close
Nuga News

Media Cetak Menunggu Hari Kematian

Lonceng kematian media cetak makin dekat pada kenyataannya, setelah media “non produk,” seperti ‘Google” dan “facebook” menghasilkan pendapatan “spektakuler” dari layanan konektifitas yang semuanya bisa diakses dengan gratis.

Prestasi “Google,” misalnya, seperti yang dirilis dalam situs terbarunya, Selasa, 19 November 2013, ternyata sangat luar biasa. Google selama ini hanya menjual layanan yang hampir semuanya gratis. Layanan-layanan tersebut telah membawa kita ke era konektivitas baru.

Lantas muncul pertanyaan, dari mana Google mendapatkan keuntungan? Iklan memang menjadi menjadi sumber pendapatan utama Google. Bahkan, bisnis iklan Google sudah kelewat besar.
Business Insider dalam halaman web-nya mengibaratkan bisnis Google sudah susah untuk dihitung.

Tahun lalu saja perusahaan teknologi yang dipimpin Larry Page itu membukukan pendapatan hingga 60 miliar dollar AS. Pendapatan itu baru berasal dari bisnis iklan Google saja.

CEO Business Insider, Henry Blodget, dalam presentasinya di ajang Ignition 2013, Selasa, mengatakan bahwa bisnis iklan Google sudah mendekati gabungan pendapatan di koran dan majalah di seluruh dunia.

Dikatakan oleh Blodget, pendapatan Google sepanjang tahun lalu saja sudah mendekati jumlah pendapatan semua majalah di tahun 2007. Hal tersebut juga disebabkan karena bisnis iklan di media cetak juga mulai menurun.

Blodget juga meramalkan bahwa tak butuh waktu lama bagi Google untuk menyamai pendapatan majalah di seluruh dunia atau malah melampaui.

Iklan memang menjadi andalan Google dalam mencari pendapatan. Layanan gratisnya yang banyak digunakan pengguna internet di seluruh dunia menjadi tempat menarik bagi pengiklan.

Sementara itu Eric Schmidt, Executive Chairman Google, tidak melihat adanya masa depan untuk majalah versi fisik atau cetak untuk bisa berkembang di tengah derasnya arus layanan gratis konektifitas
Menurut prediksinya, majalah akan segera tergantikan dengan perangkat tablet.

Prediksi perihal majalah diungkapkan oleh Schmidt disampaikan saat berbicara pada konferensi “Magazine Publishers Association.”

Saat itu, Schmdit banyak membahas mengenai masa depan dunia mobile dan bagaimana majalah dapat memanfaatkannya. Dalam pembahasan tersebut, ia cukup yakin masa depan majalah tidak akan lagi ada di dunia cetak, tetapi dalam tablet.

Prediksi Schmidt tersebut bukannya tanpa alasan. Menurutnya, tablet memiliki banyak fungsi yang tidak dimiliki oleh majalah fisik.

“Tablet saat ini lebih populer dibandingkan PC. Anda bisa membaca di produk ini, tablet mengetahui di mana Anda berada, dan memiliki akselerometer. Semua hal tersebut merupakan hal yang bisa dilakukan publisher pada tablet yang tidak bisa dilakukan di majalah cetak,” kata Schmidt, seperti dikutip dari Mashable.

Schmidt juga memprediksi, dalam lima tahun ke depan akan ada sebuah produk dengan desain mirip dengan tablet, memiliki kinerja yang tinggi, dan akan menggantikan media tradisional. Tablet tersebut akan memiliki aplikasi yang mengesankan, termasuk aplikasi majalah, yang akan mengambil keuntungan dari kegiatan sosial dan lokasi pengguna. Aplikasi tersebut juga akan menambahkan pengalaman interaktif.

“Ini seharusnya menjadi hal yang positif bagi publisher,” ujar Schmidt.

Penggunaan tablet juga diprediksi membantu pihak penerbit majalah dari segi dunia iklan.

“Dalam dunia periklanan online, sinyal lokasi mengizinkan Anda untuk memperbanyak target iklan dibandingkan iklan cetak saat ini. Lebih banyak target yang ada, akan lebih banyak pembaca yang mengklik, dan akan lebih banyak pengiklan yang menaikkan harga iklan,” tambahnya.

Tanda-tanda “kematian” majalah cetak seperti yang diramalkan Schmidt sebenarnya telah terlihat beberapa tahun belakangan. Beberapa majalah besar telah memutuskan menghentikan edisi cetaknya. Salah satunya adalah Newsweek.

Setelah melayani pembacanya selama delapan dekade, majalah bergengsi dunia tersebut mengumumkan berhenti terbit dalam bentuk cetak dan beralih ke edisi digital pada akhir tahun 2012.

Tags : slide