Site icon nuga.co

Awas, Kini Ada Pokemon Go “Palsu””

Laman situs “gizmodo,” Senin, 18 Juli 2016, mengingatkan para “pecandu” Pokemon Go, agar berhati-hati mengakses permainan game itu karena terbukti adanya aplikasi palsu yang menerobos ke “play store” milik Google.

“Aplikasi-aplikasi palsu pihak ketiga dilaporkan sudah memasuki toko aplikasi Android, Play Store,” tulis “gizmodo.”

Mengutip laporan perusahaan ESET, “gizmodo, melaporkan bahwa ada tiga aplikasi palsu yang mengusung atau menggunakan nama ‘Pokemon GO’.

Aplikasi tersebut bermaksud untuk menarik jumlah peng-instal yang ingin bermain maupun mencari cara cheat dan petunjuk.

Ketiga aplikasi ini berbeda dengan APK yang dipasang melalui backdoor perangkat Android. Ketiganya justru nekat berada di Google Play Store.

Salah satu aplikasi, yakni Pokemon Go Ultimate menjadi ancaman terbesar pengguna Android.

Sangat mirip dengan aplikasi asli, aplikasi tersebut mengunci layar perangkat ketika diluncurkan. ESET memperingatkan bahwa reboot perangkat kadang tak bisa menghentikan aplikasi palsu itu berjalan sehingga pengguna harus menarik baterai atau menggunakan Android Device Manager untuk menghapusnya.

Jika Anda membiarkannya, Anda akan dihantui oleh iklan porno sepanjang hari. Cara satu-satunya untuk meng-instal-nya adalah secara manual melalui PI Network di manajer aplikasi.

Pokemon GO Ultimate telah mengganggu lima ratus hingga seribuan  pengguna.

Dua aplikasi lainnya berjudul ‘Guide & Cheats for Pokémon Go’ dan ‘Install Pokemongo’.

Keduanya mengakali agar pengguna mendaftar layanan ponsel dengan janji akan mendapat Pokeballs dan Lucky Eggs.

Beruntung, kedua aplikasi tersebut telah dihapus oleh Google meski sudah di-instal hingga lima belas ribuah kali.

Kendati demikian, perlu diingat bahwa Anda harus tetap berhati-hati saat meng-instalPokemon GO’ jika aplikasi ini belum tersedia secara resmi.

Sebelumnya, Minggu  malam kemarin, Pokemon GO sempat mengalami masalah server.

Beberapa pengguna melaporkan soal sulitnya login ke permainan ini. Berkaitan dengan masalah tersebut, sebuah grup peretas mengaku bertanggung jawab atas hal ini.

Dilaporkan oleh Independent, sebuah grup hacker bernama PoodleCorp mengaku sebagai pihak yang menganggu  server milik Pokemon GO.

Diduga, mereka membuat server down dengan serangan DDoS .

“Kami hanya mengadakan tes kecil untuk menguji keamanan Pokemon GO. Kami akan melancarkan aksi yang lebih besar,” sebut cuitan PoodleCorp di Twitter.

Seperti diketahui, metode penyerangan dengan DDoS dapat membuat sebuah server tidak dapat diakses oleh pengguna. Cara ini dilakukan hacker dengan membanjiri server dengan permintaan dari luar.

Sekedar informasi. PoodleCorp merupakan pelaku peretasan terhadap beberapa akun media sosial milik artis-artis YouTube yang terjadi beberapa hari yang lalu.

Sementara para pengguna juga telah diintimidasi lewat seruan tentang bahaya Game Pokemon GO dengan memanfaatkan fitur location dan augmented reality.

Pesan itu disampaikan secara berantai melalui WhatsApp. Pesan itu menyatakan  bahwa Pokemon GO merupakan alat intelijen.

Berikut pesan yang disebar di dunia maya, yang menjelaskan ada misi tersembunyi di balik game Pokemon GO.

Dunia sedang booming injeksi “Pembodohan” bernama aplikasi game Pokemon GO

Tanpa disadari kaum bilderberg semakin canggih membangun perangkat “intelijen” dalam bentuk game yang terbalut teknologi interconnecting geospasial bernama Pokemon GO

Tahukah anda mengapa saya sebut permainan ini adalah perangkat intelijen yang sengaja diciptakan untuk merekonsiliasi data citra fisik valid untuk memetakan setiap sudut wilayah negara-negara dimana para user mengaktifkannya.

Dikala satelit yang digunakan oleh Google Earth dan Google Maps tak mampu menjangkau gambaran sempurna tiga dimensi dalam sebuah wilayah.

Mmaka mereka menggagas ide baru memanfaatkan kebodohan para gamers atau gadget maniac dalam menjalankan agenda maping intelijen NWO untuk memetakan sistem pertahanan dan unit-unit vital setiap negara lewat game yang mengoneksikan fitur kamera, maps dan data celular.

Coba bayangkan jika seluruh Pejabat, Tentara, Polisi, PNS dan masyarakat awam berbondong memainkan game Pokemon di wilayah kerja masing-masing.

Berapa banyak data valid bangunan fisik serta citra ruang yang harusnya bersifat rahasia bagi suatu pertahanan negara dapat diakses hanya karena kebodohan orang-orang itu yang seolah-olah diminta mencari binatang bernama Pokemon itu.

Hal ini mengingatkan saya pada sebuah teknik operasi intelijen yang dijalankan USA melalui eksploitasi dan analisis pencitraan dan informasi geospasial dalam menggambarkan fitur fisik dan aktivitas secara geografis di Bumi atau yang mereka sebut Geospatial Intelligence.

Salah satu contoh pemanfaatan yang sangat jelas terlihat adalah pemanfaatan aplikasi geoweb seperti Google Earth dan Google Maps oleh pasukan Amerika Serikat dalam operasi penyergapan, penangkapan dan pembunuhan Osama bin Laden di rumah persembunyiannya pada tanggal 2 Mei 2011 yang lalu.

Berkat Google Maps dan Google Earth, mereka dapat mengikuti perjalanan Bin Laden mulai dari Khartoum sampai Jalalabad sampai daerah terpencil di mana ia bersembunyi lalu menemui akhir hidupnya di Pakistan.

Jika hal itu baru menggunakan sistem Google Earth yang hanya mencitrakan bentuk datar dari atas satelit lalu bagaimana jika sistem itu semakin sempurna dengan metode yang tak diduga-diduga dapat mengumpulkan data fisik 3D faktual lewat sebuah aplikasi game.

Exit mobile version