close
Nuga Sehat

Bahayanya Hipertensi Tidak Terkontrol

Jangan pernah mengabaikan kontrol tekanan darah. Apalagi bagi pengidap darah tinggi atau hipertensi.

Seperti diketahui, hipertensi merupakan salah satu gejala yang sangat banyak dialami oleh orang dewasa.

Dari tahun ke tahun bahkan orang yang mengalami hipertensi semakin meningkat.

Unuk Anda tahu, hipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah tinggi dan tidak normal, yaitu melebihi seratus dua puluh per delapan puluh  mmHg

Tekanan darah yang tinggi ini terjadi akibat berbagai hal, terutama pola makan serta gaya hidup yang tidak sehat.

Tekanan darah tinggi dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan jika tidak cepat ditangani, seperti stroke dan serangan jantung.

Tekanan darah yang tinggi juga membuat pembuluh darah tersumbat dan elastisitasnya berkurang, menyebabkan aneurisma, gangguan penglihatan karena pembuluh darah pada mata tersumbat, dan gangguan kemampuan mengingat.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi disebut sebagai silent killer karena pada sebagian besar orang dewasa tidak mengetahui bahwa dirinya memiliki hipertensi, dan memang gejala yang muncul terkadang tidak begitu terlihat.

Oleh karena itu, banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka mengalami hipertensi.

Ketika seseorang sudah mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi, maka ia tidak bisa mengembalikan tekanan darahnya normal kembali.

Sederhananya, orang tersebut tidak bisa terlepas dari tekanan darah tinggi selamanya.

Sehingga, orang yang mengalami hipertensi harus berusaha mengontrol dan mengatur tekanan darahnya untuk tidak mencapai angka yang sangat tinggi.

Menurut WHO, hipertensi yang terkontrol adalah tekanan darah yang kurang dari seratus empat puluh per sembilan puluh mm Hg.

Namun, banyak pasien yang mengalami hipertensi tidak terkontrol, terutama karena terapi yang tidak memadai atau ketidakpatuhan dari pasien.

Sekitar satu setengah dari kegagalan pengobatan ini terkait dengan faktor-faktor seperti biaya dan efek samping dari obat-obatan, pemberian obat yang kompleks, kegagalan dokter untuk sepenuhnya menyadari manfaat dari terapi antihipertensi dan kurangnya pendidikan pasien.

Penyebab utama lainnya dari tidak berhasilnya terapi antihipertensi yaitu obesitas, konsumsi alkohol berlebihan dan sleep apnea, serta obat antihipertensi yang tidak sesuai dan kombinasi obat, dan interaksi yang tidak menguntungkan dengan obat lainnya.

Pada banyak pasien, faktor-faktor ini harus ditangani sebelum tekanan darah dapat dikontrol.

Aktivitas fisik secara konsisten telah ditunjukkan untuk mengurangi risiko insiden hipertensi pada orang dewasa.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Harvard School, pria yang biasa terlibat dalam kegiatan olahraga memiliki 19% sampai 29% risiko lebih rendah untuk memiliki penyakit hipertensi.

Aktivitas fisik dan obesitas telah dikaitkan langsung dengan perkembangan hipertensi, yang dihubungkan dengan kejadian resistensi insulin.

Kelebihan insulin dapat menyebabkan perkembangan hipertensi akibat insulin yang menahan natrium di dalam sel, sehingga volume darah meningkat, produksi hormon norepinefrin yang berlebih.

Perubahan faktor penentu utama tekanan darah diantaranya termasuk curah jantung, resistensi pembuluh darah perifer, dan sistem saraf aktif simpatik.

Selanjutnya, perubahan fisiologis insulin terkait menjadi lebih umum dengan usia. Ini  menunjukkan bahwa kombinasi aktivitas fisik dan perubahan fisiologis terkait usia merupakan bagian integral dari pengembangan hipertensi.

Salah satu faktor yang mempengaruhi dalam kontrol tekanan darah pada hipertensi adalah kepatuhan dari masing-masing pasien.

Sebuah studi menyatakan bahwa sekitar lima puluh persen pasien hipertensi tidak sepenuhnya mengikuti pengobatan yang telah disediakan.

Ketidakpatuhan terhadap terapi dapat dikaitkan dengan berbagai faktor, termasuk biaya obat-obatan dan perawatan yang terkait, pendidikan pasien yang kurang tentang hipertensi, banyaknya obat yang harus dikonsumsi, tingkat pasien yang tidak buta huruf, dan efek samping merugikan dari obat.

Ketidakpatuhan terhadap terapi harus menjadi pertimbangan utama dalam evaluasi dari semua pasien hiperetensi yang susah mengontrol tekanan darahnya.

Stress merupakan ketegangan emosional yang dapat mempengaruhi sistem kardiovaskular, khususnya hipertensi, dan stress dipercaya sebagai faktor psikologis yang dapat meningkatkan tekanan darah.

Pada penderita hipertensi, faktor stress akan mempengaruhi dalam mengontrol tekanan darahnya dan menentukan apakah akan terjadi kekambuhan atau tidak.