close
Nuga Life

Paranoid? Apakah Anda Mengalaminya?

Gangguan kepribadian paranoid adalah kondisi saat seseorang memiliki cara berpikir yang aneh atau eksentrik karena selalu merasa bahwa orang lain memiliki maksud jahat tertentu kepadanya.

Orang dengan gangguan kepribadian ini berasumsi bahwa orang lain akan mengeksploitasi, menyakiti, atau menipunya.

Padahal tidak ada bukti sama sekali bahwa orang lain bertujuan seperti itu padanya. Untuk lebih jelasnya, berikut ini berbagai gejala paranoid.

Untuk mengenali dengan lebih mudah apakah Anda atau orang-orang di sekitar memiliki gangguan kepribadian yang satu ini, berikut gejalanya:

Gejala utama dari orang yang memiliki gangguan kepribadian paranoid adalah ketidakpercayaan yang mengakar pada orang lain.

Orang dengan gangguan kepribadian ini selalu merasa curiga akan motif seseorang dibalik sikap yang ditunjukkan padanya. Motif ini diartikannya sebagai motif jahat yang pasti akan mencelakainya.

Orang dengan gangguan kepribadian ini pada dasarnya hidup normal seperti yang orang lain jalani. Hanya saja cara berpikirnya yang kemudian membedakan ia dengan orang lain.

Ketika ada masalah yang dihadapinya maka orang yang paranoid tidak akan berbagi cerita karena takut informasi yang diberikannya akan digunakan untuk melakukan kejahatan padanya.

Dikarenakan dirinya sulit untuk percaya pada orang lain, orang yang paranoid cenderung menarik diri dari lingkungannya. Ia merasa semua orang akan berbuat jahat padanya sehingga baginya tidak ada alasan untuk berdekatan atau meminta bantuan orang lain.

Dalam sebuah hubungan baik pacaran maupun pernikahan, orang yang paranoid akan selalu merasa bahwa pasangannya tidak setia atau bermain di belakangnya. Padahal, hal ini sama sekali tidak berdasar. Akibatnya, orang dengan gangguan kepribadian ini akan menjadi pasangan yang suka mengendalikan dan sangat pencemburu.

Pikiran yang selalu dipenuhi oleh kecurigaan pada orang lain membuat orang paranoid sangat sulit untuk bersantai.

Misalnya, ketika sedang menghabiskan waktu di sebuah kafe lalu ada orang yang tiba-tiba mengarahkan pandangan padanya, maka pikirannya akan langsung bergejolak memikirkan semua kemungkinan buruk secara berlebih.

Akibatnya, bukannya santai yang didapat malah ia terus berada dalam kecemasan.

Penyebab paranoid tidak jelas, namun genetik diduga memainkan peran dalam hal ini. Selain itu, tidak ada obat yang mutlak dapat mengobati kondisi ini.

Jadi, apakah hal ini dapat disembuhkan? Hal ini tergantung kondisi, tapi bukan berarti mustahil dilakukan. Sebelum kita mengetahui apa saja hal-hal yang mungkin dapat memulihkan paranoid, ada baiknya untuk mengetahui gejalanya terlebih dahulu!

Gejala paranoid berkisar dari ringan hingga berat. Sebenarnya gejala tergantung pada penyebabnya, namun umumnya mereka mengalami kondisi mudah tersinggung

Meskipun tidak ada obat mutlak untuk kondisi ini, pengobatan dapat membantu orang mengatasi gejala mereka, sehingga hidup bahagia dan lebih produktif.

Pengobatan tergantung pada jenis dan tingkat keparahan kondisi, tetapi hal ini mungkin termasuk:

Seperti kebanyakan gangguan mental lainnya, psikoterapi merupakan salah satu pengobatnya. Individu dengan gangguan paranoid jarang untuk melakukan pengobatan.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika penelitian mengenai jenis pengobatan yang paling efektif untuk gangguan ini sangat sedikit.

Ada kemungkinan bahwa terapi yang menekankan pendekatan sederhana, yang berfokus pada klien, merupakan yang paling efektif.

Membangun hubungan pada orang dengan gangguan ini akan lebih sulit dari biasanya, maka terminasi dini  umum terjadi.

Seiring terapi berlangsung, pasien mungkin akan sedikit demi sedikit percaya dengan dokter.  Ia mungkin akan mulai mengungkapkan beberapa gagasan seputar paranoid yang ada di benaknya.

Terapis harus berhati-hati dalam menyeimbangkan anatara tujuan terapi dan pemikiran pasien, agar tidak meningkatkan kecurigaan pasien. Ini adalah sesuatu yang sulit dipertahankan, meskipun terapis sudah memiliki hubungan yang baik dengan pasien.

Pada masa ketika pasien bertindak atas keyakinan paranoidnya, loyalitas dan kepercayaan terapis akan mulai dipertanyakan.

Perawatan harus digunakan bukan sebagai penantang klien, karena risiko yang akan terjadi adalah klien akan meninggalkan terapi secara permanen.

Karena keyakinan paranoid adalah sebuah delusi dan tidak didasarkan pada kenyataan, maka berargumen dengan mereka pada sudut pandang rasional merupakan hal yang sia-sia. Menantang keyakinan juga dapat membuat frustrasi kedua belah pihak, baik pada klien maupun terapis.

Semua dokter dan tenaga kesehatan mental yang melakukan kontak dengan klien gangguan ini harus sangat menyadari efek berterus terang pada klien.

Lelucon halus biasanya tidak begitu mengganggu mereka, namun kata kiasan atau sindiran mengenai informasi klien yang tidak diterima langsung dari mulut klien akan memberikan banyak masalah kecurigaan.

Berbagai hal dalam kehidupan yang biasanya tidak akan dipikir dua kali oleh orang lain dapat dengan mudah menjadi fokus perhatian klien gangguan ini, sehingga perawatan harus dilakukan dalam diskusi bersama klien.

Obat biasanya berkontraindikasi untuk gangguan ini, karena mereka dapat menimbulkan kecurigaan yang tidak perlu, yang biasanya akan menimbulkan ketidakpatuhan dan penghentian terapi.

Obat yang diresepkan untuk kondisi tertentu harus segera dilakukan dalam waktu singkat untuk mengontrol kondisi.

Agen anti-kecemasan, seperti diazepam, merupakan obat yang dapat diberikan dengan resep jika klien menderita kecemasan akut atau agitasi yang telah mengganggu fungsi normal keseharian.

Obat anti-psikotik, seperti thioridazine atau haloperidol, dapat diberikan jika pasien mengalami agitasi berat atau delusional pemikiran yang dapat mengakibatkan pasien menyakiti diri atau juga merugikan orang lain.