close
Nuga Sehat

Depresi Membuat Seluruh Organ Menua

Depresi? “Janganlah.” Sebab menurut penelitian terakhir, depresi tidak hanya mengundang sederet penyakit, stroke, darah tinggi, jantung dan entak apa lagi, tetapi juga menyebabkan organ tubuh lebih cepat menua.

Ya, depresi dapat membuat orang secara fisik terlihat lebih tua karena mempercepat proses penuaan sel, demikian hasil suatu penelitian. “BBC” Indonesia dalam rilis terbarunya tentang depresi, mengungkapkan uji coba laboratorium yang dilakukan para ilmuwan menunjukkan sel-sel terlihat secara biologis lebih tua pada orang-orang yang mengalami depresi parah atau pernah mengalami depresi.

Perubahan ukuran sel yang disebut telomere ini tidak dapat diterangkan dengan faktor lain termasuk apakah orang itu merokok atau tidak. Temuan pada lebih dari 2.000 orang itu diterbitkan dalam jurnal Molecular Psychiatry.

Para pakar telah mengetahui bahwa orang yang mengalami depresi berat menghadapi risiko penyakit seperti kanker, diabetes, obesitas, dan gangguan jantung.

Hal ini antara lain akibat gaya hidup yang tidak sehat termasuk menenggak minuman beralkohol dan tidak berolahraga.

Namun, para ilmuwan mencurigai depresi juga memengaruhi sel-sel.
Untuk menyelidiki hal ini, Josine Verhoeven dari Pusat Medis Universitas VU di Belanda, bersama mitranya dari Amerika Serikat, merekrut 2.407 orang untuk diteliti.

Lebih dari sepertiga sukarelawan itu mengalami depresi, sepertiga lainnya pernah mengalami, dan selebihnya belum pernah.

Para sukarelawan diminta untuk memberikan sampel darah untuk diteliti mengenai tanda-tanda penuaan sel.

Para peneliti memeriksa perubahan struktur di dalam sel.

Dr Verhoeven dan mitranya memperkirakan telomere yang menjadi lebih pendek adalah reaksi tubuh akibat depresi.

“Penelitian ini merupakan bukti kuat bahwa depresi terkait penuaan beberapa tahun, khususnya bagi mereka yang mengalami depresi parah,” kata peneliti.

Namun, tidak disebutkan apakah proses penuaan ini berakibat buruk atau dapat diobati.

Bagaimana caranya menangkal depresi dan menetralkan pengaruhnya terhadap penuaan sel?

Jurnal kesehatan “Science Healt,” dengan tandas mengatakan olahraga sebagai yang paling moncer untuk mengikis depresi. Olahraga, menurut jurnal itu, memiliki banyak manfaat bagi kesehatan yang salah satunya menjauhkan depresi. Menurut sebuah studi baru yang dipublikasi dalam The Cochrane Library, olahraga memiliki kemampuan untuk menyembuhkan gejala depresi.

Di seluruh dunia, lebih dari 120 juta orang mengalami depresi. Terapi obat-obatan antidepresan merupakan terapi yang direkomendasikan sebagai pengobatan yang paling efektif menyembuhkan depresi. Meski demikian, obat-obatan tersebut juga tidak terlepas dari efek samping, sehingga orang enggan untuk menggunakannya.

Karena itu, menurut para peneliti, olahraga pun dapat dijadikan pilihan pengobatan. Alasannya, olahraga dapat mengubah kadar hormon yang mempengaruhi mood dan mengalihkan dari pikiran negatif.

Studi sebelumnya menyatakan, belum ada cukup bukti bahwa olahraga mampu mengatasi depresi. Namun setelah studi terbaru dilakukan, peneliti pun yakin ada manfaat dari olahraga terhadap pengobatan depresi.

Dalam studi baru, para peneliti melakukan 39 percobaan yang melibatkan 2.326 orang dengan depresi. Tingkat keparahan pasien diuji menggunakan skala depresi standar.

Dari 35 percobaan, mereka menemukan bahwa olahraga memberikan manfaat yang moderat. Mereka mengatakan, efek olahraga setara dengan terapi psikologi dan obat-obatan antidepresan, meski hasil ini masih disimpulkan dari percobaan skala kecil.

Ketua studi Gillian Mead, peneliti dari Centre Centre for Clinical Brain Sciences, the University of Edinburgh. Inggris, mengatakan, olahraga sudah terbukti memiliki efek pengobatan yang moderat pada depresi. “Namun dari bukti yang ada, belum dapat disimpulkan olahraga jenis apa yang paling berdampak,” ujarnya.

Menurutnya, untuk mendapatkan bukti yang lebih kuat, dibutuhkan sebuah studi berskala besar dan berkualitas tinggi.

Tags : slide