Site icon nuga.co

NASA dan ESA Temukan “Bumi” Baru

Perburuan untuk mendapatkan planet yang dapat di huni oleh manusia, selain Bumi, antara NASA, Badan Antariksa Amerika Serikat, dan ESA, Badan Antariksa Europa makin sengit setelah masing-masing pihak mengklaim telah menemukan tempat kehidupan manusia yang layak di antariksa.

NASA , menurut rilis dari jurnal ilmiahnya, Selasa pagi WIB, 16 September 2014, menyatakan telah lebih dekat ke tanda-tanda kehidupan lain di angkasa bagi kelanjutan kehidupan manusia.

Saat ini, NASA mencari teknologi yang mumpuni untuk menjawab segala keraguan sebagai pembuktiannya terhadap penemuan mereka.

“Kami percaya, NASA sangat dekat dalam hal teknologi dan ilmu pengetahuan untuk benar-benar menemukan tempat lain selain bumi. Itu, untuk menemukan tanda-tanda kehidupan di dunia lain,” kata Sara Seager, profesor ilmu planet dan fisika di Institut Teknologi Massachusetts, Amerika Serikat, dilansir CNN, Selasa 16 September 2014.

Sementara itu ESA yang tak mau kalah dari rival Amerika Serikatnya dengan keyakinan penuh merilis bahwa mereka telah menemukan komet kehidupan dan sedang melakukan uji pendaratan dalam beberapa tahun kedepan.

Saat ini, para insiyur dan ilmuwan ESA merencanakan strategi tepat untuk mendarat di komet tersebut. Hal ini dikarenakan batu angkasa itu memiliki permukaan yang tidak rata sehingga dibutuhkan langkah yang tepat untuk mendarat.

“Kami telah menemukan komet 67P/CG sejauh ini. Sebuah komet yang fantastis untuk dikunjungi,” kata Dr. Christopher Carr, seorang peneliti utama pada instrumen Rosetta Plasma Konsorsium, dilansir BBC edisi Senin 15 September 2014.

Salah satu wahana teknologi NASA untuk mempercepat penemuan “Bumi Baru” , yakni memperbaiki Hubble Space Telescope yang dibuat lima tahun lalu. Teleskop ini bisa mendeteksi planet layak huni lainnya lebih jelas dan akurat lagi dari sebelumnya.

“Kita menyadari bahwa galaksi kita ini setidaknya mempunyai 100 miliar planet, dan hal itu kami ketahui sejak lima tahun lalu,” ujar Matt Mauntain, Direktur dari Space Telescope Science Institute di Maryland, Amerika Serikat.

Ia lalu mencontohkan, seperti planet yang telah ditemukan menggunakan Kepler Space Telescope yang menemukan pertama kali. Setidaknya, ada planet layak huni mempunyai karakteristik seperti bumi yang mengorbit di sekitar galaksi.

Kedua teleskop tersebut mempunyai fungsi sebagai pengetahuan bagi para ilmuwan untuk mengintip ke masa lalu, jauh sebelum galaksi Bima Sakti terbentuk. John Mather seorang ilmuwan senior dari NASA mengatakan

usia bumi mungkin relatif tua sekitar 4,5 miliar tahun silam. Namun, menurutnya itu masih sepertiga dari usia alam semesta.

“Dan galaksi kita selalu berkembang dengan sekitar lima, atau 10 bintang baru yang lahir per tahunnya di galaksi Bima Sakti,” ungkapnya.

Selain, Hubble dan Kepler, terdapat pula teleskop Webb yang akan dibangun pada tahun 2018 mendatang, sebagai upaya pendukung kepada teleskop yang sudah ada sebelumnya.

“Kita memiliki kesempatan untuk yang pertama kalinya dalam memiliki mampu menemukan tanda-tanda kehidupan di planet lain,” kata Seager.

Para ilmuwan tersebut, tak bosan-bosannya meyakini perburuan planet layak huni lainnya selain bumi. Hal itu akan menjadi tantangan mereka untuk selalu menginovasi pengetahuan dan teknologi dalam mendeteksi planet yang diduga bisa menjadi tempat tinggal manusia di masa depan.

Tak mau kalah dari NASA, rival Europa mereka ESA sedang menyiapkan pemberangkatan kendaraan ruang angkasanya pada 11 November mendatang. Kendaraan berbentuk robot itu menyerupai laba-laba dan difungsikan untuk menjelajah komet tersebut.

Jika program tersebut berhasil maka itu akan menjadi sejarah keberhasilan eksplorasi ruang angkasa.

“Tidak ada pesawat ruang angkasa yang pernah mengorbit di sebuah komet aktif sebelumnya. Jadi, ini yang pertama kalinya,” jelas Carr.

Selain menjadi yang pertama, tujuan pendaratan di komet itu sebagai pelajaran untuk memahami batu ruang angkasa.

Carr mengatakan, pihaknya sedang mempelajari gambar mengenai komet tersebut untuk mengetahui pendaratan yang tepat nantinya.

Dan juga ESA mempelajari sifat komet, berusaha untuk mencari tahu bagaimana objek tersebut dibangun dan komposisi material dan senyawa yang ada di dalamnya.

Exit mobile version