close
Nuga Sehat

Insomnia Bisa Menjadi Penyakit Mematikan

Insomnia atau sulit tidur di malam hari sering dikeluhkan orang-orang modern.

Gangguan tidur ini bisa menjadi serius, apalagi jika keesokan harinya kita memiliki pekerjaan yang membutuhkan banyak tenaga.

Orang yang insomnia pasti sering mengalami rasa gelisah di tempat tidur karena mata belum juga mengantuk walau jarum jam sudah melewati tengah malam.

Menurut para ahli, ternyata berada di tempat tidur saat rasa kantuk belum datang adalah hal yang keliru.
Menurut riset terbaru dari University of Pennsylvania School of Medicine, kebiasaan itu justru bisa menimbulkan insomnia kronis.

Setelah memantau kebiasaan tidur empat ratus enam belas peserta selama satu tahun, para periset menemukan bahwa, mereka yang baru naik ke tempat tidur saat sudah mengantuk cenderung akan tidur lebih nyenyak dibandingkan dengan mereka yang tetap berada di atas tempat tidur saat susah tidur.

Temuan awal, yang dipresentasikan pada konferensi SLEEP tahun lalu ini mengungkapkan, menghindari tempat tidur saat mata tidak mampu terpejam, dapat mencegah sampai delapan puluh persen kasus insomnia kronis.

Meskipun nasehat ini nampaknya berlawanan dengan intuisi, hal ini masuk akal untuk menemukan apa penyebab Anda tidak bisa tertidur.

“Orang-orang dengan insomnia biasanya memperpanjang kesempatan tidur mereka. Mereka yang sulit tidur di malam hari biasanya tidur malam lebih awal, bangun dari tempat tidur telat, dan tidur siang,” kata Michael Perlis, direktur Penn Behavioral Sleep Medicine Programme.

Menurut Perlis kebiasaan tersebut akan menciptakan ketidakcocokan antara kemampuan tidur dan waktu tidur.

Jika kita masih juga mengantuk, sebaiknya bangkit dari tempat tidur dan coba membaca atau menulis.

“Cara ini tidak hanya membuat Anda tertidur dalam waktu satu jam. Tapi, juga membuat Anda tidur lebih cepat dan lebih nyenyak daripada hanya berdiam diri di tempat tidur,” tukasnya.

Pakar tidur dari Amerika Serikat bernama Dr. Steven Feinsilver menyebutkan, untuk mendapatkan tidur yang lebih nyenyak, ada baiknya kita membuka jendela kamar tidur kita. Hal ini akan membuat jumlah oksigen di dalam kamar tidur menjadi lebih banyak dan akhirnya meningkatkan kualitas tidur.

Anjuran Dr. Steven ini ternyata berdasarkan oleh hasil penelitian yang dilakukan di Belanda.

Dalam penelitian yang dilakukan di Eindhoven University of Technology dan dipimpin oleh Asit Kumar Mishra, terdapat tujuh belas relawan yang diperiksa kualitas tidurnya selama lima malam.

Hasilnya adalah, sebagian relawan yang tidur dengan jendela kamar yang dibuka cenderung tidur dengan jauh lebih nyenyak.

Sementara itu, mereka yang tidur dengan jendela kamar yang tertutup cenderung tidur dengan kurang nyenyak akibat dari banyaknya karbondioksida yang membuat udara di dalam kamar menjadi kurang segar.

Dengan kadar karbondioksida yang lebih rendah, maka kita pun akan bisa tidur dengan lebih dalam, lebih efisien, dan semakin tidak mudah terbangun.

Dr. Steven menyebutkan, faktor lingkungan dan udara di malam hari ternyata bisa berpengaruh besar pada kualitas tidur kita. Jika kamar tidur kita cenderung tidak memiliki sirkulasi udara yang baik, maka kondisinya akan cenderung lebih panas dan gerah.

Hal ini bisa membuat rasa kurang nyaman dan akhirnya menurunkan kualitas tidur kita.

Hal yang sebaliknya terjadi jika kita tidur di kamar dengan sirkulasi udara yang baik dimana udara akan terasa lebih segar, suhu udara cenderung lebih sejuk, dan akhirnya membuat tubuh terasa lebih nyaman dan kita pun akan tidur dengan lebih nyenyak.

Tak perlu membuka jendela lebar-lebar di malam hari. Bukalah sedikit saja agar ada udara bisa keluar dan masuk dengan lancar.

Jika anda khawatir dengan kedatangan nyamuk, berilah penyaring nyamuk pada jendela sehingga kita pun bisa dengan tenang membuka jendela di malam hari.

Jika kamu tidur kurang dari enam jam dalam sehari, ada baiknya untuk mulai mengubah kebiasaan yang satu ini. Karena kekurangan tidur memiliki dampak buruk, lebih dari yang kamu bayangkan.

Idealnya, setiap manusia disarankan untuk tidur tujuh hingga sembilan jam. Namun di antara kesibukan dan aktivitas yang padat, hal ini sulit untuk diwujudkan. Oleh karena itu, enam jam jadi batas minimal jam tidur yang harus kamu penuhi.

“Jika kamu tidur kurang dari enam jam setiap malam, kamu sungguh dalam masalah. Idealnya adalah tujuh setengah jam hingga delapan jam,” kata Lois Krahn, M.D., pakar tidur dari Mayo Clinic kepada Vogue.

Aturan ini ditetapkan dunia medis bukannya tanpa alasan. Ada banyak penelitian yang membuktikan buruknya dampak kekurangan tidur pada manusia.

Orang yang kekurangan tidur hingga dua jam terbukti sulit fokus pada pekerjaan. Mereka juga lebih lamban dalam mengingat sesuatu.

Kamu yang tidur kurang dari enam jam dalam semalam berisiko tinggi terkena diabetes, depresi, stroke, penyakit jantung, hingga kanker. Selain itu, lingkar pinggang kamu juga mudah melebar, alias mudah gemuk.

Saat kekurangan tidur, tanpa disadari, manusia cenderung senang mengonsumsi makanan manis dan berlemak. Sinyal ini disampaikan tubuh untuk menggantikan energi yang hilang akibat kekurangan tidur.

Ini juga menjadikan hormon jadi tidak seimbang dan sistem imun terganggu, sehingga kamu rentan terkena demam.

Karena rendahnya fokus, kekurangan tidur bahkan menuntun pada hal yang jauh lebih berbahaya.

“Berbagai studi di seluruh dunia menemukan bahwa angka kecelakaan meningkat pada minggu pertama setelah seseorang kekurangan tidur selama satu jam,” ujar Krahn dilansir Kumparan.