Site icon nuga.co

“Wabah” Steller Mulai Menjangkiti Artis Top

Steller?

Ya, itulah nama yang ramai dibicarakan dan mulai digandrungi pengguna media sosial di negeri ini.

Lantas muncul tanda tanya.

Apa itu  Steller?

Steller adalah sebuah  jejaring sosial  dan ia baru saja hadir  di kalangan netizen Tanah Air.

Steller sebenarnya tidak benar-benar “baru.” Media sosial ini  sudah dirilis berkiprahsejak dua tahun silam, tetapi baru sekarang  masuk ke negeri ini lewat tumpangannya,  Apple App Store.

Tepatnya awal April lalu.

Usai menyelusup  di awal Mei 2016, Steller resmi memasuki toko aplikasi Android, Google Play Store.

Semenjak itu, jumlah penggunanya  pun bertambah.

Pada April, jumlah stories  atau posting yang diunggah ke Steller dengan tagar #StellerID untuk menunjukkan lokasi pengguna di Indonesia baru sekitar seribu buah.

Rabu, hari ini, 17 Mei 2016, posting dengan tagar #StellerID telah berlipat hingga menjadi lebih dari sepuluh ribu  buah.

Sebagai jejaring sosial, Steller memiliki kemiripan dengan Instagram yang menitikberatkan pada konten visual, yakni foto dan video, di samping teks.

Bedanya, tiap posting pada Steller tidak berupa foto atau video individual, melainkan dirangkai menjadi satu dalam sebuah kemasan.

Pengguna, misalnya, bisa mengunggah sebuah story mengenai pengalaman jalan-jalan ke tempat wisata.

Story alias posting berbentuk mirip buku dengan halaman yang bisa dibolak-balik ini bisa terdiri dari berbagai foto, video, juga tulisan mengenai perjalanan.

Walhasil, Steller pun terasa lebih lengkap karena bisa “bercerita” secara lebih utuh, sesuai dengan namanya yang merupakan singkatan dari “story teller”.

Untuk juga dicatat, selama dua pekan terakhir  linimasa Facebook dan Instagram pun ramai dibanjiri Steller.

Netizen berbondong-bondong memamerkan kisah perjalanan, kuliner, fashion, dan hal-hal keseharian lainnya.

Untuk Anda juga tahu Steller itu merupakan singkatan dari storyteller alias penutur cerita atau pendongeng.

Steller menyediakan semua elemen untuk bercerita, meliputi teks, foto, dan video.

Dari namanya, Steller seyogianya mampu memenuhi hasrat netizen untuk bercerita di ranah maya, khususnya lewat jalur mobile.

Lalu, apa yang membuat Steller begitu spesial?

Menghadirkan semua jenis konten tentu bukan hal baru di industri media sosial. Kita lebih dulu mengenal Facebook yang juga mengakomodasi kemampuan tersebut.

Meski begitu, esensi Steller sejatinya tak hanya berkutat pada kelengkapan elemen komunikasinya.

Pencetus tanda pagar (#) #StellerID, Dita Wistarini, memaparkan opininya tentang media sosial tersebut.

Ia mengindikasikan Steller sebagai media sosial yang cocok untuk semua karakter pengguna media sosial, baik anak Twitter, anak Path, anak blog, anak Instagram, hingga anak YouTube.

“Mau dipakai buat bercerita bisa. Mau dipakai buat showcasing skill sambil bercerita bisa. Buat tutorial juga oke,” kata dia, sebagaimana tertera pada akun Steller pribadinya

Ketika menjajal Steller dan berselancar ke berbagai akun ditemukan  beberapa poin yang menjadikan Steller layak bagi sebagian orang.

Poin paling utama adalah prinsip “sama rata sama rasa” yang kental pada platform tersebut.

Saat bercerita, pengguna bukan cuma boleh menggunakan teks, foto, dan video, tetapi “wajib” menggabungkan semuanya secara adil.

Tak ada format konten yang jadi anak emas dan anak tiri. Tak ada yang utama dan yang melengkapi.

Sebab, esensi Steller adalah kesatuan dan keutuhan cerita. Teks, foto, dan video berkedudukan sama dan saling membutuhkan satu sama lain untuk membentuk alur kisah yang runut.

Beda halnya dengan Instagram, Twitter, ataupun Snapchat. Instagram cenderung disesaki orang-orang yang gemar berekspresi lewat foto, sedangkan Twitter lebih ke teks, dan Snapchat lebih ke video.

Di Instagram, netizen mungkin bakal mengunggah beberapa foto sebagai oleh-oleh sehabis melancong ke sebuah kota. Lain halnya di Steller, di mana pengguna bisa bercerita lebih lengkap dan panjang lebar hanya dalam satu unggahan yang menggabungkan semua konten.

Bagaimanapun, Steller hadir sebagai oasis di tengah kemapanan platform populer semacam Facebook dan Instagram?

Media sosial asal San Francisco, AS, tersebut dibidani  kakak beradik Brian McAniff dan Karen Poole yang melahirkan Steller ke jagat maya.

McAniff adalah perancang user experience  sedangkan Poole memiliki hasrat kuat pada bidang desain visual.

Beberapa sosok terkenal yang sudah bergabung di Steller adalah artis Dian Sastrowardoyo, penulis Dewi Lestari, sutradara Angga Dwimas Sasongko, pelukis Eko Nugroho, ilustrator Rukmunal Hakim, fotografer Arbain Rambey, dan jurnalis senior Wisnu Nugroho.

Untuk mulai memakai Steller dan bergabung dalam komunitas pengguna Steller, Anda bisa mengunduh aplikasi tersebut lewat Apple App Store atau Google Play Store.

Exit mobile version