close
Nuga Bola

Klopp Mencibir atas Kekalahan Liverpool

Juergen Klopp tak mampu menahan kecewanya terhadap kekalahan Liverpool atas Leicester City, tiga gol berbanding dua, di King Power Stadium,  Selasa dinihari WIB, dan setengah mencibir ia berujar, Liverpool terlalu lembek.

“Pemain tak mampu memberikan perlawanan sengit pada tuan rumah,” katanya seperti ditulis “daily mail,” Selasa, 28 Februari 2017.

Liverpool gagal memanfaatkan situasi buruk yang tengah terjadi di Leicester pasca pemecatan Claudio Ranieri.

‘The Reds’ justru tak berdaya hingga kebobolan tiga gol lebih dulu sebelum akhirnya menciptakan satu gol balasan lewat Philippe Coutinho.

“Sulit untuk mencari kata-kata yang tepat usai kekalahan ini. Apa yang terjadi di laga ini bukanlah lantaran Leicester tampil begitu agresif melainkan kami yang tak siap untuk bertarung secara fisik.”

“Leicester sangat terorganisir dengan baik dan mereka siap untuk laga ini,” ujar Klopp seperti dikutip dari BBC Sport.

Klopp mengakui Liverpool tak memberikan respon bagus untuk mengimbangi permainan Leicester di awal laga.

“Gol pertama yang mereka hasilkan sulit untuk diterima dan gol itu membantu mereka untuk membangun momentum memenangkan pertandingan.”

“Liverpool seharusnya bisa bermain lebih baik. Kami seolah membiarkan Leicester bermain seperti musim lalu dan itulah kesalahan kami,” kata Klopp menegaskan.

Dengan kekalahan Liverpool dari Leicester, maka Coutinho dan kawan-kawan gagal menggeser Arsenal dari posisi keempat klasemen sementara.

Liverpool justru berpeluang digusur oleh Manchester United dari posisi kelima lantaran ‘Setan Merah’ masih memiliki satu laga lebih banyak.

“Kami layak dikritik. Inkonsistensi yang kami tampilkan benar-benar tak bisa diterima,” ucap Klopp.

Menurut para pengamat Liverpool selayaknya menang di King Power karena situasi domestik yang dialami Leicester.

Pekan lalu secara mengejutkan Claudio Ranieri yang membawa Leicester juara Liga Primer dipecat manajemen terkait hasil buruk sepanjang musim ini.

Dua media ternama Inggris, The Times dan Sky Sports, melansir berita pemecatan dilakukan setelah pemilik klub, Vichai Srivaddhanaprabha, bertemu para pemain untuk membahas krisis yang terjadi di dalam tim.

Kabar itu pun memberi aroma tak sedap dalam kubu The Foxes yang untuk sementara ini diarsiteki caretaker Craig Shakespeare.

Klopp harusnya memahami situasi dalam kubu The Foxes dan memotivasi skuatnya untuk mengalahkan Leicester dan merebut posisi tiga klasemen.

Klopp sendiri sedang dalam situasi sulit terkait kondisi angin-anginan Liverpool. Tampil digdaya paruh pertama musim ini, The Reds seperti mengalami dunia terbalik sejak awal tahun ini.

Mengacu pada laga di seluruh kompetisi domestik yang diikuti, Liverpool hanya merasakan tiga kemenangan dari dua belas pertandingan.

Sisanya, empat imbang dan lima kali kalah. Hasil buruk itu ditambah tersingkir dari Piala FA karena kalah dari Southampton di semifinal. Klopp tentu tak ingin nasibnya seperti Ranieri di Leiceste

Dua pekan lalu Klopp mampu membawa Liverpool menekuk Tottenham Hotspur .

Tentu itu diharapkan menjadi momentum pembalik bagi Roberto Firmino dan kawan-kawan.

Liverpool mulai memasuki fase kritis kompetisi, di mana ia harus bertanding dengan tim-tim berat bulan depan. Setelah laga malam ini Arsenal, Burnley, Manchester City, dan Everton menanti Liverpool.

Tak berlaga di kompetisi lain kecuali Liga Inggris sepatutnya membuat skuat Liverpool lebih fokus di sisa tiga belas pekan.

Jumlah tiga belas pertandingan yang menanti Liverpool adalah yang paling sedikit dibandingkan rivalnya di peringkat enam besar.

Terbanyak adalah Manchester City dan Manchester United dengan jumlah maksimal 24 laga yang harus dilewati di seluruh kompetisi.

Adapun Chelsea yang kini terpaut empat belas poin unggul atas Liverpool memang tak berkompetisi di Eropa. Namun tim yang memuncaki klasemen sementara itu masih berlaga di Piala FA

Berkaca pada hal itu, Klopp mesti memastikan skuatnya bisa menyapu tiga poin di King Power sebagai permulaan setelah momentum bagus atas Spurs.

Tentu agar dapat finis setidaknya sebagai runner-up jika untuk mengejar Chelsea terlalu sulit di sisa kompetis

Dan, satu hal lagi, Klopp mesti menegaskan kepada skuat agar tak terbuai lagi dengan strategi penguasaan bola yang tak efektif saat menghadapi tim semenjana.

Itulah momok yang selalu menghantui Liverpool, tampil trengginas ketika menghadapi tim raksasa namun loyo kala bertemu tim yang di atas kertas mudah. Itu seperti yang terjadi saat bertemu Swansea City dan Hull City yang memasuki tahun ini ada di zona degradasi.

Bagaimana dengan Leicester?

Leicester pantaslah kita tempatkan sebagai tim kecil pada musim ini. Selain ada di zona degradasi, pada pertemuan paruh musim pertama juara Liga Inggris di Anfield.

Liverpool seharusnya bisa menang di King Power. Apalagi tak ada pemain inti dari pola strategi gegenpressing ala Klopp di Liverpool yang saat ini terbelit cedera.

Seperti dilansir situs Phsyio Room, ada delapan pemain yang cedera. Dari semua itu hanya Georginio Wijnaldum yang cedera betis–meski diragukan bisa tampil.

Sisanya adalah Daniel Sturridge, Lucas Leiva, Dejan Lovren, Marko Grujic, Ovie Ejaria, Adam Bogdan, dan Danny Ings yang masih berkutat dengan cedera.