pada orang dengan gangguan ini akan lebih sulit dari biasanya, maka terminasi dini (penghentian terapi dini) umum terjadi. Seiring terapi berlangsung, pasien mungkin akan sedikit demi sedikit percaya dengan dokter.

Ia mungkin akan mulai mengungkapkan beberapa gagasan seputar paranoid yang ada di benaknya.

Terapis harus berhati-hati dalam menyeimbangkan anatara tujuan terapi dan pemikiran pasien, agar tidak meningkatkan kecurigaan pasien.

Ini adalah sesuatu yang sulit dipertahankan, meskipun terapis sudah memiliki hubungan yang baik dengan pasien.

Pada masa ketika pasien bertindak atas keyakinan paranoidnya, loyalitas dan kepercayaan terapis akan mulai dipertanyakan.

Perawatan harus digunakan bukan sebagai penantang klien, karena risiko yang akan terjadi adalah klien akan meninggalkan terapi secara permanen.

Karena keyakinan paranoid adalah sebuah delusi dan tidak didasarkan pada kenyataan, maka berargumen dengan mereka pada sudut pandang rasional merupakan hal yang sia-sia.

Menantang keyakinan juga dapat membuat frustrasi kedua belah pihak, baik pada klien maupun terapis.

Semua dokter dan tenaga kesehatan mental yang melakukan kontak dengan klien gangguan ini harus sangat menyadari efek berterus terang pada klien.

Lelucon halus biasanya tidak begitu mengganggu mereka, namun kata kiasan atau sindiran mengenai informasi klien yang tidak diterima langsung dari mulut klien akan memberikan banyak masalah kecurigaan.

Berbagai hal dalam kehidupan yang biasanya tidak akan dipikir dua kali oleh orang lain dapat dengan mudah menjadi fokus perhatian klien gangguan ini, sehingga perawatan harus dilakukan dalam diskusi bersama klien.

Penderita gangguan paranoid atau delusional senantiasa merasa  ada seseorang yang akan menipu, membohongi, mengikuti dari belakang, atau berencana mencelakai dirinya.

Sebagai gejala lainnya, seseorang dengan gangguan paranoid cenderung mudah marah, sedih, atau tersinggung. Pasien juga kemungkinan mengalami halusinasi, seperti mendengar suara atau mencium sesuatu yang sebenarnya tidak ada.

Untuk menyembuhkan gangguan kepribadian seperti gangguan paranoid, dokter biasanya melakukan psikoterapi. Terapi ini dapat mengikutsertakan peran keluarga pasien.

Keluarga pasien bisa diikutsertakan dalam terapi. Tujuannya untuk membantu keluarga menghadapi serta memberikan dukungan untuk penderita dengan gejala paranoidnya. Dengan demikian, terapi dapat dilakukan lebih efektif.

Tujuan dari terapi ini adalah  membantu orang dengan gangguan paranoid untuk mengenali diri sendiri dan gejala yang dideritanya. Diharapkan, pasien dapat mengendalikan dan memperbaiki pikiran-pikiran yang tidak semestinya.

Selain diberi terapi untuk mengenali diri sendiri, pasien juga diberi terapi untuk belajar mengubah pola pikiran dan perilaku yang bermasalah. Jadi, perilaku yang membuatnya terus-menerus merasa cemas, takut, dan curiga, berangsur-angsur dapat dikendalikan.

Terapi dapat membantu pasien untuk belajar mengontrol gejala yang dirasakan, mengenali tanda-tanda jika penyakit tersebut kambuh, dan mencegah terjadinya kekambuhan.

Penderita paranoid cenderung untuk menyendiri karena merasa curiga ada orang lain yang berusaha membohongi, memanipulasi, atau menyebarkan rahasia mereka.

Mereka cenderung tidak memiliki kepercayaan terhadap orang lain, ditambah lagi penderita paranoid pada umumnya tidak merasa bahwa diri mereka mempunyai masalah.

Akibatnya, orang dengan gangguan paranoid bisa enggan mengikuti pengobatan yang disarankan, dan ini akan mempersulit dilakukannya psikoterapi.