Site icon nuga.co

Gaza Tanah “Papa” Tragedi Kemanusiaan

Gaza, sebuah dataran sempit memanjang, dari Sinai hingga ke tapal batas Israel, adalah tanah “papa” dari tragedi kemanusiaan yang terus berulang dan berulang . Tragedi kematian berdarah yang hanya bisa dihujat, tapi tidak pernah terselesaikan karena dibelit dilematik kepentingan setiap aktornya.

Gaza juga adalah akrobatik poliitik yang di desain oleh banyak pemain dengan peran antagonis Arab dan protogonis Barat dan Amerika Serikat.

Kemanusiaan? “Telah lama Gaza menjadi pentas retorik kemanusiaan. Telah lama Gaza menjadi sebuah enklaf permainan kepentingan. Telah lama Gaza menjadi isu politik global, regional dan domestic. Hanya sekadar itu,” tulis Kareem Jabbar, seorang jurnalis kawakan Al Ahram menggugat eksistensi tetangga Arabnya untuk sebuah langkah terobosan terhadap Gaza.

Mesir sebagai aktor besar dalam permainan isu Gaza telah lama “pergi” dari kepentingan hakiki tanah sempit itu. Isu kemerdekaan Pelestina terbengkalai, dan isu kemanusiaan di Gaza juga telah mati suri.

Gaza adalah kemelaratan ketika Arab Saudi mendelikkan pandangannya karena terganjal oleh Hamas yang tidak sejalan dengan kepentingan politik Arabismenya. Negera Teluk? Hanya katar yang bisa membagi simpati. Selebihnya, Abu Dhabi, Oman, Kuwait hanya mencibir.

Lantas dimana Lebanon, Suriah atau pun Irak. Semua mereka hanya bisa termangu karena problem internalnya masih compang camping. Hanya ada Turki yang masih mendekat dengan Gaza, Hamas dan isu kemanusiaannya.

Tapi problem Turki sangat global sebagai negara serba setengah karena dihimpit oleh kepentingan Barat, Arab dan isu sekulerisme dalam negerinya.

Lantas Hamas berjuang sendiri dengan langkah serba tanggung di panggung politik global dan regional. Mereka hanya bisa “mengacau”kan Israel dengan recehan roket dan melakukan “bunuh” diri sebagai martil dalam setiap konflik.

Hamas, Gaza dan Pelestina adalah tiga isu yang dihidupkan untuk sebuah konflik panjang atas nama keamanan Israel, kemanusiaan yang tak pernah tuntas dan politik global yang stagnan.

Kini Gaza menjadi kuburan ketika konflik terbaru Hamas kontra Israel memainkan bom, mortar, roket dalam laras senjata. Warga sipil Palestina terus menjadi korban serangan-serangan. Israel bersikeras, pihaknya hanya bertindak membela diri dari serangan-serangan roket militan Hamas.

Bahkan Duta Besar Israel untuk PBB Ron Prosor menegaskan, negaranya menginginkan ketenangan. “Persamaannya simpel saja. Akan ada ketenangan di Israel ketika ketenangan juga ada di Gaza. Kami hanya berusaha membela rakyat Israel.” .

Kami sedang melaksanakan aktivitas yang kompleks, mendalam dan intensif di Jalur Gaza dan ada dukungan dunia untuk ini… dukungan yang sangat kuat.

Israel menyalahkan kelompok Hamas atas banyaknya korban warga sipil Palestina. Dicetuskan Netanyahu, tinggi korban warga sipil karena Hamas menggunakan warga tak bersalah sebagai “perisai manusia.”

Benarkah klaim Israel. Entahlah. Tapi saksikanlah video pembantaian warga sipil di Distrik Shejaiya, bagian timur Gaza, di hari Minggu berdarah kemarin.

Wartawan “BBC” Yolande Knell di Kota Gaza mengatakan terjadi kepanikan luar biasa di Sheijaiya ketika ribuan warga berusaha menyelamatkan diri.Saksi mata mengatakan mereka melihat mayat bergelimpangan di jalan.

Akibat serangan Israel, sebanyak delapan puluh tujuh orang warga Palestina tewas. Adapun pihak Israel mengklaim tiga belas serdadunya tewas.

Paramedis mengatakan petugas tidak bisa memasuki Shejaiya, wilayah yang sangat dekat dengan perbatasan Israel dan terletak hanya tiga setengah kilometre dari Kota Gaza.

Dalam wawancara dengan BBC Arab, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut Shejaiya sebagai “markas teror” dan tempat asal roket-roket yang ditembakkan ke Israel.

Netanyahu mengatakan pasukan Israel tidak punya pilihan selain memasuki kawasan padat penduduk itu dan meminta warga sipil untuk pergi.

Apa yang dibutuhkan Gaza kini. Gencatan senjata. Ya siapapun tahu, PBB juga tahu, genjatan senjata sesegera mungkin di Gaza adalah solusi pragmatis.

Dan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon hanya menggambarkan penembakan Israel dari pinggiran kota Gaza sebagai “tindakan mengerikan”.

Minggu kemarin adalah hari paling mematikan dari pertempuran. Dewan Keamanan PBB bertemu atas permintaan Yordania yang dianggap telah mengusulkan rancangan resolusi bernada keras untuk dipertimbangkan.

Namun, para anggota hanya bisa setuju pada “elemen untuk pers,” bentuk paling lemah dari tindakan Dewan Keamanan, kata koresponden BBC untuk PBB Nick Bryant.

Eugene Gasana, duta besar Rwanda untuk PBB, mengatakan para anggota telah menyuarakan ketakutan mereka terhadap eskalasi kekerasan dalam sebuah “sesi serius”.

Mereka juga menyatakan “keprihatinan serius” pada peningkatan jumlah korban dan menyerukan “rasa hormat dari hukum humaniter internasional, termasuk perlindungan warga sipil,” tambah Gasana.
Hanya itu suara dunia untuk sebuah tragedi kemanusiaan paling berdarah hari ini.

Exit mobile version