close
Nuga Sehat

Awas..!! Banyak Duduk Bisa Cepat Mati?

Anda terlalu banyak duduk?

Setiap hari?

Nah. Awas, terlalu banyak duduk terbukti membuat umur seseorang lebih pendek.

Tim peneliti dari Brasil menganalisa data dari lima puluh empat negara dan menemukan kaitan kuat antara duduk lebih dari tiga jam setiap hari dengan risiko kematian dari berbagai sebab.

Mengurangi waktu duduk menjadi kurang dari tiga jam setiap hari diketahui dapat meningkatkan usia harapan hidup lebih dari dua bulan.

Hasil penelitian ini menambah panjang bukti efek serius dari terlalu banyak duduk.

Bukan hanya menjadi musuh jantung, tapi juga memperpendek umur. Ini karena olahraga teratur tidak cukup untuk membalikkan efek merusak dari kebanyakan duduk.

Walau sudah banyak bukti dari bahaya terlalu banyak duduk, tapi tak gampang meminta masyarakat modern mengubah kebiasaannya.

Saat ini sebagian besar pekerjaan mengharuskan seseorang lebih banyak berada di belakang meja, selain itu perjalanan yang panjang di kendaraan, dan kurangnya sarana olahraga di sekitar rumah, menjadi salah satu pemicunya.

nda mungkin sudah tahu bahwa terlalu banyak duduk tidak baik dan kebanyakan dari kita sering merasa bersalah karena menghabiskan waktu terlalu lama duduk santai menonton tv.

Tetapi, apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh ketika kita menghabiskan delapan jam sehari untuk duduk?

Organisasi kesehatan dunia juga  menyebutkan, terlalu lama duduk merupakan penyebab kematian nomer empat, setelah tekanan darah tinggi, merokok, dan kadar gula darah tinggi.

Aktivitas fisik memainkan peran penting dalam kesehatan jantung dan pembuluh darah. Penelitian memperkirakan, setiap penambahan dua jam duduk dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular sebanyak lima persen

Saat kita duduk pembakaran kalori akan turun.

Setelah dua jam duduk terus, kadar Kolesterol baik turun sampai dua puluh persen. Karena itu berdirilah dan lakukan peregangan singkat setiap dua jam sekali.

Efek duduk terlalu banyak bagi tubuh menyebabkan kerusakan otot. Otot akan membakar lebih sedikit lemak dan aliran darah melambat, sehingga lemak akan lebih mudah menempel di pembuluh darah.

Kebiasaan duduk dalam jangka panjang juga meningkatkan tekanan darah dan koleseterol.

Riset juga menunjukkan, duduk dan tidak aktif bergerak dalam dua puluh empat jam akan menurunkan efektivitas insulin sehingga beresiko sakit diabetes.

Selain itu terjadi pula penuaan otot. Saat kita berdiri, bergerak atau duduk tegak, otot perut akan membuat kita tegak. Tetapi saat kita duduk merosot, otot tersebut tak terpakai. Hal ini bisa merusak lengkungan alami punggung.

Selain itu, terlalu banyak duduk juga mengurangi fleksibilitas pinggul. Duduk juga akan mengurangi kestabilan tubuh dan mengurangi kepadatan tulang.

Duduk dalam periode terlalu lama bisa membuat sirkulasi tubuh lambat, sehingga cairan menumpuk di kaki. Akibatnya kaki menjadi bengkak, varises, hingga penyakit berbahaya penyumbatan darah yang disebut deep vein thrombosis (DVT).

Memang, sering duduk merupakan kebiasaan sehari-hari yang sulit dihindari, khususnya bagi orang-orang di perkotaan.

Pekerja kantoran misalnya, dalam sehari bisa duduk selama enam hingga delapan  jam. Bermain game, terlalu lama menggunakan gadget juga menggunakan waktu berjam-jam untuk duduk.

Apalagi, saat ini semua serba mudah dan praktis. Seseorang bisa berbelanja hingga makan hanya dengan memesan secara online.

Terlalu lama duduk sehingga kurang bergerak aktif selama ini dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas, diabetes, jantung, hingga stroke. Dan peningkatan risiko berbagai penyakit itu telah dibuktikan dalam sejumlah penelitian.

Banyak duduk enggak bagus. Sesaat setelah duduk, aktivitas elektrik di otot kaki berhenti.

Semakin lama duduk, risiko terkena penyakit pun semakin tinggi. Untuk itu,   setiap orang untuk aktif bergerak setidaknya setiap dua jam sekali.

Setelah dua jam hanya duduk saja, tingkat HDL  turun dua puluh persen

Gaya hidup kurang aktif sangat merugikan kesehatan bahkan menurunkan usia harapan hidup seseorang.

Gaya hidup kurang aktif menjadi ancaman kesehatan di seluruh dunia seiring berkembangnya teknologi.