close
Nuga Life

Benarkah Lelaki Puas Mr P Miliknya?

Benarkah Llelaki Puas dengan Mr P Miliknya?

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Archives of Sexual Behavior, Sabtu, 01 Oktober 2016,  mengklaim  bahwa para pria di Amerika ternyata puas dengan alat kelamin mereka.

“Yang dihitung dalam penelitian ini adalah bentuk dan ukuran Mr P, testis, warna kulit, bahkan letak saluran kencing dan jumlah sperma yang dihasilkan,” tulis hasil studi tersebut.

Oleh banyak kalangan hasil penelitian ini  terdengar aneh mengingat masih banyak pria yang mencoba berbagai cara untuk “memodifikasi” alat kelaminnya.

Memang, berbicara soal kelamin pria tak akan ada habisnya.

Tema seputar pembesaran atau agar tahan lama di ranjang masih sering jadi topik utama. Hal ini menandakan bahwa masih banyak pria yang mencari cara untuk mendongkrak performa Mr P.

Penelitian ini melibatkan empat ribu pria Amerika dengan rentang usia delapan belas hingga enam puluh lima tahun.

Mereka diminta untuk menilai tingkat kepuasan terhadap kelamin masing-masing dari skala satu sampai tujuh.

Para peneliti memberi empat belas  pertanyaan berbeda menggunakan skala kepuasan terbaru yang disebut Index of Male Genital Image .

Tahu hasilnya?

Secara umum, delapan puluh enam persen pria merasa puas dengan alat kelamin mereka.

Dari penelitian itu, ada beberapa hal yang bisa disoroti.

Pertama untuk urusan kepuasan terhadap  bentuk kepala penis mereka. Mereka merasa sangat puas dengan bentuk penis mereka yang disunat.

Penelitian tersebut juga mencatat tingkat ketidakpuasan.

Para peneliti menggarisbawahi bahwa hanya sembilan belas persen pria yang merasa tidak puas akan ukuran penis mereka saat ereksi.

Artinya, delapan puluh satu persen pria merasa puas akan hal itu. Padahal, masih banyak pria yang mencari bahkan mencoba berbagai cara yang penuh risiko untuk menambah ukuran Mr P.

Jadi, apakah para pria ini menjawab dengan jujur atau tidak, para peneliti belum mempunyai jawabannya.

Sebelumnya terjadi persepsi keliru tentang  ukuran penis.

Mr P sering diagungkan sebagai lambang kejantanan yang  menyebabkan para pria terobsesi menambah ukuran penisnya.

Padahal, hingga kini tidak ada satu pun metode pembesaran penis secara efektif.

Hal pertama yang harus disadari adalah meski Anda merasa ukuran “si yunior” terlalu imut, sebenarnya ukuran tersebut masih normal.

Anda tidak perlu merasa terintimidasi saat melihat pria lain di ruang ganti atau toilet yang ukuran penisnya terlihat “wow” karena ukuran penis mereka tidak akan bertambah banyak dalam kondisi ereksi.

Sebaliknya, pria yang “yuniornya” terlihat kecil saat lembek akan membesar paling banyak ketika menegang dan keras.

Bila Anda masih ngeyel bahwa ukuran yunior terlalu kecil, bahkan jika penggaris membuktikan sebaliknya, maka mungkin Anda mengalami gangguan yang dalam ilmu psikiatri disebut penile dysmorphic disorder.

Kondisinya hampir sama dengan orang yang menderita anoreksia yang selalu merasa dirinya kegemukan, tak peduli walau badannya tinggal kulit berbalut tulang.

Menurut sebuah penelitian, kebanyakan pria yang terobsesi melakukan berbagai prosedur pembesaran penis adalah mereka yang mengalami penile dysmorphic disorder.

Bahkan setelah melakukan operasi pembesaran penis pun mereka adalah kelompok yang paling tidak puas dengan hasilnya.

“Pria yang sesungguhnya punya ukuran penis normal, tetapi sering merasa tidak puas dan terus mengeluh penisnya kecil, mungkin lebih baik berkonsultasi ke psikiatri ketimbang melakukan metode pembesaran penis,” kata Karena Elizabeth Boyle, Direktur Reproductive Medicine and Surgery di John Hopkins Hospital.

Size does matter. Itulah prinsip yang dipegang pria dalam urusan seks.

Kendati untuk memuaskan wanita tidak diperlukan ukuran penis yang besar, menurut penelitian terbaru ternyata ukuran Mr P ini berpengaruh juga pada kesuburan.

Ukuran penis yang dimaksud di sini adalah panjang yang diukur dari anus sampai bawah skrotum atau disebut dengan anogenital distance.

Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Environmental Health Perspective, ukuran AGD ini bisa jadi salah satu petunjuk kesuburan sederhana tetapi cukup akurat.

Shanna Swan, profesor bidang obstetri dan ginekolog dari Universitas Rochester, Amerika, yang melakukan studi ini, mengatakan, AGD berkaitan erat dengan jumlah cairan mani dan jumlah sel sperma.

Pada awalnya, penelitian yang dilakukan Swan ini tidak ditujukan untuk menganalisis tentang kesuburan.

Namun, dari hasil awal penelitian yang dilakukan terhadap  mahasiswa ini menemukan bahwa wanita hamil yang terpapar zat kimia dalam plastik yang disebut phthalates cenderung melahirkan bayi laki-laki dengan ukuran AGD pendek.

Swan menemukan bahwa para ibu hamil yang terpapar phthalates dalam kadar tinggi akan melahirkan bayi laki-laki dengan ukuran AGD dan ukuran penis lebih pendek.

Walaupun saat ini ukuran AGD belum dijadikan standar dalam tes fertilitas, Swan mengatakan, ukuran AGD bisa menjadi data tambahan bagi pemeriksaan kesuburan yang dilakukan dokter.

“Saat ini tes AGD ini memang belum direkomendasikan, tapi dengan riset lanjutan bukan tidak mungkin itu akan terjadi,” katanya