Site icon nuga.co

Emas Antam Melonjak Rp 5.000 Per Gram

Dampak kenaikan harga emas global, akibat melemahnya nilai tukar dollar, menjalar ke perdagangan domestik, setelah PT Aneka Tambang Tbk, atau Antam, hari ini, Kamis, 02 April 2015, mencatatkan kenaikan harga emas batangan produksi mereka sebesar Rp 5.000 per gram.

Seperti dikutip “nuga” dari situs resmi Logam Mulia Antam, Kamis pagi WIB, harga emas Antam tercatat Rp 550.000 per gram, atau naik Rp 5.000 per gram dibandingkan perdagangan sebelumnya yaitu Rp 545.000 per gram.

Sementara harga buyback naik sebesar Rp 3.000 per gram dari Rp 487.000 per gram menjadi Rp 490.000 per gram.

Harga emas berhasil naik setelah dalam tiga hari terakhir turun sebesar Rp 4.000, dibanding harga pada Jumat, 27 Maret 2015, penutupan perdagangan pekan lalu, sebesar Rp 549 .000 per gram.

Ini artinya, emas berhasil pulih dan mencapai harga tertinggi pada hari terakhir perdagangan di awal pekan April.

Untuk penjualan emas dalam berbagai pecahan, Antam menyesuaikan dengan harga baru.

Emas ukuran lima gram menjadi Rp2.605.000, ukuran 10 gram Rp5.160.000, ukuran 25 gram Rp12.825.000, ukuran 50 gram Rp 25.600.000 dan ukuran 100 gram Rp51.150.000.

Sementara itu, harga emas ukuran 250 gram dipatok pada level Rp127.750.000 dan ukuran 500 gram menjadi Rp253.300.000.

Pada Rabu, 01 April 2015 emas ukuran lima gram harganya Rp2.580.000, ukuran 10 gram Rp5.110.000, ukuran 25 gram Rp12.700.000, ukuran 50 gram Rp 25.350.000 dan ukuran 100 gram Rp50.650.000.

Sementara itu, harga emas ukuran 250 gram dipatok pada level Rp126.500.000 dan ukuran 500 gram menjadi Rp252.800.000.

Di pasar internasional, Reuters melaporkan harga emas masih melayang-layang di kisaran US$1.200 per ounce. Di pasar Spot, harga emas bertengger di level US$1.203,70 per ounce, setelah sempat naik pada perdagangan sehari sebelumnya.

Setelah dua hari mengalami tekanan, Kamis pagi waktu Jakarta, 02 April 2015, harga emas mengalami kenaikan karena di picu oleh pelemahan nilai tukar dolar Amerika Serikat.

Mengutip marketwatch.com, Kamis pagi, harga emas untuk pengiriman Juni yang merupakan kontrak teraktif di pasar berjangka naik US$ 25 sehingga menetap di level US$ 1.208,20 per ounce.

Sebelumnya, dalam dua hari berturut-turut harga emas selalu lebih rendah dari level US$ 1.200 per ounce. Sedangkan harga perak untuk pengiriman Mei juga naik 46 sen menuju US$ 17,06 per ounce.

Kenaikan harga emas tersebut dipicu karena pelemahan nilai tukar dolar AS. Mata uang tersebut melemah terhadap mata uang utama lainnya.

Dengan pelemahan dolar tersebut membuat investor yang bertransaksi menggunakan mata uang selain dolar AS bisa meraih keuntungan karena lebih murah.

Pelemahan dolar AS tersebut dipicu oleh beberapa sentimen.

Tetapi sentimen utama yang mempengaruhinya adalah data yang dikeluarkan oleh ADP Research Institute yang menunjukkan bahwa data mengenai pembayaran gaji perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat hanya bertambah sedikit.

Dalam data tersebut hanya ada 189 ribu pekerja baru pada Maret kemarin. Jumlah tersebut berada di bawah dari konsensi yang dibuat oleh para ekonom yang memperkirakan penambahan pekerjaan baru mencapai 220 ribu pekerja. Artinya, ada selisih yang cukup besar yaitu mencapai 31 ribu pekerja.

Data yang dilansir oleh ADP Research Institute tersebut mendahului data yang akan dikeluarkan secara resmi oleh Departemen Tenaga Kerja AS. Rencananya, Pemerintah AS akan mengeluarkan data tersebut pada Jumat nanti.

Sebuah laporan terpisah menunjukkan bahwa data manufaktur pada Maret sedikit mengalami perlambatan. Angka data manufaktur tersebut terus melambat sejak Mei 2013 lalu. The Institute for Supply Management’s index turun di bulan sebelumnya.

Harga emas telah jatuh tiga persen sejak menyentuh posisi di atas $ 1.200 per ounce selama tiga minggu, pekan lalu setelah Ketua Federal Reserve Janet Yellen, mengisyaratkan kenaikan suku bunga kemungkinan bisa berlangsung akhir tahun ini.

Pernyataan Yellen tentang kenaikan berkelanjutan dalam perekonomian AS menghentikan reli harga emas selama tujuh hari, ini kenaikan terpanjang beruntun sejak 2012.

Kenaikan telah didorong harapan The Fed akan mengambil langkah lambat terkait kenaikan suku bunga AS.

sumber : logam mulia.com, reuter dan bloomberg

Exit mobile version