close
Nuga Life

Apa Anda Tahu Lama Tidur Ideal?

“Berapa lama waktu tidur yang ideal untuk saya?”

Inilah pertanyaan banyak orang.

Lantas bagaimana harus menjawabnya?

National Sleep Foundation bersama delapan belas ilmuwan medis terkemuka mengevaluasi lebih dari tiga ratus studi mengenai waktu tidur dan menjawabnya dengan singkat

“Tergantung.”

Menurut studi itu kebutuhan tidur setiap orang berbeda-beda, tergantung metabolisme dan aktivitas serta usianya.

Laporan terbaru National Sleep Foundation yang diterbutkan dalam Sleep Health Journal mengungkapkan, daftar waktu tidur ideal telah diperbarui untuk setiap kelompok umur.

Untuk rentang usia terbesar, yaitu orang dewasa, durasi tidur yang dianjurkan tetap tidak berubah dari rekomendasi sebelumnya.

Ada tambahan dua kategori yaitu dewasa muda dan usia senior.

Dengan tidur yang cukup, tingkat kesehatan kita akan semakin maksimal. Semua organ tubuh yang sudah lelah bekerja, membutuhkan waktu istirahat, termasuk otak, kulit, sistem metabolisme dan hormon.

Pada saat tidur, informasi yang masuk ke otak akan disusun dengan rapi, sehingga ketika bangun tak jarang kita menemukan solusi dari masalah yang kemarin bikin sakit kepala.

Sel-sel kita juga beregenarasi paling maksimal saat kita tidur sehingga orang yang cukup tidur, kulitnya nampak sehat dan kencang.

Selain itu, tidur juga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, karena sel-sel kita diperbarui dan hormon melatonin yang membantu memperkuat sistem imun, bekerja paling aktif saat malam, ketika suasana gelap dan kita terlelap.

Tidur cukup memang obat terbaik. Tetapi, penelitian terbaru mengungkapkan bahwa terlalu banyak tidur bisa berbahaya bagi kesehatan Anda.

Menurut studi itu, tidur lebih dari sembilan jam dalam semalam, ditambah dengan terlalu banyak duduk seharian dan kurang beraktivitas sama buruk dampaknya dengan merokok dan minum alkohol.

Orang-orang yang dalam hidupnya jarang bergerak, empat kali berisiko lebih besar meninggal dini.

Cukup banyak bukti ilmiah mengungkapkan, duduk terlalu lama berbahaya bagi kesehatan.
Studi sebelumnya juga mengindikasikan bahwa tidur memiliki pengaruh yang tidak kecil.

Studi dari University of Sydney ini adalah yang pertama kali melihat dampak dari tidur dan duduk.

“Penelitian kami menunjukkan bahwa kita harus melihat efek kebiasaan ini secara serius sama seperti yang kita lakukan untuk faktor risiko lainnya, yakni minuman alkohol dan pola makan tidak sehat,” kata Dr.Melody Ding, peneliti senior di University of Sydney.

Dalam penelitiannya ia mengamati kebiasaan pada lebih dari ratusan ribu peserta berusia empat puluh lima tahun ke atas.

Gaya hidup yang telah diketahui dapat meningkatkan risiko terkena penyakit adalah merokok, minum alkohol berlebih, pola makan yang buruk dan tidak aktif secara fisik.

Selain itu, duduk terlalu lama, serta kurang atau terlalu banyak tidur juga dimasukkan dalam faktor risiko.

Kombinasi dari tidur terlalu lama, banyak duduk dan kurang olahraga adalah trio yang mematikan.

Bukan hanya itu, kombinasi dari kurang tidur dan juga merokok dan minum alkohol berlebih, juga meningkatkan risiko kematian dini.

Ibu yang menjalani peran sebagai orangtua tunggal, menurut laporan Los Angeles Times, adalah golongan wanita yang kurang tidur malam.

Reportase tersebut merupakan rangkuman dari studi Centers for Disease Control anda Prevention.

Hasil studi memaparkan bahwa sebanyak ibu tunggal dengan anak berusia di bawah delapan belas tahun, tidak mendapatkan tidur malam berkualitas minimal tujuh jam setiap hari.

Ibu tunggal mengatakan bahwa mereka benar-benar tidur nyenyak hanya dua hingga tiga hari setiap pekan.

Lalu, ketika mereka memiliki kesempatan untuk tidur lebih lama, mereka mengaku sulit terlelap dan sulit mendapatkan tidur yang nyenyak.

Kondisi ini tak hanya terjadi pada ibu tunggal. Sebab, ayah yang menjalani peran sebagai orangtua tunggal, mengaku, jarang tidur malam lebih dari tujuh malam.

Namun, jumlahnya ayah tunggal yang kekurangan tidur, tidak sebanyak ibu tunggal.

“Hasil studi ini tidak mengejutkan,” ujar Der Stuart Quan, seorang pakar medis di Brigham dan Women’s Hospital in Boston, kepada Live Science.

“Umumnya, banyak orangtua mengorbankan waktu tidur untuk mengurus anak dan kebutuhan rumahtangga. Mereka merasa tidur, mengurangi waktu mereka dalam menyelesaikan segala hal yang mereka anggap sebagai prioritas,” urainya.