Site icon nuga.co

Oksigin Bumi Bocor dan Menyelimuti Bulan

Betulkah oksigin Bumi pernah mengalami kebocoran dan lantas menyelimuti Bulan?

Jawabannya, “Iya.”

Dan begitulah ditulis laman situs “the verge,” hari ini, Rabu, 01 Febrauari 2017, yang dikutip dari rilis  sekelompok peneliti  Jepang.

Pera peneliti itu  mengonfirmasi keberadaan oksigen di permukaan Bulan.

Keberadaan oksigen di Bulan diduga sudah ada sejak dua koma empat  miliar tahun yang lalu semenjak kehidupan Bumi baru terbentuk.

Tim penelitian yang dipimpin astrofisikawan Kentaro Terada dari Osaka University menemukan bukti perjalanan oksigen Bumi menuju

Bulan setelah meneliti data orbit Bulan yang dikumpulkan wahana antariksa Kaguya milik Jepang.

Terada dan timnya menyadari tiap kali wahana antariksa melintasi orbit Bulan di area plasma Bumi, ruang kosong antara Bumi dan Bulan, terdapat partikel oksigen berkadar tinggi yang terjebak.

Detektor plasma Kaguya kemudian mengumpulkan oksigen itu.

Uniknya, oksigen seperti itu hanya ditemukan ketika Kaguya melintasi area plasma Bumi.

Terada bersama para kolega akhirnya yakin dan menarik kesimpulan bahwa oksigen tersebut memang berasal dari Bumi.

Dugaan oksigen yang berkelana dari Bumi ke Bulan sebenarnya sudah cukup lama.

Hanya saja tim peneliti tidak begitu yakin lantaran ada kemungkinan itu datang dari badai partikel dari Matahari yang terus menerjang ke arah Bumi dan Bulan.

Namun Hasil penelitian yang diterbitkan di Nature Astronomy ini menyebut area ekor magnet Bumi yang tak terjangkau pancaran Matahari mencegah semburan partikel mengintervensi perjalanan oksigen Bumi ke Bulan.

Temuan ini membuka kemungkinan jika sebagian permukaan Bulan, yang secara teknis hanya bongkahan batu mati, punya potensi kehidupan.

“Oksigen biogenik telah mengontaminasi permukaan Bulan,” kata

Kemungkinan itu terjadi karena oksigen Bumi yang bocor ke Bulan tadi sama-sama berasal dari proses biologis seperti fotosintesis.

Berkat temuan ini, tim peneliti yakin bahwa ion dengan kadar setinggi itu dapat menembus lapisan permukaan Bulan.

Hal ini juga menjelaskan jenis oksigen yang ditemukan di batuan Bulan serupa dengan oksigen di lapisan ozon Bumi.

Bulan sendiri diperkirakan terbentuk dari hasil tubrukan antara Bumi dengan objek angkasa seukuran Mars empat miliar tahun lalu.

Dalam perjalanannya, Bumi dan Bulan punya hubungan saling mempengaruhi seperti ketinggian gelombang laut dengan jarak Bulan yang normalnya berjarak 386 ribu kilometer.

“Bumi dan Bulan sudah berevolusi bersama tidak hanya secara fisik tapi juga secara kimiawi,” pungkas Terada

Selain itu, seperti ditulis laman “gizmodo,” yang mengutip hasil penelitian dari para ilmuwan UCLA, California, AS, usia bulan  Bulan ternyata lebih tua dari yang perkiraan selama ini

Tim ilmuwan yang berbasis di California mengungkapkan, usia bulan ternyata  lebih tua seratus empat puluh  juta tahun dari yang prediksi sebelumnya.

Tim ilmuwan menganalisis kerusakan uranium pada mineral Bulan yang bernama zirkon. Zirkon sendiri bisa ditemukan di batu Bulan yang dibawa ke Bumi oleh tim misi Apollo.

Mereka menggunakan teknik penanggalan batu (rock-dating technique) untuk mengestimasi usia Bulan.

Metode ini memang bukan barang baru, namun kemungkinan ilmuwan dulunya menggunakan sampel batu yang terkena banyak tabrakan di luar angkasa.

Dari situ, tim ilmuwan mengungkapkan bahwa Bulan ‘lahir’ sekitar 60 juta tahun setelah sistem tata surya terbentuk.

Dalam penelitian yang bertajuk Science Advances yang dipublikasikan pada 11 Januari lalu, tim ilmuwan menyimpulkan usia Bulan adalah empat koma lima puluh satu  miliar tahun.

“Kami akhirnya memutuskan usia minimum dari Bulan. Ini adalah waktunya kita mengetahui usia Bulan, dan kita berhasil mengungkapnya,” ucap pemimpin penelitian Melanie Barboni yang seorang ahli geokimia di Department of Earth, Planetary, and Space Sciences di UCLA.

Exit mobile version