Site icon nuga.co

Harga Emas “Terjun Bebas”

Harga emas, akhir pekan ini,  melanjutkan laju “roller coaster”nya dengan terjun bebas ke posisi terendahnya selama tiga tahun terakhir. Kejatuhan harga ini terjadi setelah investor melepas kepemilikannya atas komoditas itu lewat berbagai bursa produk perdagangan.

Jaringan media ekonomi  Bloomberg  mencatat terjadinya kegiatan “cuci gudang” oleh kalangan  investor dengan  menjual cadangan  emasnya hingga 174 metrik ton melalui berbagai bursa produk perdagangan pada akhir bulan lalu, dan dana sebesar 17,9 miliar dollar AS hengkang dari pasar. Sejumlah analis memperkirakan kondisi tersebut akan terus terjadi dalam beberapa waktu ke depan.

Sebanyak 20 analis yang disurvei memperkirakan harga emas akan terus jatuh pada pekan depan. Sembilan analis memperkirakan harga bakal naik dan empat analis menyatakan netral. “Gambaran fundamental mengenai emas telah berubah. Para investor yang memegang emas maupun portofolio berjangkanya masih mencari exit strategy,” ujar Ole Hansen, Head of Commodity Strategy, Saxo Bank, Kopenhagen.

Di pasar London, harga emas jatuh hingga 12 persen menjadi 1.476,77 dollar AS per ounce, setelah dalam 12 tahun harga komoditas itu naik tujuh kali lipat. Harga komoditas ini sempat mencapai posisi tertingginya, yaitu 1.900,23 dollar AS per ounce pada April 2011.

Di sisi lain, bank sentral dari berbagai negara justru memanfaatkan momentum pelemahan harga komoditas ini dengan terus menumpuk cadangan emasnya, selagi harganya jatuh. Data dari World Gold Council menunjukkan, jumlah emas yang dibeli berbagai bank sentral mencapai 534,6 ton pada akhir tahun lalu. Jumlah tersebut tercatat sebagai yang terbesar sejak 1964.

Di tengah harga emas yang sedang bearish, ada sejumlah hedge fund yang masih menaruh optimismenya. Hal ini terkait dengan langkah The Fed yang tetap berkomitmen membeli obligasi Pemerintah AS. Di sisi lain, langkah European Central Bank memangkas suku bunganya juga menjadi pertanda baik bagi harga komoditas ini.

Credit Suisse Group AG dalam risetnya yang dipublikasikan pada Kamis menyebutkan bahwa tren pembelian emas oleh bank sentral berbagai negara akan terhenti jika harga emas naik di level 1.500 dollar AS per ounce.

Namun, harga emas naik tipis di perdagangan elektronik, setelah penutupan perdagangan reguler, mendapat dukungan setelah Federal Reserve AS tidak melakukan perubahan pada program pembelian obligasinya.

Harga sudah turun di COMEX setelah sebuah ukuran kegiatan manufaktur di China menunjukkan penurunan untuk Maret dan ketika para investor menunggu keputusan kebijakan moneter dari Bank Sentral Eropa (ECB) serta Fed AS.

Tak lama setelah pengumuman Fed, harga emas naik dari penutupan pasar reguler menjadi 1.455,1 dolar AS per ounce di perdagangan elektronik di Globex.

“Rebound” emas baru-baru ini cukup agresif tetapi tampak ada kemauan sebagian dari banyak pedagang yang “bullish” untuk minggir dari pasar, setidaknya sampai Fed membuat pengumuman, menurut beberapa analis pasar.

Di Banda Aceh, seperti dikatakan Memet, pemilik Toko Emas Haji Harun Keuchiek Leumiek, gejolak harga yang terjadi selama dua bulan terakhir menyebabkan terjadinya kelesuan yang luar biasa. Ia mengatakan pasar sepi. Dan ini yang terjadi selama tiga tahun terakhir.

Kelesuan ini juga makin ditambah oleh  faktor ekonomi Aceh yang kurang bergairah. Aliran dana ke pasar seperti stagnan. “Semua kita mengeluh,” katanya. Harga emas sendiri, permayamnya, orang Aceh tidak mengukur harga emas dari gram tetapi dari mayam yang beratnya mencapai tiga gram lebih,  menurut Memet sudah terhempas ke titik paling rendah selama tiga tahun terakhir ini.

Kini, katanya satu mayam emas perhiasan sudah mendekati harga Rp1, 6 juta. Padahal dulunya berada di posisi Rp 1,8 per mayam. Menurut Memet kondisi kejatuhan harga ini sangat memukul toko emas. Walau pun harganya murah orang beli juga nggak ada. Sepi.

Exit mobile version