close
Nuga News

Iran Tak Mau Kalah Gertakan Obama

Iran tak mau kalah dengan gertakan Obama yang akan menyerang instalasi nuklirnya jika Teheran tidak mengakhiri program nuklirnya. Teheran menjawan keinginan Obama ini dengan menyiapkan berbagai langkah untuk membuat AS kepanasan.

Iran juga mengenyamping tuduhan Washington tentang ambisi negeri “mullah” itu untuk memproduksi bom nuklir dan memastikan pengembangan nuklir di Persia itu ditujukan untuk pengembangan enerji.

“Obama itu masih dijangkiti penyakit superior tentang polisi dunia yang menjadi megalomania Amerika Serikat. Itu kuno. Masa lalu. Mereka sudah bangkrut,” tulis “Teheran Times,” edisi Kamis, 19 September 2013, menjawab tuduhan Washington bahwa Iran harus diserang untuk menghancurkan instalasi nuklirnya.

Sehari sebelaumnya, Hassan Rouhani menegaskan negaranya tidak berambisi memiliki senjata nuklir. Pernyataan Rouhani itu senada dengan “Teheran Times,” keluar beberapa hari setelah Barack Obama mengeluarkan ancamannya terkait program nuklir Iran.

Obama memperingatkan Iran agar memetik pelajaran dari ancaman serangan AS ke Suriah. Obama menyatakan tidak ragu untuk mengeluarkan ancaman yang sama terhadap Iran.

Seperti diketahui, AS mengancam menyerang Suriah setelah menuduh rezim Bashar al Assad menggunakan senjata kimia untuk menyerang warga sipil. Obama merasa senjata kimia Suriah masih tidak seberapa dibandingkan ancaman senjata nuklir Iran.

“Kami tidak pernah ingin memiliki senjata nuklir dan tidak memiliki rencana untuk memilikinya,” ujar Rouhani dalam sebuah wawancara televisi, seperti dikutip Sky, Kamis.

“Kami hanya ingin menggunakan teknologi nuklir untuk tujuan damai,” lanjutnya.

Rouhani dikenal sebagai tokoh yang mementingkan diplomasi daripada konflik. Namun, Obama belum percaya dengan sikap kooperatif Rouhani dan meminta dia membuktikan ucapannya.

Kedua pemimpin negara direncanakan bertemu dalam waktu dekat di PBB. Rouhani menggantikan Mahmoud Ahmadinejad debagai Presiden Iran pada Agustus lalu setelah memenangkan pemilihan umum. Rouhani berjanji akan mengubah posisi Iran yang keras di masa Ahmadinejad menjadi lebih moderat.

Barack Obama yang dalam periode kedua kepresidenannya telah dijangkiti penyakit “superior,” gaya politikus konservatif, mengatakan Iran sangat sulit untuk ditebak. Walau pun Hassan Rouhani ingin berdialog dengan Barat, Obama belum mempercayainya dan ingin menguji kemampuannya mengubah agresifitas Teheran.

Obama yang berbicara dalam sebuah wawancaranya dengan televisi berbahasa Spanyol, “Telemundo,” mengungkapkan adanya indikasi jika AS ingin menyelesaikan krisis senjata kimia Suriah serta kesepakatan diplomatik untuk memastikan Iran tidak mengembangkan senjata nuklirnya.

Akhir pekan lalu, Obama mengungkapkan ia dan Rouhani telah berkirim surat tentang kebuntuan hubungan AS-Iran. Kedua pemimpin ini akan berada di Majelis Umum PBB di New York pekan depan. Meskipun para pejabat Gedung Putih mengatakan tidak ada rencana bagi mereka untuk bertemu.

“Ada kesempatan untuk diplomasi. Dan saya berharap Iran mengambil keuntungan dari itu,” kata Obama kepada Telemundo, seperti dilansir Reuters. Sekadar diketahui, Obama mencalonkan diri sebagai presiden pada 2008. Saat itu, dirinya bersumpah untuk membuka dialog dengan Iran.

Namun hingga kini, belum ada terobosan dan sanksi oleh Washington dan PBB untuk melemahkan ekonomi Iran secara bertahap dengan menekan Teheran untuk menyerahkan program nuklir yang disangkalnya.

“Ada indikasi bahwa Rouhani, presiden baru, adalah seseorang yang ingin membuka dialog dengan Barat dan dengan AS, dengan cara yang kita belum melihat di masa lalu. Dan jadi kita harus mengujinya,” tambah Obama.

Sejak pemilihan yang mengejutkan pada Juni, Rouhani, seorang ulama moderat, pejabat dari kedua negara telah secara terbuka berbicara langsung untuk mengakhiri sengketa nuklir selama satu dekade.

Presiden Iran Hassan Rouhani berencana menemui Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama. Pertemuan ini akan menjadi yang pertama sejak Revolusi Iran pada 1979.

Kedua pemimpin itu dijadwalkan hadir dalam pertemuan PBB pekan depan. Selain bertemu dengan Obama, Rouhani juga akan menerima Menteri Luar Negeri Inggris William Hague di PBB.

“Saya kira pertemuan ini kemungkinan besar akan terjadi. Ini bisa menjadi modal besar bagi hubungan diplomasi Iran-AS,” ujar pengamat Iran asal AS, Trita Parsi, seperti dikutip Guardian..

“Rouhani berusaha menunjukkan sikap diplomatisnya lebih menguntungkan bagi Iran daripada sikap garis keras yang digunakan pendahulunya,” lanjut Parsi.

Sebelumnya, Obama mengaku ingin mengajak Iran untuk berpartisipasi dalam upaya perdamaian di Suriah. Isu nuklir diperkirakan juga dibahas dalam pertemuan tersebut.

Pertemuan antara pemimpin Iran dengan AS terakhir kali terjadi pada 1977. Saat itu, Presiden Jimmy Carter bertemu dengan Shah Reza Pahlevi sebelum dia digulingkan dalam revolusi.