close
Nuga Forum

“Pindahkan Saja Makam Uje”

Perseteruan pemugaran makam almarhum Jeffri Al Buchori atau akrab di sapa dengan Uje makin melebar dengan nimbrungnya pengelola makam dan Majelis Ulama Indonesia setelah Pipek Dian Irawati, sang janda, bebenturan kata dengan keluarga besar ustazd “gaul” yang diwakili Umi Tatum dan kakanya Aswan Faisal.

Nimbrungnya pengelola makam, dari Pemda DKI, makin merumitkan kehendak keluarga besar Uje, non anak-anaknya, yang ingin mempertahankan “kemewahan” makam setelah mereka pugar tanpa sepengetahuan pihak pengelola dan Pipiek beserta anak-anaknya.

Petugas makam menuding keluarga Uje, yang diwakili oleh sang ibu, Umi Tatum dan kakaknya, Aswan Faisal, tidak memiliki izin atas pemugaran makam. Sang petugas juga menegaskan ada aturan yang tidak memboleh pemugaran makam melebihi ketentuan, seperti memasang kubah atau tenda permanen, melebihi tinggi yang diatur serta mengesankan kemewahan.

Makan Uje yang dipugar oleh keluarganya tingginya mencapai satu meter, dilapisi marmar kelas satu, serta memasang tenda permanen. “Ini makam umum. Bukan makam keluarga. Jadi ada ketentuan yang mengatur. Tidak boleh sembarangan memugar tanpa izin,” kata petugas.

Sedangkan Faisal Aswan yang berbicara atas nama keluarga besarnya, sepertinya, bersikeras dengan kehendaknya sendiri. Faisal dengan nada mengancam mengatakan, bahwa pemugaran makam Uje adalah atas kehendak jamaahnya. “Kalau berani membongkar makanya akan berhadapan dengan jamaah,” ujar Aswan dengan nada garang.

Kepada media infotainment Aswan bersikukuh bahwa pemugaran makam Uje sesusai dengan ketentuan yang ada. Ia tak menampik adanya kesan mewah dibanding dari makam lainnya. Ia juga bersikukuh makam Uje pantas dilebihkan dari yang lain karena ia merupakan sosok yang dihormati.

Penegasan Aswan ini dicibirkan oleh seorang petugas makam dengan mengatakan,”Orang hebat-hebat yang dimakamkan sebagai pejuang di Kalibata juga disamakan makam dengan prajurit rendahan. Ini terlalu mengada-ada.”

Sementara itu Pipiek enggan untuk berpolemik dengan Aswan yang emosional dan ingin menang sendiri. Ia menyerahkan persoalan pemugaran makam ini kepada publik.

“Saya tak mau bertengkar dengan kondisi makam yang telah dipugar. Kan ada pengelola makam dan orang-orang lain yang juga dimakamkan di Karet Tengsin. Lihat saja kondisinya seperti apa. Yan saya tekankan Uje tak ingin dilebihkan dari yang lain. Ini amanahnya,” ujar Pipiek.

Pemugaran makam Uje dengan marmer hitam setinggi pinggang orang dewasa menuai kontroversi. Padahal, sudah ada aturan sendiri tentang pemakaman yang diatur pada Perda No. 3 Tahun 2007. Pasal tersebut berisi tidak bolehnya menambah atau meninggikan makam seseorang.

Ketua Majelis Ulama Indonesia KH Amidhan coba menengahi dan memberikan saran. Menurutnya, jika keluarga keukeuh ingin mempertahankan makam Uje dengan marmer hitam setinggi pinggang orang dewasa itu, sebaiknya makam Uje dipindahkan saja.

“Saya kira makam tersebut dipindahkan saja oleh keluarga, kalau memang bertentangan dengan regulasi. Makam kan bisa di pindahkan,” kata KH Amidhan. Menurutnya, tidak ada perlakuan istimewa di sebuah Tempat Pemakaman Umum jika ada regaluasi yang telah mengaturnya. Jika ingin istimewa, baiknya keluarga menyiapkan lahan sendiri.

“Kalau menurutnya istimewa sendiri, apa istimewanya, di cari tempat tersendiri saja,” tutup Amidhan.

Seperti diketahui, keluarga Uje memutuskan memugar makam dai yang tewas akibat kecelakaan itu. Namun, istri Uje, Pipik merasa tidak tahu dengan pemugaran makam mendiang suaminya itu. Pipik pun kurang setuju dengan keputusan keluarga mengistimewakan makam Uje karena takut mengarah kepada perbuatan musyrik.

Amidhan, menjelaskan pemugaran makam dan membesar-besarkannya adalah tindakan yang keliru. “Ya sebenarnya kalau kuburan dibesar-besarkan untuk apa? Kalau untuk membesarkan nama yang meninggal, apalagi terkait agama dan akidah, itu keliru,” kata Amidhan..

Menurut Amidhan, hanya makam orang-orang tertentu saja yang pantas dibesarkan sebagai tujuan untuk penghormatan. Bahkan, di Timur Tengah hanya beberapa saja makam yang dibesarkan karena bertujuan untuk penghormatan atas ilmunya.

“Di Timur Tengah semacam ini budaya kuburan hanya kuburan orang-orang yang terbilang luar biasa, seperti Imam Bukhori, Itupun tidak semua ulama sependapat,” ungkap Amidhan.

“Di Arab sendiri, kuburan Raja Faisal tidak jelas di mana dan bagaimana bentuknya,” tutup dia.

Tags : slide