close
Nuga Sehat

Dilema Kawin Dengan Penderita Diabet

Kawin dengan lelaki atau perempuan diabet? Ya, dilemma. Itu yang terungkap dari hasil penelitian terbaru jika seseorang kawin dengan perempuan atau lelaki diabetes.

Sebegai sebuuah penyakit, diabetes kini menjadi wabah. Penyakit yang datang dalam kondisi senyap dan kenyamanan “hidup” ini terus mengintai kematian. Setiap enam detik satu penduduk dunia hari “pergi” akibat “pembunuh” misterius ini.

Diabet datang lewat kenimmat “fast food” atau pun “junk food.” Ia mengintai dan menyergap tanpa pernah disadari si penderita. Kalau sudah datang, ia tidak akan pernah pergi, dan “pulang” bersama si penderita.

Jurnal kesehatan “BMC Medicine,” dalam edisi terbarunya merilis, seperti dikutip “the dailymail,” menikah atau hidup bersama penderita diabetes ternyata bisa membuat Anda mengalami risiko mengidap penyakit yang sama.

Ini hasil riset, dan bukan cerita menakut-nakuti, tulis “mail.”

Dalam riset tersebut, pasangan penderita diabetes tipe dua berpeluang dua puluh enam persen lebih besar terkena penyakit yang sama. Kesimpulan itu diperoleh dari hasil enam studi yang melibatkan 75.498 pasangan.

Dalam studi ini, peneliti menggunakan parameter usia, status sosial ekonomi, dan bagaimana diabetes bisa didiagnosis.

Melalui riset ini peneliti juga ingin mengetahui apakah “penularan” diabetes tipe 2 pada pasangan diakibatkan adanya kesamaan gaya hidup. Hal ini didasarkan pada kemungkinan “penularan” gaya hidup yang tidak sehat, seperti pola makan yang buruk dan kurang olahraga pada kedua pasangan.

Hasilnya, riset menunjukkan adanya hubungan “penularan” diabetes yang kuat pada pasangan. Penyebabnya adalah penularan gaya hidup yang besar kemungkinan terjadi pada pasangan.

“Ketika menanyakan kesehatan pasien, kita sering menanyakan sejarah keluarga. Namun riset ini membuktikan, hubungan suami istri bisa menjadi bahan pertimbangan,” kata peneliti, Kaberi Dasgupta dari McGill University Health Centre, Kanada.

Temuan ini sesungguhnya dapat digunakan untuk mempermudah deteksi penyakit dan memotivasi pasangan untuk bersama mengurangi risiko terkena diabetes tipe 2. Caranya tentu saja dengan saling menyemanganti untuk rajin berolahraga dan menjalankan pola hidup sehat.

“Hasil riset ini bisa menjadi pola, yang membantu tenaga kesehatan mengembangkan strategi pengelolaan diabetes pada pasangan. Mengubah pola hidup bisa menjadi sesuatu yang sulit, namun jika bisa dilakukan bersama pasangan tentu lebih mudah,” kata Dasgupta.

Lebih detailnya peneliti menjelaskan, pria dengan pasangan penderita diabetes berisiko lebih besar mengalami penyakit serupa. Menurut peneliti, hal ini dikarenakan pria memiliki kemungkinan lebih kecil menjalani evaluasi dan pemeriksaan medis secara rutin setelah usia anal. Hasilnya pria lebih berisiko mengalami keterlambatan deteksi diabetes.

Hal ini mengindikasikan, pria harus mewaspadai gejala yang ditunjukkan penyakit diabetes sedini mungkin. “Para pria yang hidup dengan istri diabetik harus lebih waspada dan memperhatikan kesehatannya. Jangan sampai gejala diabetes terlewat dan tidak terdeteksi,” kata Dasgupta.