Site icon nuga.co

Google Nyatakan “Perang” Terhadap Hoax

Google secara terbuka menyatakan perang terhadap penyebaran berita palsu, atau lebih dikenal dengan hoax, dengan menandai berita-berita yang muncul di mesin pencarinya lewat hasil kroscek fakta dari tim verifikasi pihak ketiga.

Laman Google Search akan memperlihatkan klaim dari berita dimaksud, lalu menyandingkannya dengan hasil kroscek.

Berita akan ditandai sebagai “benar”, “salah”, atau belum dapat dipastikan sepenuhnya.

Disediakan pula tautan untuk memberikan masukan apabila pengguna merasa masih ada yang janggal dari hasil pemeriksaan fakta.

“Dengan menampilkan hasil pengecekan fakta di hasil search, kami berharap pengguna bisa lebih mudah meninjau dan membuat penilaian sendiri,” tulis Google di posting blog-nya.

Google pertama kali menguji kemampuan label kroscek tahun lalu, sebelum pemilu presiden AS.

Seperti dikutip laman situs Re/code, hari ini, Senin, 10 April, fitur itu kini sudah tersedia untuk hasil pencarian Google News dan Search dalam semua bahasa.

Dalam hal ini Google mengandalkan kerja sama dengan lembaga pemeriksa fakta non-partisan seperti Politifact dan Snopes.

Menurut Google, komunitas pemeriksa fakta tersebut kini telah berkembang menjadi seratus lima belas organisasi.

Meski demikian, kerjanya belum sempurna.

Tak semua berita bakal ditandai oleh pemeriksa fakta.

Proses verifikasi pun relatif memakan waktu, bisa mencapai berhari-hari, sementara hoax bisa menyebar luas dalam waktu sangat singkat.

Selain Google, raksasa teknologi lain yang telah mulai menerapkan langkah-langkah untuk memerangi hoax adalah Facebook.

Bulan lalu jejaring sosial itu memberi label peringatan untuk konten yang kebenarannya diragukan.

Line juga tak ketinggalan dalam memerangi berita hoax ini.

Dalam rangka membantu memerangi hoax, Line berinisiatif membuat kemitraan dengan para rekanan outlet berita terpercaya dalam layanan agregasi Line News untuk memperoleh informasi mengenai hoax yang tengah beredar di masyarakat.

Informasi ini lantas disebarluaskan kepada para pengguna Line melalui Line News.

Tiap minggu, setiap Senin pagi, kami keluarkan yang namanya kumpulan kabar hoax. Kami beri tahu berita-berita mana saja yang hoax

Inisiatif kerja sama dengan penyedia konten tepercaya untuk memerangi hoax itu, sebenarnya telah dimulai sejak sebulan lalu.

Line News sendiri merupakan layanan agregasi berita dari sejumlah penyedia konten online tepercaya

Saat ini ada lebih dari tujuh puluh penyedia konten yang bekerja sama dengan Line News

Selain dengan penyedia konten di Line News,  Line juga menggandeng tim Trust+ Positif  untuk mengadakan sosialisasi soal ciri berita hoax,

Facebook, sesuai janjinya, juga telah memulai langkah-langkah untuk memerangi peredaran berita palsu alias hoax dengan memberi label khusus.

Label berbunyi “disputed” itu disematkan di-posting secara individual, bukan di akun pengunggah secara keseluruhan.

Contoh label disputed di posting yang kebenaran kontennya diragukan. Dalam contoh ini, Seattle Tribune memang bukan media sungguhan, melainkan pengunggah konten satir untuk keperluan hiburan.

Isi konten dinilai kebenarannya oleh pihak ketiga yang bekerja sama dengan Facebook sebagai pemeriksa fakta. Dalam contoh di samping yang dilansir oleh Gizmodo, pemeriksa dimaksud adalah Snopes dan Politifact.

Para pemeriksa fakta ini bergabung di bawah organisasi jurnalis non-profit, Poynter.

Tahun lalu Facebook menjelaskan bahwa informasi keberadaan konten palsu diperoleh lewat laporan pengguna atau penyisiran algoritma khusus untuk mengendus hoax.

Laporan dugaan hoax ini kemudian diteruskan ke para pemeriksa fakta untuk dicek kebenarannya. Apabila setidaknya dua pemeriksa fakta sependapat bahwa konten bersangkutan merupakan hoax, label “disputed” pun akan disematkan.

Meski bisa memberi peringatan pada pengguna Facebook saat menjumpai hoax, penerapan sistem label ini masih belum sepenuhnya ideal.

Posting yang telah dilabeli tetap beredar, sementara isi label sendiri hanya menyebutkan bahwa kebenaran isinya “diragukan”, bukan dengan tegas menyatakan bahwa konten tersebut merupakan berita palsu atau hoax.

Saat ini pelabelan konten yang diduga hoax baru tersedia secara terbatas. Belum diketahui kapan fitur itu bakal bisa diterapkan di seantero Facebook.

Exit mobile version