close
Nuga Life

Stress Itu Diperlukan Pendorong Aktivitas

Nggak pernah stress?

Jangan bangga dulu.

Para pakar mengatakan stres sebenarnya dibutuhkan oleh manusia sebagai dorongan untuk melakukan sesuatu.

Karena itu sangat normal jika seorang manusia merasakan stres dalam kehidupannya.

Kalau tidak pernah stres bisa dibilang kehidupannya monoton, hampir tiada terasa gairah hidup, tidak punya motivasi untuk berkembang

Dijelaskan bahwa sejatinya stres adalah respons tubuh terhadap munculnya tantangan.

Jika dikelola dengan baik, stres bisa menjadi dorongan seseorang untuk menyelesaikan masalah untuk bisa berkembang.

Nah, bahaya muncul ketika stres tidak dikelola dengan baik.

Stres tidak lagi menjadi dorongan untuk menyelesaikan masalah, dan malah membuat seseorang lebih malas, tidak bergairah hingga menyebabkan banyak dampak negatif.

Jadinya malah makin lesu, gampang marah dan tersinggung, yang bisa berujung pada perilaku kekerasan, penyalahgunaan narkoba hingga depresi.

Oleh karena itu pengelolaan stres harus dilakukan secara tepat.

Dalam tahap awal, stres bisa dikelola dengan cara curhat atau melakukan hobi yang disenangi.

Namun jika sudab sampai tahap mengganggu kesehatan fisik dan produktivitas, tak ada salahnya mencari bantuan profesional seperti psikolog dan psikiater.

Jadi jangan hidupnya nggak ada stres, tapi stresnya dikelola supaya jadi pendorong dan bukannya malah menimbulkan dampak negatif.

Stres dan tekanan hidup saat ini hampir dialami oleh semua orang. Nyatanya bagi sebagian orang kondisi ini bisa sangat membahayakan kesehatannya, baik fisik maupun mental.

Bahkan parahnya lagi stres dapat mengurangi kemampuan kita untuk merasakan sebuah bahaya atau ancaman baru.

Seperti dilansir dari Indian Express, studi ini bertentangan dengan pandangan konvensional bahwa stres meningkatkan kemampuan untuk mendeteksi sumber ancaman.

Peneliti menyebut bahwa tekanan dapat mengurangi kemampuan seseorag untuk memprediksi bahaya baru yang akan dihadapi.

“Studi kami menunjukkan bahwa ketika kita berada dalam tekanan, kita kurang memperhatikan perubahan lingkungan, yang berpotensi membuat kita berisiko tinggi untuk mengabaikan sumber ancaman baru,” kata Candace Raio, seorang peneliti postdoctoral di New York University.

Para peneliti melakukan serangkaian percobaan untuk menguji kemampuan belajar secara fleksibel untuk memperbarui tanggapan ancaman dalam kondisi stres.

Disini, para peserta diminta melihat gambar di layar komputer. Muncul beberapa gambar yang digabungkan dengan sengatan listrik ringan dan berfungsi sebagai isyarat ancaman.

Sehari kemudian, setengah dari peserta menjalani prosedur laboratorium yang dirancang untuk menginduksi stres.

‘Kelompok stres’ ini diminta menempatkan lengan mereka di bak mandi air es selama beberapa menit, yang meningkatkan dua hormon stres yaitu alfa-amilase dan kortisol.

Pada hari kedua percobaan yang dipublikasikan di jurnal Prosiding National Academy of Sciences ini menunjukkan bahwa ‘kelompok stres’ cenderung tidak mengubah respons mereka terhadap ancaman daripada kelompok kontrol.

Artinya peserta yang stres menunjukkan respons fisiologis yang kurang terhadap isyarat ancaman baru.