Site icon nuga.co

Tsunami Kini Bisa Diketahui Lewat GPS

Kabar baik untuk daerah-daerah rawan tsunami. Kabar baik pula bagi masyarakat pesisir barat Sumatera, termasuk Aceh, Nias, Mentawai, pantai Sumatera Barat dan Bengkulu yang di deteksi memiliki potensi besar terulangnya  kembali datangnya “gergasi” bergerigi “humbalang” ombak yang pernah membunuh ratusan ribu manusia dan menyengsarakan negeri mereka bertahun-tahun.

Sebuah  penelitian terbaru, kini,  telah berhasil  berhasil menemukan  cara  yang sangat akurat untuk memberitahu dengan cepat dan tepat terjadinya tsunami. Tim peneliti Jerman memastikan GPS berbasis satelit mampu menawarkan informasi secara detil hanya dalam hitungan menit terjadinya gelombang laut dahsyat itu..

Para peneliti mempercayai bahwa teknologi ini telah mengalami banyak peningkatan, sejak tsunami menghancurkan sebagian besar Jepang pada 2011. Studi mengenai GPS ini telah diterbitkan di “Natural Hazards and Earth Systems Sciences.”

“BBC” dalam laporannya yang berdurasi panjang hari minggu kemarin, mengungkapkan ditemukannya sistem peringatan dini tsunami yang menggunakan data seismologi, guna memastikan gelombang energi yang dihasilkan dari pergerakan serta pergeseran lempeng bumi.

Bencana tsunami yang bak gergasi bergergi “humbalang” ombak  dan pernah membunuh tiga ratus ribu orang di Aceh  26 Desember 2005, kini bisa dideteksi lebih awal dengan perangkat GPS. .Sebuah tim peneliti dari Jerman mengungkapkan bahwa GPS berbasis satelit mampu menawarkan informasi secara detil hanya dalam hitungan menit.

Menurut para peneliti, sensor GPS yang ditempatkan di garis pantai mampu memberikan analisa secara akurat mengenai gempa bawah air yang berpotensi menggeser permukaan tanah. “Dalam sebuah kasus bernama gempa subduksi, lempengan tanah yang satu akan berada dibawah lempeng lainnya,” ujar Peneliti Utama, Dr. Andreas Hoechner.

Kemunculan sistem ini didasari pada tsunami 2011 yang terjadi di Jepang, dimana warga disana sedikit terlambat mendapatkan informasi secara akurat mengenai gempa bawah air.

“Memiliki teknologi yang mampu memperkirakan secara tepat kehadiran tsunami, tentunya merupakan kemajuan yang sangat hebat. Akan tetapi, informasi yang disampaikan pada warga juga merupakan sebuah hal penting, oleh karena itu infrastruktur penyampaian informasi pun harus menjadi fokus negara yang berpotensi mengalami tsunami,” tambah Hoechner.

Para ilmuwan mengatakan mereka telah menemukan cara lebih cepat dan akurat dalam sistem peringatan dini tsunami. Tim peneliti Jerman mengatakan, posisi GPS berbasis satelit bisa menawarkan informasi rinci tentang peristiwa tsunami dalam beberapa menit setelah gempa terjadi.

Mereka meyakini bahwa teknologi dapat memperbaiki persoalan sinyal ketika bencana tsunami melanda Jepang pada 2011 lalu. Ketika gempa bawah laut terjadi, dengan kekuatan yang dapat melahirkan tsunami, setiap hitungan detik. Pergeseran lempeng tektonik dapat menghasilkan dinding raksasa air yang dapat melaju ke daratan dalam satu menit, sehingga memberikan sedikit waktu untuk melakukan tindakan evakuasi.

Sistem peringatan dini yang berlaku saat ini menggunakan data seismologi, yaitu mengukur gelombang energi yang diakibatkan gerakan dan getaran bumi. Namun di masa-masa awal ketika gempa terjadi, sistem ini tidak selalu dapat diandalkan.

Saat ini, sebuah tim dari pusat penelitian GFZ, German Research Centre for Geosciences mengatakan, teknologi navigasi satelit dapat menutupi kelemahan itu. Sensor GPS, yang ditempatkan di sekitar garis pantai di negara-negara yang rentan tsunami, dapat melakukan pengukuran yang sangat tepat ketika getaran air menggeser dasar lautan.

Peneliti utama Dr Andreas Hoechner menjelaskan: “Dalam kasus gempa subduksi, satu lempeng di bawah lempeng lainnya”. “Hal ini diukur berdasarkan pergeseran lempeng itu. Perubahan formasi ini sebagian besar terjadi pada sumbernya, tapi wilayah pesisir pantai juga bakal terkena dampaknya. Di sinilah GPS menjadi berguna.”

Dia mengatakan, informasi GPS dapat digunakan untuk melacak sumber gempa dan menghitung skala besarnya. “Lalu Anda kemudian dapat memprediksi tsunami dan melihat seberapa tinggi gelombang yang diakibatkannya, dengan lebih akurat.” Proses ini menurutnya akan memakan waktu hitungan menit, yang akan memungkinkan peringatan dini dapat dikeluarkan lebih cepat.

Dalam kasus tsunami 2011 yang menewaskan 16.000 orang di Jepang, teknologi dapat membuat perbedaan yang tajam.Meskipun Badan Meteorologi Jepang mengeluarkan peringatan tiga menit setelah gempa, namun ini meremehkan skala besaran bencana tersebut.

Saat itu menunjukkan bahwa gempa itu berkekuatan 7,9, namun kenyataannya 30 kali lebih kuat. Dengan melihat data yang dikumpulkan stasiun GPS di Jepang – yang pada saat itu tidak digunakan untuk mengukur gempa bumi – para peneliti menghitung bahwa ini akan memberikan perkiraan yang lebih akurat dalam waktu tiga menit.

Sejumlah negara kini memasang jaringan GPS, termasuk  Indonesia, Chile dan Amerika Serikat. Namun demikian Dr Hoechner mengatakan, merupakan suatu kemajuan memiliki sistem peringatan yang akurat, tetapi rencana evakuasi yang ideal juga penting.

Dia berkata: “Satu hal adalah memiliki teknologi untuk menyadari adanya gempa dan di mana tsunami akan terjadi. Tetapi sama pentingnya untuk menyebarkan peringatan.” “Anda harus memiliki infrastruktur untuk mengirimkan informasi ini kepada penduduk, dan penduduk harus siap untuk mengetahui apa yang harus dilakukan.”

 

 

Exit mobile version