Site icon nuga.co

Anteve Sudah Menjadi Milik Harry Tanoe?

MNC Grup, korporasi media raksasa Indonesia milik Harry Tanoesoedibjo, hampir dapat dipastikan bakal menambah satu lagi jaringan media televisinya dengan bergabungnya “anteve” dalam akusisi paling heboh, seusai berakhirnya rapat umum pemegang saham PT Visa Media Asia Tbk atau dikenal dengan Viva.

Sebagai pemilik TV One, anteve dan Viva co,id, yang saham terbesarnya dimiliki keluarga Bakrie dan Erick Thohir, bisnis media itu memang sudah lama ditawarkan kepada pembeli sebagai usaha untuk menutup utang Bakrie di Bumi Plc.

RUPS Viva hari ini, oleh banyak pengamat binis media, mungkin bakal ada kejutan. Visi Media dikabarkan bakal melepas PT Cakrawala Andalas Televisi, pengelola stasiun televisi anteve, ke konglomerasi media Grup Media Nusantara Citra.

Kalau kabar ini benar, aksi ini merupakan manuver kedua Grup MNC dan Grup Bakrie. Sebelumnya, MNC membeli aset PT Bakrieland Development Tbk, anak usaha Grup Bakrie yang mengelola sejumlah proyek tol dan properti di Lido, Sukabumi.

Nah, kini berembus kabar, VIVA dan MNC telah merampungkan transaksi penjualan Cakrawala Andalas Televisi. Sumber sebuah tabloid ekonomi paling terkenal di Indonesia seperti yang di kutip “nuga.co” dan mengetahui transaksi itu menyebutkan, harga anteve sekitar Rp 6 triliun. Angka ini memang luar biasa. Sebab, berdasar laporan keuangan Visi Media per kuartal I-2013, aset Cakrawala Andalas Televisi hanya Rp 1,04 triliun. Adapun total aset Visi Media sebesar Rp 3,06 triliun.

Yang pasti, langkah dua grup besar ini masuk akal. Sejak tahun lalu, MNC telah menyiapkan dana lebih dari Rp 5 triliun untuk ekspansi anorganik. Di sisi lain, VIVA berniat spin off atau melepas ANTV karena butuh dana besar untuk membayar utang.

Neil Tobing, Sekretaris Perusahaan Visi Media tak membantah atau membenarkan kabar itu. Dia hanya bilang, dalam agenda RUPS tak disebutkan spin off anteve, tapi masih terbuka untuk menyelipkan agenda khusus.
Dikonfirmasi terpisah, David Audi, Direktur PT Global Mediacom Tbk yang merupakan induk Grup MNC, juga enggan berkomentar. Dia hanya bilang, saat ini belum ada kabar baru dari pihak Bakrie soal transaksi itu.
Rencana penjualan saham Viva memang belum kelar. Namun, dapat dipastikan bahwa saham Viva memang ingin dijual dengan harga yang tepat.

Pengusaha Garibaldi Thohir, yang merupakan kakak Direktur Utama Viva, Erick Thohir, wewenang penjualan saham Viva ada di Erick Thohir serta keluarga Bakrie.

“Kalau mau dijual sih pasti, seperti yang diberitakan di media. Penjualan ini, kan, tergantung kalau harganya cocok. Kan, Pak Ical dan Pak Anin sudah bilang juga,” kata Garibaldi atau yang akrab disapa Boy Thohir.
Sayangnya, hingga menjelang RUPS Boy enggan menjelaskan lebih lanjut proses penjualan saham Viva ini ke banyak pihak, termasuk ke pengusaha Trans Corp, Chairul Tanjung, atau ke grup Media Nusantara Citra, Hary Tanoesoedibjo. “Sampai sekarang saya tidak tahu bagaimana prosesnya,” katanya.

Kementerian Komunikasi dan Informatika maupun Komisi Penyiaran Indonesia juga belum mengendus kabar itu penjualan Viva. Apakah mereka akan menjual semua assetnya atau hanya menjual anteve saja.. Gatot S Dewa Broto, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemkominfo mengaku belum menerima informasi tersebut.

Yang pasti, aksi merger atau akuisisi media publik sejatinya harus melapor ke Kemkominfo dan KPI. Sebab, pasal 34 UU No. 32/ 2002 tentang Penyiaran melarang izin penyelenggaraan (IP) penyiaran dipindahtangankan. “Meski ada merger atau akuisisi, tetap tak boleh mengganti IP penyiaran,” tandas Gatot.

Ketua KPI Pusat, Mochammad Riyanto, belum bisa menilai dampak aksi dua konglomerasi ini ke monopoli penyiaran. Sebab, dengan aturan saat ini, sulit menjustifikasi monopoli hak siar. Soalnya, monopoli hak siar dan monopoli korporasi tak sebangun. “Tapi, kami tetap

Exit mobile version